Berita Tulungagung Hari Ini
Jamasan Pusaka Tombak Kiai Upas Tulungagung Didaftarkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Upacara jamasan tombak Kiai Upas di Tulungagung adalah salah satu budaya yang dilestarikan.
Penulis: David Yohanes | Editor: isy
“Ini adalah salah satu budaya adiluhung Kabupaten Tulungagung yang wajib kita jaga,” ujar Bambang.
Upacara adat jamasan pusaka ini juga menjadi salah satu warisan budaya tak benda yang didaftarkan untuk diregistrasi.
Selain jamasan tombak Kiai Upas, upacara adat lain yang didaftarkan adalah manten kucing, ulur-ulur, dan buceng ladang-wadon.
Upacara manten kucing dilaksanakan masyarakat adat di Cuban Kromo saat mengalami kemarau panjang.
Upacara adat ini dimaksudkan untuk permohonan datangnya hujan.
Adat ulur-ulur dilaksanakan di Telaga Buret Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat sebagai bentuk ucapan syukur kelimpahan air untuk pertanian dari telaga ini.
Sedangkan buceng lanang dan buceng wadon adalah dua tumpeng raksasa saat upacara peringatan hari jadi Kabupaten Tulungagung.
Buceng lakang berisi nasi kuning beserta lauk pauk, sedangkan buceng wadon berisi hasil bumi.
Sedangkan tombak Kiai Upas tertulis dalam sejarah tutur tentang Adipati Mangir Wanabaya, atau Mangir IV.
Beliau adalah penguasa tanah perdikan sejak era Kerajaan Majapahit, lalu wilayahnya masuk Kerajaan Mataram.
Raja Mataram kala itu, Penembahan Senopati berusaha menaklukan Mangir.
Namun karena kesaktian tombak pusaka Kanjeng Kiai Upas, Mangir sulit dikalahkan.
Raja kemudian melakukan tipu muslihat dengan mengirimkan anaknya, Retno Pembayun dengan menyamar penari tledek.
Mangir yang terpikat lalu menikahi Retno Pembayun.
Seiring perjalanan waktu, Pembayun mengungkap jati dirinya sebagai anak raja.