Breaking News

Calon Pengantin, Ibu Hamil, dan Ibu Paska Melahirkan Adalah Target Pencegahan Stunting

Calon pengantin, ibu hamil, dan ibu paska melahirkan adalah target pencegahan stunting.

Editor: Zainuddin
diskusi terfokus 'Strategi Komunikasi Stunting Tahun 2022”' 

Terkait dengan hal tersebut, beberapa stakeholder terkait, seperti bidan, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kader Keluarga Berencana (KB) perlu melakukan identifikasi dan mendeteksi dini faktor risiko stunting, termasuk pendampingan dan surveilans berupa penyuluhan, fasilitasi pelayan rujukan, serta penerimaan bantuan sosial.

Adapun kegiatan dan sasaran pendampingan keluarga ini meliputi calon pengantin, ibu hamil, ibu pascapersalinan serta anak usia nol hingga lima tahun.

Sedangkan dalam upaya memberi pemahaman kepada masyarakat, khususnya kepada Calon pengantin, ibu hamil, dan ibu paska melahirkan, Kominfo melakukan berbagai strategi komunikasi publik untuk menyebarluaskan informasi terkait stunting.

Beberapa strategi yang dilakukan adalah melalui pertama, produksi konten; kedua, komunikasi publik dengan target masyarakat luas melalui media mainstream (televisi, radio, media cetak, dan media luar ruang); ketiga, komunikasi publik dengan target spesifik yaitu pasangan usia subur/ calon pengantin, ibu hamil, serta ibu padsca melahirkan melalui forum hybrid Generasi Bersih dan Sehat (GENBEST) dan Pertunjukan Rakyat; keempat, kominfo juga menerapkan strategi gabungan dan melalui kampanye ruang digital maupun media daring.

Menurut Usman, kearifan lokal juga merupakan salah satu materi yang dapat digunakan dalam penyusunan strategi kebijakan publik pencegahaan stunting di Indonesia.
"Kearifan lokal bisa digunakan untuk mencegah stunting. Kearifan lokal yang kita maksud adalah merupakan sumber makanan lokal, misalkan untuk meningkatkan nutrisi atau gizi masyarakat supaya tidak stunting, seperti di Gorontalo jagung banyak tumbuh. Jagung ini bisa kita pakai untuk mengatasi problem nutrisi," kata Usman.

"Di Sukabumi misalnya soal sanitasi. Masyarakat barangkali pemahaman sanitasinya kurang, padahal di sana air bersihnya tersedia melimpah. Di sini peran pemerintah daerah penting dalam program kita mencegah stunting," tambahnya.

Kondisi Stunting di Indonesia masih mengkhawatirkan. Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (2019), angka prevalensi stunting sebesar 27,67 persen, atau satu dari empat balita di Indonesia mengalami stunting.

Angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia WHO, yakni di bawah 20 persen. Di dunia, angka prevalensi stunting Indonesia masih berada pada posisi ke-115 dari 151 negara.

Sedangkan di Asean menempati posisi ke delapan dari sepuluh negara. Sedangkan riset World Bank pada 2015 menyatakan kerugian akibat stunting mencapai tiga hingga sebelas persen Produk Domestik Bruto (PDB) 2015 atau sebesar Rp11 ribu triliun. 

Keberhasilan program penurunan stunting perlu dukungan banyak pihak, termasuk masyarakat, Kominfo berharap adanya dukungan, kerja sama, dan keterlibatan aktif dari seluruh pihak untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 “SDM Unggul dan Berkualitas” melalui upaya percepatan penurunan stunting. Indonesia membutuhkan SDM berkualitas untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved