Pembelajaran Tatap Muka di Kota Malang Ditargetkan Berlangsung September 2021

Wali kota Malang, Sutiaji menargetkan pembelajaran tatap muka di semua jenjang dapat berlangsung September 2021 mendatang.

SURYAMALANG.COM/M Rifky Edgar H
Ujicoba pembelajaran tatap muka secara terbatas di SMP 3 Kota Malang pada 19 April 2021 lalu 

SURYAMALANG, MALANG - Sistem  pembelajaran tatap muka ditargetkan oleh Wali Kota Malang, Sutiaji bisa dilaksanakan pada September 2021 ini.

Asalkan, para mahasiswa dan siswa dari tingkatan SMP sampai SMA sudah selesai divaksin.

Tak hanya sekolah tatap muka saja yang ditargetkan mulai digelar pada September 2021 ini, Sutiaji juga menargetkan 75 persen masyarakat Kota Malang juga harus sudah divaksin.

"Sesuai arahan dari pak Jokowi, kalau memang penanganan Covid-19 di Kota Malang bisa dikendalikan, pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan pada September nanti," ucapnya, Sabtu (21/8)

Alasan Sutiaji memperbolehkan pembelajaran tatap muka itu agar pertumbuhan ekonomi di Kota Malang bisa merangkak naik.

Mengingat Kota Malang memiliki banyak kampus, yang di daerah tersebut banyak sekali ditemui warga yang berjualan.

Dengan dimulainya pembelajaran tatap muka nanti juga bisa menguntungkan para pedagang kaki lima yang sering berjualan di sekitaran kampus maupun sekolah.

"Masyarakat saat ini sudah masuk ke dalam titik jenuh. Lagipula kualitas offline lebih baik dari pada online. Pertumbuhan ekonomi ini yang jadi pertimbangan kita kalau di Kota Malang," ucapnya.

Terkait kebijakan yang akan diterapkan tersebut, Sutiaji juga memohon kepada pemerintah pusat agar memperbolehkan pembelajaran tatap muka bisa segera dilaksanakan di Kota Malang.

Meski menunggu arahan dari pusat, dalam hal ini daerah juga harus mempersiapkan protokol kesehatan ketat di kampus maupun sekolah.

Berdasarkan penjelasan ahli epidemiologi, lanjut Sutiaji, aglomerasi di Kota Malang ini lebih mudah jika dibandingkan dengan Surabaya.

Karena di Kota Malang ini banyak ditemui pendatang dari luar daerah yang kerja dan tinggal di Kota Malang.

Hal ini pun dikhawatirkan Sutiaji bisa membawa virus apabila warga luar daerah itu kembali lagi ke Kota Malang.

"Kata epidemiologi, aglomerasinya gampangan Malang. Karena banyak orang luar yang bersinggah di Malang. Jadi rawan membawa virus," ucapnya.

Hal ini pun terbukti dengan keterisian bed atau bed occupancy rate (BOR) di Kota Malang yang lebih banyak dipakai oleh warga di luar Kota Malang.

"Saat ini jumlah pasien luar kota lebih banyak dari jumlah pasien warga Kota Malang. Berdasarkan data yang ada, dari jumlah Tempat Tidur (TT) 1.179, warga Kota Malang hanya menempati 371 TT artinya hanya 31 persen dari jumlah TT yang ada di Kota Malang," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved