Berita Malang Hari Ini
Selesai Renovasi, Jembatan Lowokdoro Kota Malang Sudah Bisa Dilewati Warga
Jembatan Lowokdoro Kota Malang kini mulai bisa dilewati oleh masyarakat setelah direnovasi.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: isy
Berita Malang Hari Ini
Reporter: Rifky Edgar
Editor: Irwan Sy (ISY)
SURYAMALANG.COM | MALANG - Jembatan Lowokdoro Kota Malang kini mulai bisa dilewati oleh masyarakat setelah direnovasi.
Jembatan yang menghubungkan antara wilayah Lowokdoro dan Bumiayu telah selesai direnovasi dan hanya diperbolehkan untuk dilewati oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki.
Secara historis, Jembatan Lowokdoro telah berdiri sejak masa kolonial.
Dulunya, jembatan ini berfungsi sebagai jalur lori pengangkut tebu menuju pabrik gula Kebonagung.
Bekas jalur lori tersebut juga terhubung dengan pabrik gula Krebet yang berada di Krebet, Bululawang.
Jembatan yang membentang dari timur ke barat tersebut memiliki peran strategis sebagai jalur alternatif pengurai kemacetan di Jalan Gadang, sekaligus penghubung Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang dan Kelurahan Kebonsari, Sukun.
"Alhamdulillah, atas atensi dan arahan Bapak Wali Kota Malang, harapan masyarakat akan perbaikan Jembatan Lowokdoro bisa dituntaskan," ucap Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang, Diah Ayu Kusuma Dewi, Kamis (6/1/2022).
Diah menjelaskan perbaikan Jembatan Lowokdoro ini dilakukan, karena strukturnya terus mengalami penurunan akibat usia konstruksi.
Hal itu menjadi salah satu program infrastruktur Pemkot Malang di tahun anggaran 2021.
Perbaikan yang dilakukan ini meliputi penggantian struktur yang keropos dengan rangka baja, penambahan plate bordes untuk pejalan kaki dan pengguna kendaraan roda dua.
Total anggaran yang dialokasikan sekitar Rp 951 juta dengan spesifikasi jembatan yang memiliki panjang 124 meter dan lebar 3,6 meter.
"Upaya perbaikan jembatan selain demi keamanan dan kenyamanan pengguna, juga diharapkan memiliki manfaat melestarikan sejarah panjang jembatan yang sering dijuluki masyarakat lokal sebagai Jembatan Shiratal Mustaqim," ungkap Diah.
Diah menambahkan, julukan tersebut diberikan oleh warga karena ketinggian dan lebar jembatan yang menghadirkan sensasi tersendiri bagi banyak orang yang melintasinya.
Apalagi jembatan ini membentang di atas aliran Sungai Brantas dan kerap kali berkabut ketika di malam hari atau ketika hujan turun.
"Tidak salah jika masyarakat sebut seperti itu. Saat ini demi keamanan penggunaan tetap dibatasi hanya pejalan kaki dan kendaraan roda dua, baik dari Jalan Kyai Parseh maupun Jalan Lowokdoro,” tandasnya.