Kesehatan

Dokter Ungkap Penyebab Sakit Jantung di Usia Muda, Malas Gerak dan Sering Ngemil Jadi Faktor Utama

Dokter Ungkap Penyebab Sakit Jantung di Usia Muda, Malas Gerak dan Sering Ngemil Jadi Faktor Utama

Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Luthfi Husnika
dr Sebastian Andi Manurung SpJp, FIHA, Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah saat menjadi pembicara di Webinar bertajuk 'Menjaga Jantung yang Baik', Sabtu (25/9/2021) sore. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Penyakit jantung bisa menyerang siapa saja. Pakar mengatakan, gaya hidup menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya risiko penyakit jantung.

Dikatakan dr Sebastian Andi Manurung SpJp, FIHA, Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah bahwa beberapa waktu belakangan, penyakit jantung justru diderita oleh pasien dengan usia muda.

Penyebabnya secara garis besar adalah gaya hidup yang rutin dilakukan sehari-hari. Kebiasaan tersebut menurut dr Sebastian menjadi penentu kesehatan jantung.

"Memang ada banyak faktor risiko. Tapi dewasa ini kebanyakan dipengaruhi gaya hidup. Terutama saat pandemi," kata dr Sebastian saat menjadi pembicara di Webinar bertajuk 'Menjaga Jantung yang Baik', Sabtu (25/9/2021).

Pandemi, lanjut dr Sebastian, membatasi gerak seseorang. Banyak kegiatan yang dilakukan dari rumah membuat kebiasaan malas bergerak semakin meningkat.

Padahal, malas bergerak atau yang kerap disebut mager ini punya peranan besar dalam menambah risiko berbagai penyakit, seperti jantung.

"Mager ini saya lihat semakin menjadi kebiasaan. Malas olahraga, banyak rebahan tapi asupan kalori tidak seimbang akhirnya menimbulkan masalah. Bisa jadi obessitas dan mengarah ke penyakit jantung," jelas dr Sebastian.

dr Sebastian menjelaskan, kebiasaan mager yang banyak dialami masyarakat diiringi dengan asupan kalori yang tidak balance.

Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan dan cepat saji menurut dr Sebastian juga meningkat belakangan ini.

"Sudah kalorinya tinggi, malas gerak dan tidak pernah olahraga. Padahal serangan jantung ini banyak terjadi pada orang yang jarang gerak juga," papar dr Sebastian.

Kebiasaan lain yang menambah dampak buruk dari jarang bergerak adalah banyak konsumsi jajanan atau ngemil.

"Harusnya pandemi bukan alasan untuk malas gerak. Olahraga harus tetap jalan. Apalagi orang kita hobi ngemil. Bahaya ini kalau tidak diimbangi kebiasaan hidup sehat. Tingkat serat kurangi ngemil," ungkapnya.

Selain kebiasaan malas gerak, faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan penyakit jantung adalah tidak bisanya mengelola stres.

Menurut dr Sebastian, ketika stres, jantung akan bekerja lebih keras. Oleh karena itu, manajemen stres yang baik dibutuhkan.

"Stres ini menyumbang risiko besar juga dalam penyakit jantung. Apalagi kalau stres pelariannya ke rokok dan rokok elektrik. Wah ini malah bahayanya dobel," katanya.

dr Sebastian kemudian mengimbau untuk bisa berdamai dengan stres. Caranya bisa dengan memperbanyak aktivitas positif seperti olahraga.

"Olahraga sebenarnya bisa meningkatkan kebahagiaan. Karena, saat seseorang olahraga maka hormon kortisol yang memicu stres dan adrenalin dalam tubuh akan menurun. Olahraha bisa obat untuk mengatasi depresi dan rasa cemas," tutupnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved