Ini Pekerjaan Warga Desa Sumurgeneng Tuban Setelah Mendadak Miliarder, Dulu Petani, Kini Berubah?

Bagaimana hidup warga Desa Sumurgeneng Tuban setelah mendadak jadi miliarder? dulu petani, sekarang?

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase
Pekerjaan Warga Desa Sumurgeneng Tuban Setelah Mendadak Miliarder 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Setelah mendadak miliarder, pekerjaan warga Desa Sumurgeneng, Tuban yang dulunya petani apakah berubah?.

Pertanyaan itu dijawab oleh dua orang warga bernama Ali Sutrisno (37) dan Wantono (40). 

Ali Sutrisno mendapat uang sejumlah Rp 17 miliar dari hasil penjualan tanah, sedangkan Wantono mendapat Rp 24 miliar. 

Tentu saja jumlah yang didapat Ali Sutrisno dan Wantono sangat besar bahkan bisa mengubah hidup mereka sesuai keinginan. 

Kendati mendapat jumlah uang yang fantastis, namun ternyata dua orang petani itu memilih untuk tetap bertani dan tidak beralih profesi. 

"Saya tetap bertani. Seperti sekarang ini, saya menjemur jagung," kata Ali kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (18/2/2021).

Ali menggunakan uang tersebut untuk membeli tiga mobil, usaha, tanam modal, deposito, dan beli tanah di tempat lain.

"Saya dapat Rp 17 miliar dari menjual lahan seluas 2,2 hektare. Tetapi kami tetap bertani," bebernya.

Zona Merah Jawa Timur Sabtu 20 Februari 2021: Tersisa Jombang, Zona Kuning Nihil & Zona Oranye Naik

Ramalan Bintang Hari Ini 20 Februari 2021: Virgo, Cancer, Aquarius, Gemini, Butuh Cinta & Ketenangan

Senada dengan Wantono, Ia juga masih beraktivitas layaknya petani pada umumnya.

Wantono juga masih melakukan aktivitas sehari-hari seperti menjemur jagung hasil panennya di halaman atau pelataran kosong.

Wantono (40), warga Desa Sumurgeneng, Jenu, miliarder Tuban setelah menjual tanah untuk kilang minyak GRR Pertamina-Rosneft.
Wantono (40), warga Desa Sumurgeneng, Jenu, miliarder Tuban setelah menjual tanah untuk kilang minyak GRR Pertamina-Rosneft. (mochamad sudarsono/suryamalang.com)

Pria satu anak tersebut mendapat Rp 24 miliar lebih dari penjualan lahan 4 hektare.

Wantono menggunakan uang tersebut untuk membeli mobil dan tanah, serta deposito.

Kini Wantono memiliki tanah 3 hektare untuk bertani dan disewakan.

"Saya memang bertani sejak kecil," terang Wantono.

Ali dan Wanto menjadi miliarder baru setelah menjual tanah untuk proyek kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.

  • Sisi kehidupan warga lain  

Tak semua warga Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, jadi miliarder dari hasil jual tanah ke Pertamina.

Seperti yang halnya yang dirasakan Tarsimah (65), warga Dusun Sumurgeneng.

Tarsimah hanya bisa mendengar suara riuh dari para tetangganya yang menjual lahan untuk proyek kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.

"Tidak dapat apa-apa saya, ya hanya lihat orang yang jual tanah saja pada senang," katanya ditemui di rumah, Jumat (19/2/2021).

Potret Ika Mawada Ramadhani, Beber Tips Sembuh dari Covid-19

Baca juga: Siap Jadi Tuan Rumah Piala Menpora 2021, Arema FC Mengaku Belum Dapat Surat Resmi

Tarsimah (65), warga Dusun/Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, yang tidak mendapatkan berkah miliaran rupiah penjualan tanah ke Pertamina
Tarsimah (65), warga Dusun/Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, yang tidak mendapatkan berkah miliaran rupiah penjualan tanah ke Pertamina (mochamad sudarsono/suryamalang.com)

Tarsimah mengaku tak punya lahan untuk dijual ke perusahaan plat merah, hingga dia hanya menyaksikan keriuhan di kampungnya saat orang ramai-ramai beli mobil.

Bahkan jangankan tanah, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja ia harus bertahan dengan bantuan dari pemerintah.

Di dinding depan rumahnya, tertempel pamflet penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

"Tidak punya tanah, ya hanya rumah ini. Saya dan suami sudah tidak kerja, dapat bantuan dari pemerintah," ujarnya.

Di rumah ia tinggal bersama Parman (70) suaminya, yang kini mengalami sakit tidak bisa jalan.

Kondisi itu membuatnya harus tetap bertahan dengan segala keterbatasan.

Tarsimah juga bercerita saat ini kedua anaknya sudah tidak tinggal serumah, melainkan telah berkeluarga. Ada yang tinggal di luar kota.

"Ya seadanya bertahan, melihat tetangga pada jual tanah ya saya tidak bisa apa-apa, tidak punya lahan untuk dijual juga," ungkap sambil bersandar di pintu masuk.

  • Warga penerima BPNT ditarik 

Sementara itu, pendamping Bantuan Sosial Pangan (BSP) atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Jenu, Imron mengatakan, sebelumnya ada 288 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT di Desa Sumurgeneng.

Namun setelah diverifikasi atas viralnya kampung miliarder, ditemukan 27 KPM yang dianggap sudah mampu karena telah menjual lahan ke Pertamina.

Kemudian mereka yang dianggap sudah mampu dicoret sebagai penerima BPNT melalui aplikasi sistem informasi kesejahteraan sosial next generation (SIKS-NG).

"Sudah diverifikasi oleh petugas, yang mendapat ganti untung lahan harus dikeluarkan dari penerima BPNT," tutup Imron.

Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto menyatakan, hingga kini sejak pencairan penjualan tanah warga untuk proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Pertamina-Rosneft asal Rusia, sudah ada 176 mobil baru yang dibeli.

Mobil yang dibeli warga itu pun berbagai macam jenis, seperti kijang Innova, Honda HR-V, Fortuner, Pajero dan Honda Jazz. 

"Sudah ada 176 mobil baru yang datang, itu tidak langsung bersamaan, yang datang bareng ya 17 mobil minggu kemarin," ujarnya.

Kades menambahkan, ada 840 KK warga di desanya, namun yang lahannya dibeli perusahaan plat merah sekitar 225 KK. 

Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu, sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.

Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar.

"Kalau rata-rata Rp 8 miliar, satu rumah ada yang beli 2-3 mobil. Sisanya buat beli tanah lagi, tabungan, bangun rumah dan usaha," pungkasnya.

  • Sosok pengunggah video viral 

Sementara itu, siapa pengunggah video viral kaum miliarder baru membeli mobil di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban?

Video viral tersebut diunggah akun Facebook berkelana pada Minggu (14/2/2021) sore.

Video viral itu dibagikan di grup Jaringan Informasi Orang Tuban (JITU), dan beberapa grup lain, serta grup WhatsApp.

Pengunggah video viral itu adalah Tain (38), warga Dusun Pomahan, Desa Sumurgeneng.

Bapak satu anak ini juga miliarder yang baru saja menjual tanahnya untuk proyek kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan antara Pertamina-Rosneft perusahaan asal Rusia.

"Saya dapat Rp 9,7 miliar hasil jual tanah ke Pertamina," kata Tain kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (18/2/2021).

Namun, Tain memilih tidak membeli mobil sebagaimana warga lain.

Tain memilih membeli tanah di tempat lain, dan menabungkan uangnya.

Tain tidak menyangka video viral tersebut bakal menyita perhatian warganet.

Padahal awalnya Tain hanya sekadar membagi sebagai bentuk kesenangan karena warga ramai-ramai membeli mobil.

"Saya juga tidak menyangka video viral itu bisa sampai Malaysia," terangnya.

  • Beli mobil tapi belum bisa nyetir

Fakta unik terungkap, beberapa warga pembeli mobil baru ternyata belum bisa mengemudi. 

Wantono (40) mengatakan memang tidak bisa nyetir sebelum membeli mobil jenis Mitsubishi Xpander. 

Sehari-hari ia hanya mengendarai traktor untuk ke sawah. 

Namun, setelah beli mobil ia kemudian diajari temannya hingga akhirnya mulai bisa mengemudi. 

"Memang sebelum beli mobil ini tidak bisa nyetir, setelah beli saya belajar," ujarnya ditemui di rumahnya, Kamis (18/2/2021). 

Sambil meminum air di gelas, bapak satu anak itu berdalih tak butuh waktu lama untuk belajar mengemudi mobil. 

Diakuinya, masih sulit mengendari traktor yang digunakan sehari-hari untuk membajak sawah. 

Meski sudah bisa mengemudi, pria yang mendapat Rp 24 miliar setelah menjual tanahnya 4 hektare itu belum berani mengemudi ke kota. 

"Ya hanya di jalan desa saja mengemudinya, belum berani ke jalan raya ke kota. Saya hanya beli 1 mobil, sisanya beli tanah dan ditabung," pungkasnya. 

Sementara itu, Matrawi (55) warga sekitar juga menyatakan hal sama. 

Dia membeli dua mobil setelah menjual tanahnya 1/2 hektare dan mendapat Rp 3 miliar dari Pertamina

Sebelum membeli mobil, ia juga tidak bisa mengemudikan kuda besi.

Setelah beli mobil Rush dan pickup ia baru belajar. 

"Saya beli dulu baru belajar, sekarang sudah bisa sedikit-sedikit. Belum berani jalan ke kota, di desa dulu," tutup Matrawi. 

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.

Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektare.

Rinciannya, lahan warga 384 hektar, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektare.

Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.

Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.

Penulis: Sarah Elnyora/Editor: Adrianus Adhi/SURYAMALANG.COM.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved