TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
FAKTA Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Terbuka di Menit 85 dan Masih Dijaga Aparat, Kenapa Terkunci Lagi?
Siapa sangka jika beberapa menit sebelum peristiwa maut, Pintu 13 diketahui dalam kondisi terbuka dan bahkan masih dijaga oleh anggota polisi dan TNI
Penulis: Rizal Vanani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - FAKTA mengejutkan terkait pintu 13 tribune Ekonomi Selatan Stadion Kanjuruhan yang ternyata terbuka di menit 85 terkuak dari pengakuan Aremania yang selamat dari tragedi Arema, 1 Oktober 2022.
Pintu 13 sebagai salah satu titik ditemukannya banyak korban Aremania yang meninggal dunia dalam tragedi stadion Kanjuruhan itu diketahui tertutup dan terkunci di saat massa penonton panik akibat paparan gas air mata.
Banyak Aremania, bahkan seorang bocah tewas berhimpitan di Pintu 13, karena pintu justru terkunci ketika ribuan Aremania berupaya keluar dari pintu itu.
Baca juga: Besok Polri Tetapkan Tersangka Tragedi Stadion Kanjuruhan
Tapi siapa sangka jika beberapa menit sebelum peristiwa maut, Pintu 13 diketahui dalam kondisi terbuka dan bahkan masih dijaga oleh aparat, anggota polisi dan TNI.
Kondisi kontras Pintu 13 stadion Kanjuruhan itu diungkap oleh Aremania Curva Sud - Tribun Kidul.
Dalam wawancara dengan SURYAMALANG.COM, Aremania Curva Sud dengan tegas menyatakan Pintu 13 terbuka di menit 85 pertandingan.
Itu artinya Pintu 13 diketahui dalam kondisi terbuka saat 5 menit sebelum pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya berakhir.
Sementara kerusuhan dan tragedi maut terjadi beberapa saat setelah laga usai.
Dila, Aremanita yang diwawancarai SURYAMALANG.COM mengatakan pintu 13 sempat terbuka saat pertandingan antara Arema FC vs Persebaya memasuki menit ke-85.
Aremanita itu meyakinkan Pintu 13 benar terbuka karena ia sempat keluar dari stadion di menit 85 pertandingan, sebelum kemudian masuk kembali dari pintu yang sama.
"Saya sempat keluar dan bisa masuk lagi dari Pintu 13, saat itu kondisinya masih stabil , saya masuk lagi soalnya denger katanya ada tembakan gas air mata," ujarDila ketika diwawancarai Suryamalang.com, Selasa (4/10/2022) malam.
Aremanita berhijab hitam itu mengisahkan ia bisa masuk dan naik ke tribune Ekonomi lagi sampai akhirnya ia berusaha ke luar lagi dari pintu yang sama karena paparan gas air mata.
Tapi ketika ingin keluar dari stadion, wanita itu melihat pintu 13 dari Stadion Kanjuruhan sudah dalam kondisi tertutup.
"Terus saya kembali mau keluar, pintu sudah tertutup," imbuhnya.
Baca juga: Lirik Lagu KANJURUHAN Ciptaan Iwan Fals Baru Dirilis Melalui Kanal Youtube , Singgung Gas Air Mata
Dila berhasil lolos dari maut karena ia memilih menghindar dari desakan Aremania yang lain yang panik di Pintu 13 dengan cara masuk ke dalam toilet.
Tentang Pintu 13 yang sempat diketahui terbuka di menit 85 juga dibenarkan oleh Nawi, Aremania yang saat itu bersama Dila.
Nawi (Iwan) bahkan berani menegaskan saat ia keluar dari stadion dari Pintu 13 di menit 85, pintu itu masih dijaga petugas.
"Waktu keluar Pintu 13 kondisi terbuka, masih ada polisi, masih ada tentara, portir juga masih ada. Tapi anehnya setelah saya masuk lagi pintu itu sudah terkunci, digembok, gemboknya itu segini (menggambarkan ukuran gembok dengan tangannya)," ungkap Nawi.
Ia memastikan saat kondisi panik malam itu pintu 13 sudah terkunci rapat tak ada bagian yang terbuka.
Untuk menyelamatkan diri dan menyelamatkan para Aremania yang terhimpit di tangga Pintu 13, Nawi bersama 3 rekannya berusaha menjebol tembok ventilasi dari bahan roster di samping Pintu.
"Yang jebol (roster) di Pintu 13 itu saya , saya sama 3 orang teman saya yang jebol itu," paparnya.
Pernyataan Aremania dan Aremanita tentang kondisi Pintu 13 stadion Kanjuruhan yang sebenarnya terbuka di menit 85 itu menjadi fakta baru yang menunjukkan adanya kejanggalan.

Alasan Pintu Terkunci
Di saat polisi masih menyidik kasus tragedi Kanjuruhan , termasuk soal pintu keluar stadion yang tertutup di saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya usai dan saat kondisi darurat, PSSI justru mengungkap alasannya.
Soal alasan Panpel Arema FC ini, diungkap oleh Juru Bicara PSSI Ahmad Riyadh.
“Jadi alasan Panpel pintu tidak dibuka pada menit ke-80 seperti yang kami anjurkan, karena ada kekhawatiran akan diserbu suporter yang dari luar. Jadi selain banyak suporter dari dalam, itu juga banyak suporter yang ada di luar. Jari alasannya demi keamanan," kata Ahmad Riyadh, Rabu (5/10/2022).
Pihak PSSI mengaku alasan Panpel ini dinilai merupakan salah satu pelanggaran yang dilakukan oleh Panpel.
Pelanggaran itu berakibat banyaknya korban jiwa karena terjebak di beberapa pintu stadion.
"Sebenarnya tidak semuanya tertutup, sebagian sudah ada yang dibuka. Yang masih ditutup itu telat komando, belum sampai ke tujuan (penjaga pintu,red). Padahal lebih penting lagi jika ada jalur evakuasi. Ini ke depan harus ada hitungan dan simulasinya. Untuk menentukan berapa orang yang bisa lewat dengan lancar di sebuah pintu misalnya,” jelasnya.
Untuk itu Komdis PSSI akhirnya menjatuhkan hukuman seumur hidup pada Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris dan Koordinator Security Officer Suko Sutrisno, dilarang beraktivitas di lingkungan sepak bola
Baca juga: Kisah Traumatis Jurnalis Malang di Tengah Kengerian Tragedi Kanjuruhan, Tak Kuat Lihat Korban Bocah
Kompolnas Sebut Tidak Ada Perintah Menutup Pintu dari Polisi
Sebelumnya, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) juga menyampaikan adanya temuan yaitu adanya pihak yang mengunci pintu-pintu tribune stadion Kanjuruhan di malam Tragedi maut.
"Ada (yang mengunci)," kata Komisioner Kompolnas, Albertus Wahyurudhanto, Selasa (4/10/2022).
Albertus mengungkapkan bahwa dikuncinya pintu tersebut bukanlah perintah dari pihak kepolisian.
"Kami konfirmasi ke Kapolres (Malang) bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu," ujarnya dikutip dari Tribunnews.
Albertus menduga pihak yang melakukan penguncian pintu stadion tersebut adalah pihak panitia pelaksana (Panpel) pertandingan.
"Secara logika yang pegang kunci adalah panpel (panitia pelaksana). Tidak mungkin polisi megang kunci," jelasnya.
Penguncian pintu tribun ini, kata Albertus, adalah hal yang tidak lazim dalam pengamanan seusai pertandingan.
Ia berujar 15 menit sebelum peluit panjang wasit berbunyi seharusnya seluruh akses ke luar stadion dibuka.
Namun bukannya dibuka seluruhnya, Albertus menyebut hanya ada dua pintu tribun yang dibuka.
Hal ini membuat para penonton kesulitan untuk keluar stadion.

Albertus juga menyebut tembakan gas air mata yang dilontarkan oleh kepolisian semakin memperparah kondisi yang dialami penonton saat itu.
"Menurut beberapa informasi, itu (gas air mata) yang menjadi pemicu kemudian orang berebutan untuk keluar pintu," pungkasnya.
Sebagai informasi, korban meninggal dunia akibat tragedi ini mencapai 131 orang.
Kemudian untuk korban luka berat sejumlah 39 orang dan korban luka ringan sebanyak 39 orang.