Kondisi Desa Miliarder di Tuban Setelah Viral, Warga Bangun Rumah Mewah dan Diserbu Sales Mobil

Beginilah kondisi desa miliarder di Tuban setelah vira para warganya ramai-ramai beli mobil masal. Banyak didatangi sales.

Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM
Kondisi Desa Milyader di Tuban Setelah Viral 

SURYAMALANG.COM - Beginilah kondisi desa miliarder di Tuban setelah vira para warganya ramai-ramai beli mobil masal. 

Selain fenomena borong mobil baru, ternyata para warga kampung miliarder di Kabupaten Tuban ini juga beramai-ramai bangun rumah mewah baru. 

Bak ketiban durian runtuh, warga desa di Tuban mendadak dikenal sebagai kampung miliarder setelah tanah mereka dibeli Pertamina

Berikut adalah kondisi desa miliarder di Tuban yang dirangkum dari liputan wartawan di lapangan:

1. Warga Bangun Rumah Mewah

Presiden Jokowi dan Ahok saat meninjau proyek kilang minyak di Tuban, 21 Desember 2019 lalu.
Presiden Jokowi dan Ahok saat meninjau proyek kilang minyak di Tuban, 21 Desember 2019 lalu. (Instagram/Jokowi)

Ramalan Bintang Hari Ini Senin 22 Februari 2021: Aries Waktunya Istirahat, Taurus Sangat Sibuk

Zona Merah Jawa Timur Senin 22 Februari 2021: Tersisa Jombang, Zona Kuning Nihil & Zona Oranye Naik

Video Viral Mahasiswi PTN Malang Dihadang Pria Bersenjata Paving di Gresik, Afra Trauma Nyetir Mobil

Mayat Perempuan Tanpa Busana Ditemukan Mengapung di Sendang Sumber Tutup Dlanggu Mojokerto 

Jika Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu jadi viral karena aksi borong mobil baru warganya setelah menjadi miliarder dari penjualan lahan, di desa berbeda muncul komplek rumah mewah baru.

Rumah-rumah mewah baru dibangun di lokasi relokasi mandiri warga di Desa Wadung, Kecamatan setempat.

Relokasi mandiri itu dilakukan warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, karena rumah sebelumnya terdampak kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.

Setidaknya, sekitar 63 KK mulai membangun rumah baru dan sebagian sudah ada yang menempati.

Suwarno (44), warga Dusun Tadahan mengatakan, relokasi ini dilakukan karena tanah miliknya dan warga lain masuk dalam penetapan lokasi (penlok) kilang minyak.

Di rumahnya yang kini telah proses bangun, ia menyebut ada 63 warga Dusun Tadahan yang melakukan relokasi mandiri.

"Ini belum selesai total bangun rumahnya, ada sekitar 63 warga terdampak yang relokasi mandiri di sini," ujarnya, Minggu (21/2/2021).

Dia menjelaskan, untuk bangunan rumahnya yang terdampak pembangunan kilang, ia mendapat kurang lebih Rp 612 juta.

Nilai yang didapat tersebut tentu jauh jika dibandingkan dengan warga Desa Sumurgeneng, yang memiliki lahan luas.

Sebab, di Desa Wadung yang terdapat Dusun Tadahan, Ringin dan Boro sebagian besar yang terdampak adalah bangunan.

"Nilai tanah dan bangunan yang dibeli hampir sama dengan saya beli tanah untuk buat rumah baru. Tanah dihargai Pertamina Rp 600 ribuan, saya beli tanah juga sekarang harganya segitu," pungkasnya.

Rumah-rumah baru warga Tuban di Komplek rumah relokasi mandiri warga terdampak kilang minyak yang kini dalam proses pengerjaan di Desa Wadung, Kecamatan Jenu.
Rumah-rumah baru warga Tuban di Komplek rumah relokasi mandiri warga terdampak kilang minyak yang kini dalam proses pengerjaan di Desa Wadung, Kecamatan Jenu. (SURYAMALANG.COM/Mochammad Sudarsono)

Pria yang juga sempat menolak pembangunan kilang itu mengungkapkan alasan melakukan relokasi mandiri.

Hal itu dikarenakan relokasi yang dijanjikan oleh Pertamina tak kunjung jelas, sehingga keputusan relokasi mandiri itu diambil bersama warga lainnya.

Di sisi lain, warga juga tidak mau jika relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.

"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tutupnya.

2. Diserbu Seles Mobil

Sejak viral sebagai kampung miliarder, Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban banyak didatangi orang luar daerah. 

Wajah baru berpenampilan ala safari atau perkantoran berseliweran menapaki jalan perkampungan desa setempat.

Mobil berplat luar Tuban bak menjadi penanda, jika para penumpangnya akan menawarkan produk kepada para miliarder.

Benar saja, para sales berbagai macam produk bisnis beramai-ramai datang di desa tersebut untuk menggaet para miliarder.

Pengunjung warung juga tak luput dari sasaran penawaran.

Sales dealer mobil asal Surabaya, Bimo (30) mengatakan, ia datang ke sini bersama teman-temannya karena mengetahui kampung ini viral.

Sales dari berbagai macam perusahaan ramai-ramai mendatangi Desa Sumurgeneng, Tuban, Minggu (21/2/2021).
Sales dari berbagai macam perusahaan ramai-ramai mendatangi Desa Sumurgeneng, Tuban, Minggu (21/2/2021). (SURYAMALANG.COM/M Sudarsono)

Tentu saja kedatangannya adalah untuk menawarkan produk mobil kepada para miliarder baru, yang telah menjual tanahnya ke Pertamina untuk pembangunan kilang minyak.

"Ya ini ngikut saja, lagi pada ramai di sini. Ini masih nawarin ke warga," ujarnya, Minggu (21/2/2021).

Sementara itu, sales biro umroh asal Surabaya, Anita juga menyatakan hal sama.

Kedatangannya bersama tim ke Desa Sumurgeneng adalah untuk menawarkan paket umroh.

Sebab, ia mengetahui dari pemberitaan jika ada warga yang ingin memberangkatkan umroh keluarganya.

"Ya ini lagi mencoba menawarkan perjalanan umroh ke warga, tahu kampung ini viral dari pemberitaan," bebernya.

Miliarder desa setempat, Siti Nurul Hidayatin (32) menyatakan, memang banyak para marketing datang ke Desa Sumurgeneng.

Mereka yang datang kebanyakan menawarkan berbagai macam produk.

Di antaranya, umroh, perumahan, investasi, mobil dan lain-lain.

"Benar itu, banyak sekali sales yang datang ke sini menawarkan produk," ungkap miliarder penerima 18 M hasil jual tanah ke Pertamina tersebut.

Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto menyatakan, hingga kini sejak pencairan penjualan tanah warga untuk proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Pertamina-Rosneft asal Rusia, sudah ada 176 mobil baru yang dibeli.

Mobil yang dibeli warga itupun berbagai macam jenis, seperti kijang Innova, Honda HR-V, Fortuner, Pajero dan Honda Jazz.

"Sudah ada 176 mobil baru yang datang, itu tidak langsung bersamaan, yang datang bareng ya 17 mobil minggu kemarin," ujarnya.

Kades menambahkan, ada 840 KK warga di desanya, namun yang lahannya dibeli perusahaan plat merah sekitar 225 KK.

Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu. Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.

Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar.

"Kalau rata-rata Rp 8 miliar, satu rumah ada yang beli 2-3 mobil. Sisanya buat beli tanah lagi, tabungan, bangun rumah dan usaha," pungkasnya.

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.

Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar. Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.

Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.

Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.

Penulis: Frida Anjani, Mochammad Sudarsono / SURYAMALANG.COM

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved