Berita Jember Hari Ini
Kisah Nurhasan Si Inisiator Ritual Maut Pantai Payangan Jember dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara
Nurhasan menjadi tersangka terkait peristiwa ritual maut di Pantai Payangan Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu, Jember yang menelan 11 nyawa.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Dyan Rekohadi
Dia juga tidak membuka pendaftaran anggota kelompok secara resmi.
"Tidak ada paksaan anggota untuk bergabung, juga tidak ada surat edaran, atau pendaftaraan anggota secara resmi. Semuanya diinformasikan oleh anggotanya kepada masyarakat," ujar Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo saat memimpin rilis, Rabu (16/2/2022).
Hery menuturkan perjalanan berdirinya kelompok tersebut. Nurhasan mendirikan kelompok itu setelah pulang dari Malaysia di tahun 2011.
Dia memilih nama Tunggal Jati Nusantara. Dia memberikan layanan pengobatan alternatif dan spiritual.
Karenanya, dia dikenal juga sebagai guru spiritual. Meskipun warga sekitar rumah Nurhasan mengenalnya sebagai paranormal.
Nurhasan mendapatkan ilmu pengobatan itu dari gurunya.
"Dia punya seorang guru, tapi sudah meninggal dunia. Saat tim menggeledah rumahnya, juga ditemukan beberapa buku dan kitab, itu masih kami teliti lagi," ujar Hery.
Barulah di tahun 2015, namanya dikenal.
Beberapa orang yang merasa sembuh dari sakit mereka, atau mendapatkan solusi atas keluhan mereka, meneruskan informasi itu ke sanak saudaranya.
"Jadi biasanya yang sembuh itu memberikan informasi dari mulut ke mulut, kepada sanak saudaranya, terutama. Dari situ, ada yang diajak. Dan mereka yang kesitu, memang rata-rata punya masalah," kata Hery.
Sampai akhirnya, Kelompok Tunggal Jati Nusantara memiliki 100an anggota. Meskipun polisi dan beberapa orang menyebut, kelompok itu juga bernama Padepokan Tunggal Jati Nusantara, namun tidak ada bangunan semacam padepokan.
Tempat berkumpulnya anggota di rumah Nurhasan di Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi.
Biasanya di ruang tamu rumah tersebut. Tidak ada bangunan semacam padepokan.
Kegiatan pengajian terkadang juga berkeliling ke beberapa rumah anggota.
Tidak ada iuran rutin di kelompok tersebut. Namun untuk setiap kegiatan, maka setiap anggota diminta membayar iuran sebesar Rp 20.000.