Jokowi Paparkan Keberhasilan Kinerja dalam Konser Satu Komando Sapu Lidi di Surabaya
Joko Widodo, dalam pidatonya, menyampaikan keberhasilan kinerja dalam menangani Pandemi Covid 19.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|SURABAYA - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam pidatonya, Konser Satu Komando, Gelora 10 November Tambaksari Kota Surabaya, Minggu (21/8/2022), menyampaikan keberhasilan kinerja dalam menangani Pandemi Covid 19.
Bagi Jokowi, Indonesia tidak seperti negara lain. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh, tahan terhadap ujian, cobaan, dan pantangan.
"Kita tidak seperti negeri lain yang gugup dan bingung, hingga menerapkan lock down saat angka Covid 19 begitu tinggi. Bayangkan jika Indonesia lock down jadi apa. Tidak boleh keluar rumah, apalagi keluar kota. Bisa diet masal," ucapnya.
Jokowi mengungkapkan, keputusan tidak lock down diambil setelah berkeliling keluar masuk kampung. Menurutnya, jika dibandingkan dengan negara lain. Indonesia termasuk tidak kalah dengan negara maju.
"Sampai hari ini ada 432 juta suntikan telah kami vaksin. Tentu sangat sulit apalagi disuntikkan ke 17 ribu pulau. Tapi Indonesia bisa melakukan penyuntikkan di angka tersebut," bebernya.
"Ini berkat gorong royong, bukan Jokowi, karena semua pihak bekerjasama. Di Eropa masih ada puluhan ribu bahkan ratusan kasus Covid 19. Artinya apa, bersama sama ada membuahkan hasilnya," lanjut Jokowi.
Masih kata Jokowi, virus Covid 19 masih belum rampung. Tercatat ada lima ribu orang yang masih kena setiap hari. Kendati demikian dia menilai jumlah itu termasuk rendah.
"Setelah ada Covid 19, muncul krisis pangan dunia. Banyak negara kekurangan pangan. Namun, sebagai negara penghasil beras, Indonesia tidak kekurangan. Kita wajib mensyukuri," terangnya.
Tak cukup sampai disitu, Jokowi menyebut permasalahan berikutnya adalah krisis energi. Banyak negara yang membeli bensin ke negara penjual dengan harga yang sangat mahal.
"Pertalite di negara lain harganya Rp 30 ribu, Rp 18 ribu, Rp 32 ribu. Sementara di Indonesia Pertalite masih Rp 7650. Negara lain tidak punya uang buat beli bbm, pangan. Kami harus bekerja keras dan itu tidak terjadi di negara kita," ungkapnya.
"Kita ini bagaikan kapal besar. Oleh karena itu penumpang kita semua satu perahu harus kompak, erat berangkulan, menjaga persatuan, dan paling penting solid serta terus menjaga komunikasi," tuntasnya.