Gunung Semeru Meletus
Fakta EWS yang Minimalis di Gunung Semeru Diungkap Wabup Lumajang, Geram Tak Ada Tambahan Perangkat
Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar geram dengan minimnya perangkat untuk menunjang EWS terlebih saat ini status Gunung Semeru Siaga
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, LUMAJANG - Early warning system (EWS) yang minimalis bagi warga sekitar gunung Semeru kembali diungkit.
Kali ini Wakil Bupati (Wabup) Lumajang, Indah Amperawati Masdar yang geram dengan minimnya perangkat untuk menunjang EWS terlebih saat ini status Gunung Semeru telah meningkat.
Indah menegaskan, kalau masyarakat hanya dikasih tahu lewat WhatsApp grup seperti yang disebut-sebut pra erupsi Gunung Semeru lalu, itu tidak maksimal.
Indah juga membandingkan fasilitas dan perangkat minim yang ada di Gunung Semeru dengan perangkat di Gunung Merapi yang kuantitasnya kontras.
Indah Amperawati Masdar mengaku kecewa keberadaan alat pendeteksi dini erupsi Gunung Semeru masih sangat terbatas.
Wabup Indah semakin geram, meski status Gunung Semeru sudah meningkat menjadi SIAGA, namun pihak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tafsir baru memasang 1 kamera termal.
Kamera yang dipasang disekitaran Pos Pantau Gunung Sawur itu hanya bisa mengidentifikasi suhu panas lava yang turun dari Puncak Jonggring Saloko.
Sedangkan, alarm untuk memperingatkan masyarakat agar segera mencari lokasi aman jika Gunung Semeru kembali terjadi erupsi, belum dipasang di pemukiman sekitaran lereng.
"Nah ini kan harusnya tidak begitu ya. (Gunung) Merapi misalnya, dengan karakter gunung yang sama, sesmograf (sesmometer) di sana ada 40. Sedangkan di sini (Gunung Semeru) hanya 4. Alarm di sini juga tidak ada," kata Wabup Indah usai menerima kunjungan Menteri ESDM Arifin Tafsir di Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Jumat (17/12/2021).
Diungkapkannya, penyebab banyaknya korban berjatuhan saat Semeru erupsi pada Sabtu (4/12/2021) lalu ditengarai karena tidak ada keberadaan early warning system (EWS), berupa alarm.
Sehingga, masyarakat yang sedang melakukan aktivitas pertambangan pasir di sekitaran sungai terlambat mendapat informasi Semeru telah erupsi.

"Badan Geologi menyebutkan munculnya awan panas guguran (APG) itu tidak tahu kapan. Tetapi kan ada gejala. Nah dari gejala-gejala itu, apabila mendekati bahaya bisa dibunyikan sirine (alarm) sehingga masyarakat waspada. Kalau masyarakat hanya dikasih tahu lewat WhatsApp grup itu tidak maksimal," keluh dia.
Indah pun menginginkan di kondisi darurat ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tafsir gerak cepat dalam mengadakan alat-alat canggih untuk mendeteksi bahaya erupsi Gunung Semeru.
Harapannya aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Pulau Jawa itu lebih cepat terdeteksi.
"Saya tadi sudah meminta dengan memohon kepada Pak Menteri ESDM untuk segera memasang dan mengupgrade serta memodernisasi alat-alat yang ada di sini," pungkasnya.