Berita Surabaya Hari Ini
Kasus DBD Jatim Tembus 1220 Orang, di Kabupaten Malang Ada 73 Orang
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur melonjak, total ada sebanyak 1.220 orang.
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: isy
Berita Surabaya Hari Ini
Reporter: Fatimatuz Zahro
Editor: Irwan Sy (ISY)
SURYAMALANG.COM | SURABAYA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur melonjak.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Jatim dengan rentang 1-27 Januari 2022, total ada sebanyak 1.220 orang penderita DBD di Jatim.
Dari jumlah tersebut tercatat telah ada 21 kematian kasus dengan didominasi penderita usia 5-14 tahun atau dengan kata lain, case fatality rate untuk DBD di Jatim mencapai 1,7 persen.
Untuk sebaran kasus tertinggi penderita DBD yaitu di Bojonegoro sebanyak 112 orang, di Nganjuk sebanyak 82 orang, Kab Malang sebanyak 73 orang, Ponorogo sebanyak 64 orang, dan Tuban sebanyak 61 orang.
Dengan jumlah kematian DBD tertinggi yakni Pamekasan 3 orang, Bojonegoro 2 orang, dan Nganjuk 2 orang.
Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan bulan Januari 2021 di mana penderita DBD di Jatim tercatat sebanyak 668 orang dengan jumlah kematian 5 orang.
Atas kondisi ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk bersama-sama waspada pada DBD.
“Tingkatkan kewaspadaan terhadap ancaman DBD ini. Bahwa selain Covid-19, kita juga harus berbagi perhatian dan kewaspadaan dengan DBD. Jadi ketika mengalami demam misalnya, selain Covid-19, kita harus mulai mempertimbangkan kemungkinan gejala DBD,” kata Khofifah, Jumat (28/1/2022).
Pencegahan kasus DBD ini bisa dilakukan melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus, meliputi menguras (membersihkan) bak mandi, vas bunga, tempat minum binatang peliharaan, atau tatakan dispenser.
Kemudian, menutup rapat Tempat Penampungan Air (TPA). Bagi TPA yg tidak mungkin dikuras atau ditutup, bisa berikan larvasida.
Ketiga, menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas seperti botol plastik, kaleng bekas, dan seterusnya
Selain itu, 3M Plus ini ditambah dengan upaya memberantas larva melalui pemberian Larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, memasang perangkap nyamuk. Serta, menghindari gigitan nyamuk dengan menanam pohon pengusir nyamuk, memakai kelambu, repelent/anti nyamuk dan lain- lain.
“Kegiatan 3M Plus ini minimal dilakukan satu minggu sekali melalui kegiatan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Kami minta peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga untuk pemeriksaan, pemantauan, pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD,” kata Khofifah.
Khofifah menegaskan, pencegahan dan penanganan masalah DBD ini harus dilakukan mulai hulu sampai hilir, serta diperlukan kerja sama dan sinergi seluruh pihak baik masyarakat, pemerintah, sampai dengan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.
“Salah satu kunci keberhasilan penanganan DBD ini dimulai dari hulu yakni bagaimana kita menerapkan 3M Plus di lingkungan kita masing-masing. Jadi bagaimana peran serta masyarakat untuk mencegah bagaimana agar nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD ini tidak berkembang biak,” jelas Khofifah.
Tidak hanya itu, Khofifah juga meminta masyarakat yang mulai merasakan demam, untuk tidak hanya mencurigai atau mewaspadai Covid-19, tapi juga mulai mempertimbangkan kemungkinan gejala infeksi DBD pada orang tersebut, di mana salah satu ciri DBD yakni mengalami demam tinggi 2-7 hari.
Bila masyarakat mengalami demam tinggi, lanjutnya, untuk meyakinkan diagnosis maka dibutuhkan langkah klinis berupa pemeriksaan darah di laboratorium.
Salah satunya untuk mengecek kadar trombosit serta mendeteksi IgG dan IgM Anti Dengue.
“Kami meminta masyarakat bila ada kecurigaan DBD lebih baik rawat inap, karena terapi demam berdarah yang paling penting salah satunya cairan infus. Dan rawat inap ini juga memudahkan monitoring dan pengawasan dari tenaga kesehatan langsung agar tidak menimbulkan gejala serius,” ungkapnya.
Lebih lanjut, selain telah dikeluarkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Timur pada 28 Oktober 2020 tentang Kewaspadaan DBD di musim penghujan, Pemprov Jatim melalui Dinas Kesehatan juga telah melakukan berbagai langkah antisipasi penyebaran DBD.
“Kami juga meminta Bupati/Walikota untuk selain meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19 juga mulai mewaspadai DBD. Terus lakukan pemantauan dan perkembangannya, juga terus siapkan sarana pelayanan kesehatan, tenaga dan logistik dalam upaya pengendalian penyakit DBD ini,” pungkas Khofifah.