Berita Tulungagung Hari Ini
Kisah Pasangan Suami Istri Pengidap HIV/AIDS, Dua Tahun jadi Korban Diskriminasi
Kisah pasangan ODHA, Juni (49) dan Dasri Dwi Setyorini (45) nyaris terenggut karena HIV/AIDS.
Penulis: David Yohanes | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|TULUNGAGUNG - Keluarga pasangan Juni (49) dan Dasri Dwi Setyorini (45) nyaris terenggut karena HIV/AIDS.
Namun pasangan ini kini berani membuka diri dan mengakui sebagai pasangan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Bahkan keduanya aktif menjaring ODHA baru dan menjadi konseling bagi warga berisiko tinggi.
Juni mengatakan, tahun 2017 adalah awal mula keluarganya ketahuan mengidap HIV.
"Saat itu istri saya yang sakit duluan. Tubuhnya tinggal tulang dan kulit," ucap Juni, saat ditemui di peringatan Hari AIDS Sedunia, Kamis (1/12/2022) di alun-alun Kabupaten Tulungagung.
Juni menambahkan, saat itu berat tubuh istrinya tersisa 28 kilogram.
Tubuhnya kurus kering, Bahkan Dasri nyaris meninggal dunia.
Saat proses berobat barulah diketahui jika Dasri terinfeksi HIV.
"Saat itu saya langsung syok. Saya juga tidak tahu HIV itu apa," ucap Juni.
Situasi pun semakin memburuk karena tetangga sekitar tahu penyakit istrinya karena HIV.
Keluarga Juni mengalami diskriminasi dan diasingkan dari pergaulan.
Teman-teman dekatnya tidak ada lagi yang mau mendekat.
Selisih tiga bulan kemudian Juni dan anak perempuannya yang kini berusia 8 tahun juga diketahui positif HIV.
Menghadapi situasi ini Juni mengaku nyaris menyerah dengan situasi.
"Saat itu keluarga saya seperti hancur. Saya dan anak saya sudah nyaris menyerah saat itu," kenangnya.
Namun Juni mengaku beruntung, dalam situasi serba sulit ini dirinya dijangkau oleh pera relawan dari Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Tulungagung.
Para relawan ini yang terus menguatkan menghadapi diskriminasi dari lingkungan.
Juni sekeluarga terus didorong untuk disiplin minum ARV.
"Tahun 2018 kondisi kesehatan istri saya sudah mulai putih. Tahun itu kami juga sempat mengikuti lokakarya di Sukabumi. Kami dibekali banyak hal di sana," ucap Juni.
Namun diskriminasi masih terus dirasakan keluarga ini selama dua tahun.
Jika anaknya melihat televisi di rumah tetangga, maka bekas tempat duduknya akan dipel dan disikat.
Saat Dasri menginap di rumah kerabat, kasur yang bekas ditidurinya segera dibakar.
"Situasi itu yang sangat berat bagi kami. Kami tidak bisa bekerja sehingga sering kekurangan makanan," katanya.
Dalam situasi kekurangan, Dasri selalu minta bantuan ke Ifada, sekretaris 1 KPA Tulungagung.
Bukan hanya beras, tapi juga uang untuk belanja.
Masih menurut Juni, ARV sangat membantu mengendalikan virus dalam tubuhnya beserta keluarga.
Secara pasti kondisi Dasri terus membaik dan pulih seperti sedia kala.
Seiring dengan itu Juni dan Dasri kembali berdaya secara ekonomi.
Pelan-pelan warga sekitar pun kembali menerima kondisinya dan kini tidak ada lagi diskriminasi.
"Dulu memang pengertiannya tentang HIV masih kurang. Kalau sekarang, alhamdulillah, sudah tidak ada lagi diskriminasi," ujar Juni dengan nada mantap.
Sebelumnya Juni dan Dasri membuat usaha pembuatan batako.
Namun karena musim hujan berkepanjangan, Juni beralih menjadi penjual sayur.
Dia mempunyai lapak di pasar, dan juga membuka lapak di rumahnya.
Selain itu Juni juga menjadi tukang sayur keliling dari kampung ke kampung.
"Kalau sore saya bawa motor, datang dari kampung ke kampung. Kalau pagi dagang di pasar, sama di rumah juga ada" tuturnya.
Kini penerimaan kepada Juni sebagai ODHA semakin meluas.
Bahkan secara yakin ia mengaku tidak lagi merasakan diskriminasi.
Bahkan Juni kini juga menjangkau kelompok berisiko tinggi di desanya.
Sejumlah orang yang mempunyai perilaku berisiko telah menjadikan Juni sebagai tempat konsultasi.
Di antara mereka banyak yang disarankan untuk melakukan tes HIV lewat voluntary counselling and test (VCT).
Hasilnya sudah ada 6 ODHA baru yang ditemukan oleh Juni.
"Saya beri motivasi mereka, karena saya pernah merasakan hal yang sama. Sekarang masih sering jadi tempat konseling," katanya.
Ditanya motivasinya mau terbuka dengan kondisinya, Juni mengaku termotivasi untuk menunjukkan diri apa adanya.
Ia ingin menegaskan, jika HIV tidak menular ke orang lain dalam interaksi sosial.
Dengan cara ini Juni berharap ke depan tidak ada lagi diskriminasi dan stigma bagi ODHA. (David Yohanes)