Jendela Dunia
Ini 4 Hal yang Harus Diwaspadai Terkait Virus Corona Varian Omicron, Ilmuwan Dunia Dibikin Khawatir
Ini 4 Hal yang Harus Diwaspadai Terkait Virus Corona Varian Omicron, Ilmuwan Dunia Dibikin Khawatir
SURYAMALANG.COM - Masyarakat dunia kini dilanda kecemasan di tengah pandemi virus corona yang belum tuntas, yakni dengan munculnya varian baru virus corona B.1.1.529 atau omicron.
Sejumlah negara di dunia dilaporkan sudah terpapar kasus ini, bahkan sudah ada langkah-langkah pengetatan demi mencegah penyebaran omicron.
Varian baru virus corona omicron dideteksi pertama kali muncul di Afrika Selatan sebagai variant of concern (VoC), demikian yang diklarifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Varian omicron tidak hanya menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat, bahkan para para ilmuwan di dunia juga menyampaikan kekhawatirannya.
Apa alasan para peneliti merasa khawatir dengan keberadaan varian baru omicron ini?
Berikut empat alasannya yang dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com :
1. Lonjakan kasus Covid-19
Mengutip dari MedicalNewsToday, sejumlah ilmuwan dari Center of Epidemic Response and Innovation (CERI) Afrika Selatan merasa khawatir dengan keberadaan varian baru ini.
Diduga, varian ini menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di Gauteng Afrika Selatan.
Pada 16 November 2021, Afrika Selatan mencatat 136 kasus harian, tetapi pada 25 November 2021 jumlah kasus meningkat menjadi lebih dari 1.200.
Sebanyak 80 persen dari jumlah tersebut berada di Provinsi Gauteng.
Para peneliti menduga, kasus tersebut karena adanya varian baru ini.
Dikarenakan, lonjakan kasus bertepatan dengan deteksi pertama omicron oleh para ilmuwan.
2. Varian mengandung mutasi yang tidak biasa
Direktur CERI Prof Tulio de Oliveria PhD mengatakan, genom dari varian baru omicron mengandung konstelasi mutasi yang sangat tidak biasa.
Mutasi-mutasi inilah yang dikhawatirkan akan membantu virus untuk menghindari sistem kekebalan atau meningkatkan penularannya.
Oliveria menyampaikan, ada sekitar 50 mutasi di seluruh genom virus Omicron.
Lebih dari 30 di antaranya merupakan bagian yang berperan mengkode protein lonjakan virus.
Dia juga mengatakan, varian ini memiliki 15 mutasi di bagian RBD genom.
Padahal pada varian Delta, hanya ada dua, dan varian Beta hanya ada 3 mutasi.
Hal ini membuat para ilmuwan khawatir varian baru bisa mencegah antibodi vaksin tak efektif.
3. Kemampuan masuk sel inang lebih mudah
Varian Omicron juga dikhawatirkan peneliti memiliki mutasi yang membuatnya semakin mudah masuk ke dalam sel inang, sehingga meningkatkan risiko penularan.
Selain itu, Omicron memiliki mutasi dalam tubuhnya yang membuat dia memiliki kekebalan bawaan terhadap patogen yang dia temui.
"Semua hal inilah yang membuat kami khawatir bahwa varian ini mungkin tidak hanya meningkatkan penularan, untuk menyebar lebih efisien, tetapi mungkin juga dapat mengatasi bagian-bagian dari sistem kekebalan dan perlindungan yang kita miliki dalam sistem kekebalan kita," kata Pusat Studi Kesehatan dan Kependudukan Afrika Richard Lessells PhD.
4. Cakupan vaksinasi dunia belum merata
Ahli virologi dari Universitas Columbia Dr Daniel Griffin berspekulasi bahwa virus mungkin telah berevolusi pada orang-orang yang tidak divaksinasi dan dengan sistem kekebalan terganggu.
Padahal, masih banyak negara dengan cakupan vaksin rendah.
Sehingga, menurut dia, kesenjangan vaksin dalam waktu lama akan membuat virus corona terus beradaptasi terhadap sistem kekebalan manusia.
"Sungguh tidak mengherankan bahwa varian ini sekarang sedang dijelaskan, karena kita terus memiliki begitu banyak bagian dunia dengan cakupan vaksinasi yang rendah, memberi virus jutaan peluang untuk mereplikasi dan memilih varian yang lebih cocok," kata Dr Griffin.

Jatim Waspadai Omicron
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan bahwa Pemprov Jawa Timur akan melakukan peningkatan kewaspadaan guna mencegah masuknya virus corona varian omicron ke Jawa Timur.
Memang hingga hari ini, Selasa (30/11/2021), varian omicron belum ditemukan masuk di wilayah Indonesia. Namun, Gubernur Khofifah menyebutkan adanya potensi besar celah masuknya varian omicron dari pekerja migran khususnya dari Hong Kong.
Sebagaimana ramai diberitakan, negara-negara yang sudah ditemukan adanya indikasi penularan Covid-19 varian omicron salah satunya adalah Hongkong. Padahal banyak warga Jawa Timur yang menjadi tenaga migran di Hong Kong.
"Kita mendengar omicron sudah ditemukan di sejumlah negara yang kemungkinan yang potensi terkoneksi dengan mobilitas antar warga negara Indonesia dalam hal ini hongkong, karena kita kan punya banyak PMI di sana, dan akhir tahun biasanya banyak yang kembali pulang, tentu kita harus membangun kewaspadaan," tegas Khofifah kepada SURYAMALANG.COM.
Kewaspadaan yang disiapkan mulai dari pengaturan sistem karantina, teknis pemulangan hingga tes sqeuencing sebagaimana diterapkan pada setiap tenaga migran yang masuk pulang ke Jawa Timur. Pasalnya dengan squencing tersebut akan mudah diketahui varian baru yang muncul.
Sementara itu, saat ini kondisi pandemi covid-19 di Jatim sudah melandai. Capaian vaksinasi juga terus menigkat.
"Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang terus memasifkan vaksinasi di Jawa Timur. Alhamdulillah, berdasarkan data Dashboard Kemenkes/KCPEN, per 27 November 2021, capaian dosis pertama Vaksinasi Covid-19 di Jatim tembus 22.316.301 orang atau 70 ,12 persen dari target provinsi," kata Khofifah.
"Sementara untuk capaian dosis kedua, Vaksinasi Covid-19 di Jatim mencapai 14.829.578 orang atau 46,60 persen," tambahnya.
Sedangkan untuk capaian vaksinasi lansia dikatakan Khofifah sudah banyak yang telah tercapai. Tepatnya ada 19 daerah di Jatim yang telah mencapai 70 persen lebih untuk capaian vaksinasi untuk lansia.
Tak lupa ia juga mengimbau seluruh masyarakat Jawa Timur untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Ia mengingatkan bahwa pandemi belum berakhir, bahkan ada ancaman baru dari varian baru covid-19 yang disebut dengan omicron.
Lebih lanjut berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Jawa Timur, per hari ini kasus aktif covid-19 di Jatim ada sebanyak 224 orang.
Dengan jumlah kasus aktif terbesar ada di Kabupaten Mojokerto sebanyak 20 orang, kemudian di Ngawi sebanyak 13 orang, di Lumajang 12 orang dan di Jember 11 orang. Sedangkan yang lain hampir merata dengan sebaran kurang dari 10 kasus per kabupaten kota.
Saat ini Provinsi Jatim menjalankan PPKM level 1 dengan seluruh daerah kabupaten kota masuk zona kuning atas resiko rendah penularan Covid-19. Dikatakan Khofifah Jatim masih menjadi provinsi dengan kabupaten kota terbanyak PPKM level 1.