Berita Tuban Hari Ini

Bukan Hanya Mobil Baru, Seperti Ini Rumah Baru Mewah Warga Tuban Terdampak Kilang Minyak Pertamina

Setidaknya, sekitar 63 KK mulai membangun rumah baru dan sebagian sudah ada yang menempati.

Penulis: Mochamad Sudarsono | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Mochammad Sudarsono
Rumah-rumah baru warga Tuban di Komplek rumah relokasi mandiri warga terdampak kilang minyak yang kini dalam proses pengerjaan di Desa Wadung, Kecamatan Jenu. 

Di sisi lain, warga juga tidak mau jika relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.

"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tutupnya.

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.

Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar.

Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.

Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.

Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.

Tak Semua Jadi Miliarder, Masih Ada Warga Miskin

Tak semua warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, mendapat durian runtuh hasil jual tanah ke Pertamina.

Seperti yang halnya yang dirasakan Tarsimah (65), warga Dusun Sumurgeneng.

Ia hanya bisa mendengar suara riuh dari para tetangganya yang menjual lahan untuk proyek kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.

"Tidak dapat apa-apa saya, ya hanya lihat orang yang jual tanah saja pada senang," katanya ditemui di rumah, Jumat (19/2/2021).

Tarsimah (65), warga Dusun/Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, yang tidak mendapatkan berkah miliaran rupiah penjualan tanah ke Pertamina
Tarsimah (65), warga Dusun/Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, yang tidak mendapatkan berkah miliaran rupiah penjualan tanah ke Pertamina (mochamad sudarsono/suryamalang.com)

Ia mengaku tak punya lahan untuk dijual ke perusahaan plat merah, hingga dia hanya menyaksikan keriuhan di kampungnya saat orang ramai-ramai beli mobil.

Bahkan jangankan tanah, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja ia harus bertahan dengan bantuan dari pemerintah.

Di dinding depan rumahnya, tertempel pamflet penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved