Berita Malang Hari Ini
Berkat Kaji Gempa di Yunani, Ratri Andinisari Raih Doktor dari Taiwan
Dosen ITN Malang Ratri Andinisari SSi MSi PhD menyelesaikan studinya dengan beasiswa untuk program doktoral/PhD pada Department of Earth Sciences.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
Ia mempelajari jenis, dan tipe patahan, sebab terjadinya gempa, hingga memprediksi magnitudo (ukuran gempa).
“Jadi bukan forecasting (peramalan). Kalau gempa tektonik kita tidak bisa meramalkan kapan terjadi. Kita hanya bisa memperkirakan. Dengan panjang patahan dan luas zona terdampak pada gempa yang telah terjadi, kita perkirakan potensi patahan tertentu menghasilkan gempa berapa magnitudo. Tapi waktunya tidak bisa diramalkan,” ungkapnya.
“Penelitian ini bisa diterapkan di Indonesia. Nantinya akan mengarah ke sana, tapi untuk sekarang belum. Tapi harus ada kajian lagi secara statistik keadaan gempa di Indonesia. Untuk saat ini yang bisa saya bersama tim (ITN Malang) lakukan adalah membuat sensor gempa sendiri. Sekarang masih dalam tahap pengembangan,” ujar alumni S-2 Universitas Brawijaya ini.
Ratri bersama tim dosen Teknik Elektro, dan Teknik Mesin S-1 ITN Malang berinisiatif membuat sensor dan early warning system/EWS (sistem peringatan dini) untuk Gunung Semeru.
Harapannya, bahaya letusan gunung dapat dideteksi lebih awal. Karena gempa tektonik tidak bisa diperkirakan, sedangkan gempa vulkanik bisa diperkirakan.
Dorongan untuk mengembangkan sensor dan early warning system untuk Gunung Semeru berawal dari keprihatinan gabungan dosen Teknik Sipil, Teknik Elektro, dan Teknik Mesin ITN Malang akibat dampak terjadinya letusan Gunung Semeru 2021 silam.
Di mana menurut informasi di Gunung Semeru terpasang lima sensor, namun hanya tiga yang berfungsi.