Dihukum Karena Bolos Ujian, Siswa SMA Ini Ajak Keluarga ke Sekolah dan Keroyok Guru di Mabar

Siswa MA atau setara SMA berinisial K (16) dan keluarganya mengeroyok guru honorer bernama Hairudin (28) di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Editor: Zainuddin
Tribunnews
Ilustrasi. 

SURYAMALANG.COM - Siswa MA atau setara SMA berinisial K (16) dan keluarganya mengeroyok guru honorer bernama Hairudin (28) di sekolah yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Kamis (9/12/2021).

Empat orang mengeroyok Hairudin.

Empat orang itu adalah ayah kandung K berinisial H, dan kerabatnya berinisial U, A, dan K.

Kepala sekolah (kepsek), Ahmad Radit mengecam pengeroyokan terhadap Hairudin.

Ahmad mengetahui pengeroyokan itu saat Hairudin diselamatkan ke ruang kantor sekolah.

Ahmad bersama sejumlah guru sempat melerai dan mengamankan situasi.

Tapi, para pelaku terus memburu korban.

Saat mediasi, keluarga K mengaku kesal karena Hairudin diduga menganiaya K sampai patah kaki.

Ahmad langsung mengecek kondisi fisik K.

Ahmad tidak menemukan cidera atau patah kaki pada K.

"Sesuai laporan orang tua, anaknya kaki patah karena diinjak dan sebagainya. Saya bilang kepada orang tua K, kalau anak anda kakinya patah, tidak mungkin dia datang ke sekolah. Tapi buktinya, anak ini berdiri di depan kita."

"Setelah mendengar perkataan saya, bapaknya langsung diam. Mungkin dia baru sadar," tutur Ahmad.

"Katanya anak bapak kakinya patah, ini dia masih berdiri dan pegang batu. Kemudian saya suruh K agar membuang batunya," jelasnya.

Korban telah melaporkan kasus pengeroyokan tersebut ke polisi.

Ahmad berharap polisi menindak para pelaku sesuai peraturan yang berlaku.

"Kalau memang terbukti, mereka harus dihukum. Proses hukum harus dijalankan sehingga para guru bisa lega. Kalau tidak diselesaikan, mungkin banyak aliansi guru akan protes. Ini perbuatan biadab," tegasnya.

Hairudin tidak menyangka bakal menjadi korban pengeroyokan oleh orang tua muridnya.

"Saat itu saya sedang mengawasi ujian semester di kelas 1. Tiba-tiba mereka masuk. Saya sambut mereka karena saya kira mereka adalah tamu."

"Tapi tanpa basa-basi, seorang pelaku langsung memukul mata saya," kata Hairudin.

Hairudin tidak mengenal para pelaku yang datang ke sekolah tersebut.

Tapi, Hairudin dapat mengidentifikasi para pelaku karena datang bersama murid berinisial K.

Hairudin menjelaskan pelaku berinisial A yang memukul matanya.

A mengaku sebagai kakak dar K.

A dan tiga pelaku lain juga menganiaya Hairudin secara membabi-buta.

Para pelaku memukul dan menendang tubuh Hairudin sampai mengalami luka di sekujur tubuhnya.

"Saya sampai tersungkur. Saya selamatkan muka saya, dan saya merapat ke tembok. Saya terjatuh, lalu mereka pukul dan injak-injak saya."

"Saya tidak tahu berapa pukulan dan tendangan ke wajah dan badan saya," terang Hairudin.

Saat memukul, seorang pelaku mengeluarkan kata kasar dan mengatai Hairudin sebagai guru kurang ajar.

Beruntung sejumlah siswa kelas 3 membantu melerai aksi pengeroyokan tersebut, dan membawa Hairudin ke ruang ruang kantor sekolah.

"Saya sempat tidak sadarkan diri. Saya rasa hidup saya yang terakhir karena saya dikeroyok banyak orang. Saya hanya pasrah," katanya.

Sejumlah guru dan pihak sekolah mengetahui kejadian tersebut setelah Hairudin berada di ruang guru.

Tapi, para pelaku terus memburu hairudin sampai ke dalam ruang guru.

Hairudin menegaskan tidak pernah menganiaya K.

Hairudin mengakui sempat memberikan tindakan disiplin kepada K pada Rabu (8/12/2021).

Menurutnya, K tidak masuk sekolah dan tidak mengikuti ujian tanpa keterangan pada hari sebelumnya.

"K dan satu siswa lain tidak hadir di sekolah. Lalu saya tanya 'kenapa tidak ujian?' Kemudian dua anak itu maju, dan saya beri tindakan disiplin dengan berlutut di depan kelas tidak sampai 5 menit," terang Hairudin.

Setelah mediasi, keluarga murid mengakui kesalahannya dan minta maaf secara adat Manggarai.

"Saya bilang, 'saya punya keluarga. Tunggu jawaban keluarga saya. Kalau keluarga merasa keselamatan saya terancam, maka saya akan melapor," kata Hairudin kepada para pelaku.

Pengeroyokan itu mengakibatkan Hairudin mengalami bengkak pada area kepala, sakit di area punggung, dan kemerahan di mata kanan.

"Punggung saya sakit sekali. Sampai sekarang masih sakit," katanya.

Hairudin sudah melaporkan kasus pengeroyokan tersebut ke Polsek Komodo.

Hairudinjuga telah menjalani visum et repertum di RSUD Komodo Labuan Bajo.

"Saya berharap aparat penegak hukum dapat menegakkan hukum seadil-adilnya," kata Muhammad Nasir, kakak Hairudin.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengeroyokan Guru Honorer hingga Babak Belur di NTT Tuai Kecaman, https://www.tribunnews.com/regional/2021/12/12/pengeroyokan-guru-honorer-hingga-babak-belur-di-ntt-tuai-kecaman?page=all

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved