Berita Batu Hari Ini
Mbah Kus, Tokoh Dusun Jurang Kuali Batu, Penjaga Sumber Brantas dengan Tanam Pohon dan Ritualnya
Sumber Brantas berada di arboretum yang dikelola oleh Perusahaan Umum Jasa Tirta I (PJT I). Seorang warga Kota Batu, Mbah Kus, juga menjaga sumber ini
Penulis: Benni Indo | Editor: isy
Berita Batu Hari Ini
Reporter: Benni Indo
Editor: Irwan Sy (ISY)
SURYAMALANG.COM | BATU - Sumber Brantas yang berada di Desa Sumber Brantas, Kota Batu adalah sumber kehidupan.
Air yang keluar dari sumber ini menghidupi tanaman di ladang-ladang petani.
Mengairi sungai yang banyak ikannya, bahkan sungainya mengalir melintasi 17 daerah di Jawa Timur.
Keberadaannya yang dijaga dan dikelola dengan baik dapat menopang keseimbangan kebutuhan kehidupan manusia.
Sumber Brantas berada di arboretum yang dikelola oleh Perusahaan Umum Jasa Tirta I (PJT I).
Namun nyatanya, tidak hanya PJT I saja yang turut menjaga.
Seorang warga sekitar juga ikut menjaga sumber legendaris ini.
Ia adalah Kusno (74).
Pria kelahiran 1947 ini memang sudah tidak muda lagi, namun semangatnya menjaga sumber tidak sesurut usianya.
Saat ditemui di rumahnya yang berada di Dusun Jurang Kuali, Kusno barus saja pulang dari ladangnya.
“Di ladang ada tanaman bawang merah, brokoli, lobak, dan kacang kapri,” kata Kusno saat menceritakan tanaman di ladangnya.
Kusno lebih akrab dipanggil Mbah Kus oleh warga sekitar.
Warga sekitar mengenal Mbah Kus tidak hanya sebagai seorang petani, tetapi juga sosok yang memiliki jasa menjaga sumber, terutama Sumber Brantas.
Aktivitas menjaga sumber ini sudah ia lakukan sejak awal-awal tahun 1970-an, saat usianya masih 20 tahunan.
Kala itu, Mbah Kus adalah seorang anggota pertahanan sipil (Hansip).
Ia mendapat tugas dari kepala desa tidak hanya untuk menjaga keamanan, namun juga menjaga sumber mata air.
“Waktu itu, sumber pernah surut di bulan kesembilan. Oleh Kepala Desa, Pak Muhtar, saya ditugaskan untuk menjaga sumber. Saya sempat bingung, tapi tetap saya kerjakan saja,” ungkapnya.
Mbah Kus muda sudah mulai melestarikan alam di sekitar Sumber Brantas.
Hingga di usia tuanya kini, kegiatan konservasi itu pun masih ia lakukan.
Bahkan sebenarnya Mbah Kus juga mendapatkan tugas untuk merawat punden Mbah Sri Tumpuk dan Mbah Waliyung.
Mbah Kus tidak belajar formal tentang konservasi.
Namun nyatanya, ia mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip konservasi.
Hampir setiap tahun ia menanam pohon di aliran air yang berasal dari sumber yang pada awal-awalnya, ditanam di sekitar sumber.
Pohon yang ditanam bermacam-macam.
Namun bagi Mbah Kus, bibit beringin harus ia tanam.
Menurutnya, pohon beringin sangat ideal untuk kawasan dekat sumber.
Pohon beringin mampu menjaga kelestarian sungai atau sumber yang berada di dekatnya.
Bibit-bibit pohon itu ia dapat dari warga sekitar.
Selain menanam pohon, Mbah Kus juga sering mengadakan ritual di dekat sumber.
Caranya ini justru mendorong kepedulian warga terhadap sumber.
Lambat laun, banyak warga turut serta dalam ritual yang diadakan tersebut.
“Kalau dulu tidak ada yang merawat. Saya merangkul orang-orang untuk ikut menyelamati sumber-sumber di sini. Ritual ini saya lakukan biasanya pada saat bersih desa. Kalau di Sumber Brantas ini, ritualnya dengan nasi gurih, terus ada ingkungnya juga,” paparnya.
Ritual tersebut ternyata tidak hanya dilakukan di Sumber Brantas, tapi juga di sumber lainnya seperti di Sumber Sekawan.
Sumber Sekawan masih berada di jalur air Sumber Brantas.
Mimpi Bertemu Sukarno dan Suharto
Hal lain yang diceritakan Mbah Kus adalah pengalamannya saat bertemu Sukarno dan Suharto dalam mimpinya beberapa tahun lalu.
Mbah Kus juga mengaku bertemu Siti Hartinah, atau yang akrab disapa ibu Tien, istri Suharto, dalam mimpinya.
Semua tokoh yang ia temui dalam mimpinya itu berpesan agar dia tetap terus menjaga sumber-sumber air di Desa Sumber Brantas.
“Saya harus menjaga sumber-sumber ini sampai kapanpun,” katanya.
Mbah Kus sempat tidak percaya akan mimpinya itu.
Tapi ia memang melihat sosok Sukarno, Suharto dan Ibu Tien dalam mimpinya.
Setelah bermimpi bertemu para tokoh tersebut, ia pun berangkat ke kompleks makam Suharto di Karanganyar, Jawa Tengah.
Dia juga berangkat ke Kota Blitar untuk mengunjungi makam Sukarno.
“Saya juga ke Makam Samber Nyowo,” katanya.
Pengalaman spiritual itu semakin meyakinkan dirinya untuk betul-betul menjaga Sumber Brantas.
Mbah Kus juga meyakini, Sumber Brantas harus dilindungi untuk keseimbangan alam dan kemakmuran penduduk.
Di akhir wawancara, Mbah Kus mengatakan kebingungan untuk mencari penerusnya.
“Ada rekan saya, tapi juga sudah tua. Perlu generasi baru untuk meneruskan menjaga sumber,” tandas Mbah Kus.