Gempa di Jawa Timur
Tsunami 22 Meter Diprediksi Terjadi di Laut Selatan Jawa Timur, Pakar ITS Ingatkan Rumus 20-20-20
Tsunami 22 Meter Diprediksi Terjadi di Laut Selatan Jawa Timur, Pakar ITS Ingatkan Rumus 20-20-20
SURYAMALANG.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis hasil kajian tentang potensi tsunami di laut selatan Jawa Timur (Jatim).
Tak hanya tsunami, BMKG juga menyebut laut selatan Jatim juga berpotensi terjadi gempa bumi.
Terkait hal ini, pemerintah diminta lebih intensif melakukan mitigasi bencana menyusul hasil kajian BMKG.
Pakar Geologi yang juga peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo mengatakan, rumus mitigasi paling mudah yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah 20-20-20.
"Rumus 20-20-20 penting diketahui masyarakat khususnya di sekitar lokasi potensi tsunami," katanya dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com, Kamis (3/6/2021).
Rumus 20-20-20, kata dia, berarti jika terjadi gempa terasa selama 20 detik, tanpa perlu menunggu air surut segera menuju ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter, karena waktu yang ada hanya sekitar 20 menit.
Potensi tsunami di laut selatan Jatim yang diungkap BMKG, kata dia, adalah langkah awal yang tepat, mengingat daerah Jawa Timur terbentuk karena adanya tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
Apalagi dalam lima bulan terakhir, diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi.
"Tingginya intensitas terjadinya gempa ini patut dicurigai, belajar dari gempa besar Yogyakarta pada 27 Mei 2005 lalu," terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS Surabaya itu.
Tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur, menurutnya, memiliki panjang sekitar 250 sampai 300 kilometer.
Hal itu menunjukkan, gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, khususnya di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu.
Meski menurut penelitian, aktivitas seismik yang terekam selama ini tidak merata, tetapi menurut Amien, justru hal itu yang perlu dijadikan perhatian.
"Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismic, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu," katanya.
Sebelumnya, BMKG mengingatkan potensi terburuk bencana tsunami akibat gempa bumi yang kemungkinan terjadi di wilayah pantai selatan Jatim.
Peringatan itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi Dan Tsunami Di Jawa Timur Jumat (28/5/2021) lalu.
Berdasarkan kajian tim ahli BMKG, potensi terburuk bencana tsunami tersebut setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 skala richter tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.
"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," katanya.
Hasil analisis dan kajian BMKG juga menyatakan bahwa potensi genangan hasil tsunami itu bisa mencapai setinggi 22 meter.
"Genangan bisa mencapai 22 meter, ini sampai masuknya juga menjorok cukup jauh ke daratan," tuturnya.
Prediksi tersebut berdasarkan terus meningkatnya aktivitas kegempaan di perairan selatan Jatim selama 5 tahun terakhir.
"Berdasarkan kajian perlu diwaspadai karena gempa dengan magnitudo besar selalu diawali dengan banyak gempa dengan magnitudo kecil," kata Dwikorita. Kompas.com

Penjelasan BMKG Karangkates
Kepala Stasiun BMKG Karangkates, Mamuri, memberikan penjelasan terkait kabar heboh isu tsunami akibat gempa besar yang bisa saja terjadi di Jawa Timur.
Mamuri menegaskan fenomena alam tersebut merupakan potensi terburuk, namun bukan prediksi pasti.
Baru-baru ini, ramai tersiar kabar potensi gempa 8,7 Skala Richter dan gelombang tsunami mencapai puluhan meter di pesisir Jawa Timur bagian Selatan.
"Itu adalah potensi terburuk. Artinya bisa terjadi atau bisa juga tidak terjadi," ungkap Mamuri ketika dikonfirmasi pada Rabu (2/6/2021).
Kata Mamuri, kajian para peniliti disampaikan dengan alasan yang dilatarbelakangi oleh kaidah ilmu pengetahuan.
"Kenapa para peneliti menyampaikan itu, sebenernya tujuannya lebih untuk mitigasinya terutama kepada pemerintah daerah dan masyarakatnya. Sekali lagi itu bukan prediksi tapi potensi, bisa iya bisa tidak," jelas Mamuri.
Terkait berbagai rentetan gempa yang terjadi Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar baru-baru ini merupakan peristiwa yang alamiah, alias akibat aktivitas subduksi.
"Ini akan menjadikan edukasi bagi kita. Kiranya ini bukan menjadikan ketakutan yang tanpa alasan. Kesiapsiagaan kita untuk mengadapi beberapa potensi tersebut," pesannya. (SURYAMALANG.COM)
Berita terkait tsunami