Berita Batu Hari Ini

Siswa SMP Satu Atap Pesanggrahan Batu Juara Nasional Lomba Video Kebhinekaan

Pelajar SMP Satu Atap Pesanggrahan 2 menjuarai lomba video kreatif Kemerdekaan ke-76 RI yang bertemakan Rayakan Merdekamu.

Penulis: Benni Indo | Editor: isy
istimewa/dok pribadi
Pelajar SMP Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu, Devi Kisnadelia Indah Suci (13) mengharumkan nama Kota Batu karena berhasil menjuarai lomba video kreatif Kemerdekaan ke-76 RI yang bertemakan Rayakan Merdekamu. Dalam kategori jenjang SMP tersebut, Devi berhasil menjadi juara satu dengan video berjudul ‘Remaja Bicara Bhineka’. 

Berita Batu Hari Ini
Reporter: Benni Indo
Editor: Irwan Sy (ISY)

SURYAMALANG.COM | BATU - Pelajar SMP Satu Atap Pesanggrahan 2, Devi Kisnadelia Indah Suci (13)  mengharumkan nama Kota Batu karena berhasil menjuarai lomba video kreatif Kemerdekaan ke-76 RI yang bertemakan Rayakan Merdekamu.

Dalam kategori jenjang SMP tersebut, Devi berhasil menjadi juara satu dengan video berjudul ‘Remaja Bicara Bhineka’.

Video itu dibuat oleh Devi berdasarkan pengalaman hidupnya waktu kecil yang mendapat tindakan rasis.

Ia mengaku sering diejek karena warna kulitnya yang berbeda dengan teman-temannya.

“Perilaku mengejek itu sebenarnya sangat buruk dan merendahkan,” ujar Devi, Selasa (31/8/2021).

Dalam video tersebut, Devi berbicara dengan latar belakang bukit dan bendera merah putih.

Ia mengatakan, buat apa kita bicara Bhineka, jika warna kulit kau permasalahkan?

Lalu dilanjutkan dengan kata-kata: Buat apa bicara Bhineka, jika kaya miskin kau perlakukan berbeda?

Dalam video tersebut, Devi mengingatkan kepada kita semua dengan kata: ‘apalah arti Bhineka jika aku selalu dipaksa sama’.

Video berdurasi semenit itu diakhir dengan adegan Devi mencium bendera Merah-Putih.

“Saya jadikan pengalaman, terus saya buktikan dalam kata-kata ini bahwa orang berbeda itu tidak boleh dibeda-bedakan. Jika orang dibedakan, ia merasa tersendiri. Seharusnya mereka dikasih semangat,” ujar Devi.

Katanya, beberapa temannya telah berubah, namun juga masih ada yang tetap mengejek.

Bagi Devi, hal itu tidak menjadi masalah besar.

Ia justru mengatakan memberikan semangat kepada temannya yang belum berubah tersebut supaya giat belajar.

“Saya tambah mendukung dia agar dia lebih semangat belajar,” tegas Devi.

Devi mengaku senang menjadi juara satu. Videonya telah menyisihkan 9260 video lainnya.

Kemenangnnya itu bukan sekadar kemenangan tempatnya sekolah, tapi juga kemenangan yang mengharumkan nama Kota Batu.

Di samping itu, mengingatkan kepada para generasi muda untuk tidak berperilaku rasis karena bukan ciri identitas bangsa Indonesia yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.

“Saya senang dan perasaan panik,” ungkap Devi setelah juara.

Perempuan yang bercita-cita menjadi dosen fisika itu mengajak anak-anak seusianya untuk tidak lagi mempermasalahkan perbedaan.

Baginya, setiap orang telah terlahir sempurna, maka tidak selayaknya mendiskriminasikan seseorang.

Bukan kali ini saja Devi juara, pada saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia mengaku pernah ikut kejuaraan juga, yakni lomba pidato, puisi, Qiroah dan Olimpiade MTK.

Ia mendapatkan juara satu qiroah, dan juara dua lomba pidato dan baca puisi.

Lomba tersebut diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud RI).

Dirinya pun berkesempatan berbincang dengan Menteri Mendikbud Ristek RI, Nadiem Anwar Makarim.

Kepala SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu, Ida Misaroh mengatakan sangat bersyukur salah satu muridnya berhasil menjadi juara tingkat nasional.

"Sama sekali tidak menyangka kalau murid kami bisa menjadi juara I. Ini merupakan prestasi yang sangat menggembirakan, kami sangat bangga," jelas Ida.

Awalnya pihak sekolah mengetahui ada lomba video lalu mensosialisasikan kepada pada siswa.

Dari semuanya hanya ada 2 siswa yang berminat.

"Nah salah satunya Devi, pengalaman yang dia rasakan semasa kecil itulah yang dia jadikan ide gagasan video. Jadi memang murni gagasan dia,” ungkapnya.

Lalu gagasan itu disempurnakan lewat pendampingan guru-guru, kemudian disajikan lewat karya video.

Video sempat diambil menggunakan kamera ponsel pintar, namun karena kualitasnya kurang bagus, akhirnya meminjam kamera lain.

"Dan berhasil meraih juara I setelah masuk 50 besar dari 9260 peserta, lalu masuk 10 besar dan masuk grand final. Akhirnya juara, meski sekolah kami berada di dusun terpencil di Kota Batu tidak membuat kami berkecil hati,” ungkapnya. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved