Nenek Korban Penganiayaan di Panti Asuhan Tak Tega Melihat Cucunya Dipecut pakai Kabel Listrik 

Fatimah, nenek dua bocah yang menjadi korban penganiayaan di sebuah panti asuhan di Gresik tak tega melihat kondisi kedua cucunya

Editor: eben haezer
willy abraham
Fatimah, nenek dua bocah yang menjadi korban penganiayaan di sebuah panti asuhan di Gresik 

SURYAMALANG, GRESIK - Suara Fatimah menjadi lirih, nadanya terbata-bata menceritakan kondisi kedua cucunya yang menjadi korban kekerasan panti asuhan di Gresik. Dia mengaku tidak tega saat dua cucunya, MFS dan DRS mengerang kesakitan saat badannya disentuh. 

Dia mengelus dada melihat perlakuan yang diterima kedua cucunya itu dari panti asuhan Al Amin yang berada di Desa Munggugebang, Kecamatan Benjeng. 

“Saya lihat sendiri pahanya seperti itu (penuh luka disabet kabel listrik),kok sampai seperti itu. Mukuli anak orang yang tidak punya kok seperti itu, saya cuman ngomong dalam hati,” kata wanita berusia 60 tahun saat ditemui di kediamannya di wilayah Kebomas. 

Fatimah tinggal bersama anak dan kedua cucunya di sebuah rumah sederhana dengan status indekos.  

Rumah kosnya sederhana, berdinding batako dan berlantai tanah. Karena tidak memiliki pekerjaan tetap, untuk membayar kos seharga Rp 400 ribu sebulan, cukup berat, terkadang hingga nunggak. 

Sehari-hari dia bekerja serabutan, kadang sebagai asisten rumah tangga jika dibutuhkan. Meski demikian, dia memiliki cita-cita kedua cucunya menjadi anak yang berhasil. 

Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Saat dijemput ke panti asuhan kondisi kedua cucunya penuh luka, hingga memar.

“Padahal saya mencubit saja tidak pernah, saya nangis keinginan cucu saya untuk bisa mendapatkan ilmu supaya pintar malah seperti ini. Kasihan saya elus malah kesakitan teriak sakit,” terangnya. 

Dikatakannya, kondisi psikis kedua cucunya sudah membaik. Bisa tersenyum kembali dan doyan makan. Hanya saja, di bagian kepala masih merasakan sakit saat disentuh. 

“Sakit katanya kemeng, sakit mak. Mas bisa lari saat dipukuli saya nangis,” kata dia menirukan cucunya itu. 

Kedua cucunya itu tidak ingin kembali ke panti asuhan yang berada di Benjeng tersebut. Keduanya benar-benar trauma dan tidak ingin kesana lagi. 

Lapor ke Polisi

Ibu dua anak tersebut telah melaporkan kasus penganiayaan yang dialami oleh MFS dan DRS ke Unit Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Gresik. Polisi segera melakukan pemanggilan saksi-saksi.

"Saat ini sedang kami tangani, masih dalam proses penyelidikan," kata Kapolres Gresik, AKBP Arief Fitrianto melalui Kasatreskrim Polres Gresik AKP Bayu Febrianto Prayoga, Kamis (5/8/2021)  

Pihaknya telah melayangkan surat pemanggilan kepada pihak pelapor, saksi maupun terlapor. 

Saat ini kedua bocah itu telah pulang bersama ibunya yang bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga. Tinggal di sebuah rumah kos, di daerah Kebomas.  

Gara-gara Permainan

Diketahui, kaki kedua bocah yang baru berumur belasan tahun itu penuh luka, mulai betis hingga paha.   

Kedua korban mengalami luka memar di punggung, serta pelipis setelah dipukul memakai kabel oleh anak pemilik panti yang berusia kurang lebih 30 tahun. Keduanya berhasil pulang setelah mencoba kabur keluar dari panti asuhan akibat mendapat perlakuan kasar. 

Diketahui, kasus penganiayaan itu bermula saat salah satu korban bermain salah satu mesin capit boneka.

Beberapa jam kemudian, pihak pengurus panti asuhan mengetahui. Terduga pelaku berinisial M ini langsung memukul korban yang masih kecil itu dengan sabetan kabel berulang kali. Kedua bocah itu sudah menangis meminta maaf bahkan memohon ampun namun tidak menghentikan aksi kekerasan itu hingga korban berdarah-darah di bagian paha

Tidak hanya itu, korban MFS yang saat kejadian hanya menemani juga kena amuk. Akibatnya, kedua anak itu mengalami babak belur akibat tindak kekerasan. DRS memar di bagian betis dan paha. Lalu, MFS mengalami memar di bagian betis dan pelipis mata sebelah kanan.  

Dalam kejadian itu MFS sempat kabur dari panti asuhan dengan menahan rasa sakit di kakinya, berlari sekencang-kencangnya mencari pertolongan ke warga sekitar. Namun pengurus panti mengejar meminta ia kembali ke asrama.  

Penganiyaaan itu pun membuat Iskandar Rasyid (40)  kerabat korban geram bukan main. Apalagi, penyebabnya hanya karena masalah sepele.

“Korban diamankan, pihak panti datang dan diiming-imingi uang agar mau kembali dan tidak melaporkan peristiwa tersebut,” ucap Iskandar, Rabu (4/8/2021). 

Kasus itu mulai terbongkar saat ibu dari kedua anak itu mengunjungi panti asuhan. Melihat dua buah hatinya yang dititipkan di panti asuhan mendapat perlakuan seperti itu, dia langsung membawa pulang. Sang ibu yang merupakan asisten rumah tangga hanya bisa mengelus dada. Pendapatannya yang tidak seberapa membuatnya bertekad membesarkan dua buah hatinya. Sedangkan sang suami pergi entah kemana meninggalkan keluarga kecil ini. 

Melihat anaknya dalam kondisi luka-luka, ibu korban melaporkan peristiwa ini ke ranah hukum. Beberapa korban termasuk Iskandar mendukung langkah tersebut. Pasalnya, perlakuan yang dialami kedua bocah malang itu tidak manusiawi. 

"Sudah dilaporkan ke Polres Gresik dan juga visum,” terangnya. 

Iskandar  berharap kasus ini tidak terjadi lagi. Apalagi panti asuhan yang mestinya menjadi tempat aman bagi anak-anak. Apalagi mereka yang berada di sana, kebanyakan adalah anak broken home. (wil)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved