TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Tragedi Stadion Kanjuruhan : Suporter Turun Lapangan, Aparat Arogan, dan Kuburan Massal di Malang
Tragedi Stadion Kanjuruhan : Suporter Kampungan, Polisi Kurang Pikir dan Kuburan Massal di Malang
Kepanikan melanda. Para suporter lari menuju pintu keluar, yang celakanya, di masing-masing sektor hanya ada satu dan berukuran sempit pula. Desak-desakan terjadi. Sebagian jatuh terinjak-injak. Sebagian sesak nafas.
Rumah sakit gagal bertindak cepat karena jumlah pasien begitu banyak, dan masuk nyaris berbarengan, sementara petugas medis dan terutama peralatan tidak memadai.
Di Malang, tindakan polisi (dan petugas keamanan lain) lebih katrok.
Lebih kurang pikir. Selain menggempur suporter-suporter yang masuk lapangan dengan pentungan karet dan rotan, mereka juga menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Iya, gas air mata! Barang yang dilarang FIFA untuk digunakan sebagai alat penanganan kerusuhan di dalam stadion.
Namun mengapa tetap digunakan? Siapa yang memerintahkan?
Apakah orang yang memerintahkan penggunaannya tidak tahu betapa gas air mata tidak saja bikin bola mata jadi pedih perih seperti disayat-sayat, lebih jauh juga membuat dada sesak dan sulit bernapas?
Apakah mereka tidak tahu bahwa di tribun stadion ada perempuan dan anak-anak yang ikut menonton?
Apakah mereka tidak pernah tahu betapa untuk orang-orang seperti ini, selain kesakitan, imbas gas air mata juga akan menimbulkan kepanikan?
Dalam kepanikan, mereka akan berlari, berusaha menyelamatkan diri. Tidak ada lagi kontrol. Mereka akan terjebak, lalu jatuh dan terinjak-injak, dan inilah yang terjadi malam itu.
Tidakkah kemungkinan-kemungkinan seperti ini diajarkan dalam pelatihan polisi?
Apakah massa yang brutal dan kampungan juga mesti dihadapi dengan cara yang sama?
Apakah ini semata salah polisi?
Terang tidak!
PSSI, dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru sebagai operator kompetisi, juga tidak bisa lepas tangan begitu saja.
Apalagi konon menurut kabar beredar, panitia lokal, sebelumnya telah mengirimkan surat permohonan untuk menggeser jadwal pertandingan.