Berita Batu Hari Ini

Dampak PMK Masih Dirasakan Peternak Kota Batu, Produksi Susu Berkurang

Dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Batu masih dirasakan para peternak hingga saat ini. PMK menyebabkan produksi susu menurun drastis

Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
suryamalang.com/Benni Indo
Suasana dengar pendapat antara para peternak dari Desa Oro-oro Ombo dengan Komisi B DPRD Batu dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Para peternak mengutarakan keluhan mereka terkait menurunnya produksi susu akibat PMK. 

Dinas secara tidak langsung mengakui pendataan dilakukan terhadap sapi yang mati. Pasalnya, ada aturan santunan terhadap sapi yang mati. Nilainya Rp 10 juta per sapi dengan maksimal lima sapi.

"Dengan aturan yang baru, santunan sekitar Rp 10 juta. Saat ini ada 170 yang ditampung oleh Pemerintah Pusat dalam gelombang satu dari Kota Batu. Progresnya saat ini, ternak mati tahap dua ada 912 ekor. Insha Allah ini semua peternak di Kota Batu masuk semuanya, tapi bantuannya bertahap," ujarnya.

Heru menegaskan, pada intinya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan siap membantu para petani dan peternak sesuai aturan yang ada. Bantuan itu bisa berupa pelatihan, bantuan alat atau bibit.

Anggota Komisi B, Susanti Livirika mendorong agar Pemkot Batu membangun Rumah Kompos. Rencana pembangunan Rumah Kompos telah disuarakan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Hanya saja sampai saat ini masih belum bisa terlaksana.

"Rumah Kompos perlu dipikirkan kembali, termasuk pengolahan limbah ternak. Saya juga mendorong mengenai bantuan vitamin dan sebagainya dari dinas untuk memulihkan produksi susu yang ada di peternakan. Kedua, mengenai pupuk subsidi, memang terjadi kelangkaan, tidak hanya di Kota Batu, tidak hanya di Desa Oro-oro Ombo," terangnya.

Rudy, anggota DPRD yang lain mengusulkan penggunaan ramuan yagn terbuat dari bahan-bahan alami. Hal itu untuk mengatasi kelangkaan dan tingginya harga pupuk kimia.

"Jadi hari ini pupuk yang masuk ke Kota Batu, kebanyakan obat masa kadularsanya sudah habis. Kami mencari solusi karena kelangkaan pupuk ini dengan membuat beberapa ramuan di Gapoktan tempat saya tinggal. Kami buat untuk pengganti pupuk, termasuk kascing, sisa kotoran cacing yang kami manfaatkan sebagai pengganti pupuk," terangnya.

Per 8 Juli 2022, keluar Permentan No 10 Tahun 2022. Awalnya ada 60 komoitas subsidi, dengan adanya Permentan ini tinggal 9 komoditas. Pupuk Susbisi hanya Urea dan NPK. Sembilan tanaman tersebut mendapat prioritas karena menjadi komoditas pangan utama dan strategis, serta berhubungan dengan inflasi.

Sembilan komoditas tersebut, yakni padi, jagung, dan kedelai untuk tanaman pangan. Kemudian, ada cabai, bawang merah, bawang putih untuk tanaman hortikultura. Lalu, ada tebu, kakao, dan kopi rakyat untuk tanaman perkebunan.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved