Penjelasan Ahli Soal Penyebab Fenomena Thunderstorm hingga Suara Dentuman Misterius di Malang Raya

Bukan dari gelombang kejut meteorit ataupun peledak, ternyata sumber suara dentuman misterius di Malang ini adalah petir yang disebut thunderstom

Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
Google Earth
Peta lokasi wilayah Malang di Google Earth 

SURYAMALANG.COM - Teka-teki sumber suara dentuman misterius di Malang yang terjadi pada hari Rabu 3 Februari 2021 lalu akhirnya terpecahkan. 

Bukan dari gelombang kejut meteorit ataupun bahan peledak, ternyata sumber suara dentuman misterius di Malang ini adalah petir yang biasa disebut sebagai fenomena thunderstorm.

Alasan terjadinya fenomena thunderstorm di Malang Raya ini akibat letak geografis wilayah Malang

Kondisi Kota Malang yang terletak di sebuah lembah besar menjadi salah satu alasan Kota di Jawa Timur ini menjadi sarang petir hingga terjadi peristiwa dentuman

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diwakilkan oleh Daryono Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami menyatakan jika fenomena dentuman misterius di Malang disebabkan oleh petir. 

Ilustrasi petir untuk berita Thunderstorm, fenomena penyebab dentuman misterius di Malang
Ilustrasi petir untuk berita Thunderstorm, fenomena penyebab dentuman misterius di Malang (Wartakota)

Malang Barat Rawan Bencana Hidrometeorologi, Ini yang Disiapkan Pemkab Malang

Daftar Sungai Rawan Bencana di Kabupaten Malang 

Mengenal Thunderstorm, Fenomena Penyebab Dentuman Misterius di Malang, Siklus Hidupnya Cuma 30 Menit

BMKG sudah melacak data monitoring petir di wilayah Malang sejak Rabu (3/2/2021) atau saat dentuman misterius itu terjadi. 

Dari data diketahui jika terjadi hujan disertai petir di beberapa daerah di Jawa Timur mulai Selasa malang hingga Rabu dini hari. 

Lalu, terpantau jika banyak aktivitas petir di atas langit wilayah Kota Malang dan sekitarnya. 

"Sekitar menjelang jam 12 malam atau 00.00 WIB dini hari (Rabu) itu terpantau banyak aktivitas petir di Malang dan sekitarnya. Selanjutnya juga ada petir di Bangil (Kabupaten Pasuruan) dan Mojokerto."

"Di Lawang sebelah utara (Kabupaten Malang) ada data petir sebelum pukul 02.00 WIB."

"Setelah itu di Kota Malang juga tercacat ada petir pukul 03.00 WIB," kata Daryono dikutip dari Kompas.com. 

Sementara itu, Daryono mengingatkan masyarakat agar tidak mengaitkan fenomena ini dengan hal-hal supranatural. 

"Fenomena dentuman di Malang adalah petir dan terbukti dengan data monitoring petir," jelas Daryono. 

Sementara itu, Kasi Informasi Stasiun Klimatologi Karangploso, Kabupaten Malang, Anung Suprayitno mengatakan, pendeteksi petir di daerahnya tidak mendeteksi aktivitas petir selama dentuman berlangsung.

"Kalau dari kami, dari luaran output LD (lightning) tidak menyatakan begitu."

"Hanya dentuman bisa bersumber dari apa saja, salah satu bisa saja petir tapi mungkin tidak untuk kasus dentuman yang di Malang," katanya.

Daryono pihak BMKG mengurai penyebab pasti dentuman misterius di Malang
Daryono pihak BMKG mengurai penyebab pasti dentuman misterius di Malang (twitter DARYONO BMKG @DaryonoBMKG)

Menjawab keterangan dari Stasiun Klimatologi Karangploso, Kabupaten Malang, Daryono menjelaskan jika fenomena dentuman ini biasa disebut sebagai tropospheric ducting atau kiriman petir dari tempat sangat jauh.

Menurut Daryono, meski tidak ada petir maupun mendung, bisa terjadi peristiwa tropospheric ducting.

"Di sini tidak mendung tak ada petir kok ada dentuman? Ini fenomena "tropospheric ducting", kiriman petir dari tempat sangat jauh.#menjawabmisteridentuman," jelas Daryono melalui akun Twitter miliknya, Kamis (4/2/2021).

Daryono juga menjelaskan bagaiana peristiwa tropospheric ducting bisa terjadi. 

"Tertindihnya lapisan udara dingin oleh udara hangat atau temperature inversion membuat suara petir tdk menyebar ttp menjalar ke muka bumi, shg suara petir mjd lebih kuat meski jarak sgt jauh mengikuti saluran audio yg disebut tropospheric ducting.#menjawabmisteridentuman," lanjut Daryono. 

Selain peristiwa tropospheric ducting, ternyata lokasi wilayah Kota Malang yang terletak di lembah besar juga turut andil atas terjadinya peristiwa suara dentuman tersebut. 

Hal ini dijelaskan oleh seorang penggiat astronomi, kebumian dan kebencanaan, Marufin Sudibyo. 

Marufin Sudibyo menjelaskan letak geografis Malang yang berada di suatu lembah besar menjadi salah satu pemicu terjadinya suara dentuman tersebut. 

Melalui akun Twitter miliknya yang bernama @marufins, Marufin memberikan penjelasan secara rinci terkait lokasi Malang dengan fenomena dentuman yang terjadi. 

Berikut adalah penjelasan dari Marufin Sudibyo:

"Terlihat kota ini sesungguhnya duduk di sebuah lembah besar bersumbu utara-selatan," tulis @marufins.

Di sisi timur dipagari Pegunungan Tengger dan Gunung Semeru. Sementara pagar sisi barat adalah Gunung Kawi, Arjuno dan Welirang.

Selanjutnya mari beralih ke udara Bumi kita. Normalnya suhu udara menurun seiring bertambahnya ketinggian.

Namun dalam kondisi tertentu selapis udara lebih hangat bisa terbentuk di atas lapisan udara lebih dingin. Inilah inversi atmosfer.

Manakala inversi terjadi di suatu lembah, pada dasarnya ia menyekap udara yg lebih dingin untuk bertahan di dekat permukaan.

Sehingga atmosfer setempat lebih stabil & hujan pun tidak selalu terjadi. Konsekuensi lainnya, kabut kerap terjadi dan bertahan cukup lama (dibandingkan normalnya).

Salah satu aspek menarik dari inversi atmosfer adalah kemampuannya memantulkan gelombang akustik (suara).

Manakala inversi terjadi di atas lembah besar, kombinasinya dg lekuk paras Bumi menyebabkan suara bisa terpantulkan berulang-ulang.

Selain menyebabkan suara bisa terdengar hingga ke titik yg sangat jauh dari sumbernya, pemantulan berulang juga mencipta fenomena-mirip-gema.

Tempatkan sumber dentuman di dekat lokasi inversi, maka kita akan mendengarnya berulang-ulang. Sampai kaca jendela bergetar akibat resonansi dg gelombang akustik.

Kemampuan luar biasa inversi atmosfer dalam memantulkan suara terlihat pada ujicoba nuklir era Uni Soviet.

Pada 22 November 1955 TU mereka meledakkan bom termonuklir RDS-37 hasil racikan Andrei Sakharov dkk di atas medan Semipalatinsk, 65 km dari kota Kurchatov. Kekuatannya 1,6 megaton TNT (hampir 100 kali lipat bom nuklir Hiroshima).

Diperhitungkan dampak teringan dari gelombang kejutnya < 25 km dari ground zero. Namun inversi atmosfer menyebabkan gelombang kejut menjalar hingga meruntuhkan 1 bangunan & memecahkan kaca-kaca jendela kota Kurchatov. 1 orang tewas & 42 lainnya luka-luka sedang hingga berat.

Penjelasan logis dari kejadian dentuman berulang di Malang, menurut saya, adalah kombinasi hujan petir, inversi atmosfer. Inversi bisa berlangsung beberapa hari & dikenal mampu memproduksi hujan petir (khususnya di tepi area inversi). Sejauh ini data petir & cuaca menunjang." tulis Marufin Sudibyo di Twitter, Kamis (4/2/2021). 

Sebelumnya diberitaka, suara dentuman terdengar berkali-kali dengan tempo yang hampir sama di Malang.

Suara itu terdengar sejak Selasa (2/2/2021) malam hingga Rabu (3/2/2021).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved