Berita Nganjuk Hari Ini
Mbah Darno Lumpuh dan Hidup Sebatang Kara di Gubuk, Komunitas Nganjuk Peduli & TP PKK Bantu Evakuasi
Ketua TP PKK Kabupaten Nganjuk, Yuni Sophia Rahma Hidhayat dan Komunitas Nganjuk Peduli berinisiatif mengevakuasi mbah Darno ke Panti sosial.
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: Dyan Rekohadi
Penulis : Achmad Amru Muiz , Editor : Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, NGANJUK - Mbah Darno (75), kakek lumpuh yang hidup sebatang kara di Desa Kepanjen Kecamatan Pace dievakuasi dari tempat tinggalnya yang tak layak.
Ketua TP PKK Kabupaten Nganjuk, Yuni Sophia Rahma Hidhayat dan Komunitas Nganjuk Peduli berinisiatif mengevakuasi mbah Darno ke Panti sosial.
Mbah Darno selama ini hidup dalam kondisi memprihatinkan, terlebih ia mengalami lumpuh.
Mbah Darno juga menderita tuna rungu dan tunawicara.
Yuni Sophia Rahma Hidhayat turun langsung memberikan bantuan kepada Kakek Darno (75) warga Desa Kepanjen Kecamatan Pace.
"Kondisi kakek Darno ini sangat memprihatinkan di usianya yang sudah tua tanpa ada keluarga. Makanya kami tergerak untuk datang memberikan bantuan bersama Dinsos dan rekan-rekan dari Komunitas Nganjuk Peduli, " kata Yuni Sophia Rahma Hidhayat, Ketua TP PKK Kabupaten Nganjuk, kemarin.
Dijelaskan Yuni Sophia Rahma Hidhayat, pihaknya berkunjung dengan membawa paket bantuan sembako dan keperluan lain serta uang tunai untuk kakek Darno.
Ini dikarenakan perekonomian kakek Darno sangat memprihatinkan dan membutuhkan bantuan.
"Dengan bantuan tersebut kami harapkan dapat meringankan beban kakek Darno yang hidup sendirian itu," ucap Yuni Sophia Rahma Hidhayat.
Setelah melihat kondisi langsung kakek Darno, baik kondisi rumah serta keseharian kakek tersebut pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Dinsos dan PPPA Kabupaten Nganjuk serta Pemerintah Desa setempat.
Diputuskan untuk membawa kakek Darno ke Panti Sosial (Wreda) di Kabupaten Ponorogo.
Pertimbangan membawa kakek Darno ke Panti Sosial dinilai merupakan jalan terbaik.
Karena kakek Darno ini menghuni rumah yang sangat tidak layak, kesehariannya juga sebatang kara.
Ditambah dengan keterbatasan fisik yang tuna wicara dan tuna rungu, serta mengalami kelumpuhan.