Program Pembangunan Jamban Aman Keluarga Berlanjut di Kota Magelang dan Kota Surakarta

Yayasan Dana Kemanusian Kompas (YDKK) melanjutkan program Pembangunan Jamban Aman Keluarga di permukiman-permukiman padat penduduk.

Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Zainuddin
zoom-inlihat foto Program Pembangunan Jamban Aman Keluarga Berlanjut di Kota Magelang dan Kota Surakarta
istimewa
Simbolis pengecoran pertama sebagai pembukaan Program Pembangunan Sanitasi Aman.

Selain itu, Tomy menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung secara penuh program pembangunan Jamban Aman Keluarga, terutama jajaran Pemerintah Kota Magelang dan Kota Surakarta.

Tomy menambahkan, YDKK memberi perhatian pada isu kesehatan khususnya sanitasi karena hal ini memiliki dampak serius bagi masyarakat.

Sanitasi yang memadai akan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Anak-anak pun terbebas dari aneka penyakit dan kondisi yang disebabkan sanitasi buruk, seperti kekurangan gizi yang memicu stunting.

Sebelum menjalankan program Pembangunan Jamban Aman Keluarga di Kota Magelang dan Kota Surakarta, YDKK bekerja sama dengan komunitas dan pemerintah daerah telah membangun Jamban Aman di Kelurahan Sukun dan Tunjungsekar, Kota alang, Jawa Timur dan Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sekilas Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)

Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia).

DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.

Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.

Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.

Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan.

Pengumpulan dan penyaluran dana terbesar dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera pada 2004-2005.

Selain terjun ke lokasi-lokasi bencana, DKK juga aktif menyalurkan dana bantuan pembaca untuk menanggulangi masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Program-program besarnya antara lain operasi katarak untuk 10.000 warga tidak mampu, pembangunan sarana fisik pendidikan, pembangunan fasilitas sanitasi dan sebagainya.

Awalnya, penggalangan dana DKK melalui Dompet Kemanusiaan Kompas yang berada di bawah naungan Harian Kompas. Para relawannya meliputi wartawan dan karyawan Harian Kompas dari berbagai divisi.

Pada perkembangan selanjutnya, penggalangan dana juga dilakukan oleh unit usaha lain di bawah Kompas Gramedia seperti KompasTV, penerbit Gramedia Pustaka Utama, dan Universitas Multimedia Nusantara.

Para relawannya kini tidak hanya sebatas karyawan Harian Kompas tetapi juga karyawan-karyawan dari berbagai unit usaha Kompas Gramedia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved