Berita Ponorogo Hari Ini

Dinsos HERAN, Hengky Tampak Normal Tapi Divonis Gila & Dipenjara 1 tahun di Rumahnya Oleh Warga Desa

Jika dilihat kondisi Hengky memang seperti layaknya orang yang normal.Diajak komunikasi juga bisa, main hape juga bisa.

Editor: Dyan Rekohadi
TribunJatim/Sofyan Arif Candra
Hengky Setiawan (27) di dalam ruang 'Penjara' di belakang rumahnya sendiri di Ponorogo. Sudah setahun labih ia dikurung karena dianggap gila oleh warga desa 

Supriyadi sendiri mendapat laporan jika Hengky sudah dikurung di ruangan tersebut selama 1,3 tahun.

Hengky sendiri sudah beberapa kali menjalani perawatan, salah satunya di Rumah Sakit Jiwa Lawang, Kabupaten Malang.

Karena sudah stabil Hengky diperbolehkan untuk pulang.

"Namun warga sekitar kekeh tidak mau Hengky kembali. Takut kambuh lagi," lanjutnya.

Dinsos P3A Ponorogo berencana merujuk Hengky Setyawan, warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, ke rumah sakit jiwa.

Sebagai solusinya, Dinsos P3A Ponorogo telah berkoordinasi dengan panti rehabilitasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah untuk merawat Hengky.

"Jadi tinggal menunggu Dinkes dari sisi medis. Untuk kami dari RSJ dan panti rehabilitasi sudah ada," pungkasnya.

Hengky Setyawan, Warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Ponorogo di dalam 'Penjara' di rumahnya sendiri. Ibunya , Nur Hayati berharap anaknya dibebaskan
Hengky Setyawan, Warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Ponorogo di dalam 'Penjara' di rumahnya sendiri. Ibunya , Nur Hayati berharap anaknya dibebaskan (TribunJatim/Sofyan Arif Candra)

Sikap dan perilaku Hengky Setyawan yang disebut normal seperti orang pada umumnya juga diungkapkan ibunda Hengky, Nur Hayati.

Nur Hayati sendiri sebenarnya sejak lama menginginkan Hengky bebas.

Menurut Nur Hayati, anak sulungnya tersebut sehat baik fisik maupun mental.

"Ya tidak ingin anakku dikurung sudah satu tahun lebih seperti itu. Saya sendiri juga jadi tidak bisa kemana-mana, tidak ada pemasukan," kata Nur Hayati, Kamis (18/2/2021).

Jika memang tidak diterima di lingkungannya, Nur Hayati mengatakan ia dan Hengky juga bersedia untuk pindah.

"Inginnya anak saya bebas, kalau tidak boleh di sini ya di mana gitu, namanya anak, gak rela digitukan," lanjutnya.

Nur Hayati sendiri sebenarnya yakin anaknya tidak akan berbuat ulah yang membahayakan orang lain kecuali dengan keluarga paman dan tantenya.

"Masalahnya sama buleknya saja. Sama orang lain tidak ada," jelasnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved