Berita Malang Hari Ini
Pertunjukan Barongsai Klenteng Eng An Kiong akan Hadir Kembali ke Publik
Sejumlah atlet barongsai berlatih di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang pada Rabu (18/1/2023) malam, sebelum tampil pada perayaan Imlek
Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|MALANG - Sejumlah atlet barongsai berlatih di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang pada Rabu (18/1/2023) malam.
Latihan itu merupakan latihan terakhir sebelum mereka tampil pada Sabtu akhir pekan ini untuk memeriahkan Imlek.
Sudah lama para atlet ini tidak tampil di hadapan publik. Dalam dua tahun terakhir, mereka tidak bisa tampil karena pandemi.
Kebijakan pembatasan gerakan masyarakat membuat penampilan barongsai di hadapan publik ditiadakan sementara waktu.
Setelah kondisi mereda seperti saat ini, geliat kesenian barongsai pun kembali tumbuh.
Pada malam latihan terakhir tersebut, terlihat wajah-wajah serius para atlet. Mereka telah berkumpul di klenteng sejak pukul 6 sore.
Beragam usia hadir di sana. Ada anak-anak yang masih kelas 4 SD ikut berlatih. Beberapa lainnya adalah orang dewasa.
Tabuhan kenong, simbal dan tambur mengiringi gerakan pemain barongsai yang lincah.
Anak-anak berlatih mengambil benda yang dipasang di tiang. Atlet yang agak dewasa berlatih lompat-lompat di meja.
Sedangkan yang cukup terlatih, bermain barongsai di tonggak yang telah disediakan.
Ketua Barongsai Klenteng Eng An Kiong, Briliant Matriwiria menjelaskan tipe permainan barongsai di tempatnya terdiri atas tiga jenis.
Pertama yakni gerak bebas di darat atau free style. Kedua ada keahlian bermain barongsai di meja. Sedangkan yang ketiga keahlian bermain barongsai di tonggak.
"Bermain di tonggak itu tidak sembarang orang bisa. Untuk tim di Jatim pun tidak banyak yang bisa, tapi di sini ada yang bisa. Agar bisa bermain di tonggak, perlu belajar minimal dua tahun. Jadi setelah berlatih naik meja dua tahun, lalu naik tonggak," ujarnya saat ditemui di klenteng.
Iant, sapaan akrabnya mengatakan permain barongsai di tonggak memiliki tingkat kesulitan dan risiko yang tinggi. Oleh sebab itu perlu orang terlatih yang bermain.
"Bahkan dari KONI mengatakan olahraga ini mepet ke olahraga ekstrem," paparnya.
Terdapat delapan elemen dasar tari barongsai yaitu shuijiao (tidur), dakai (membuka), wan (bermain), sousuo (pencarian), zhandou (berkelahi), chi (makan), gai (penutup), dan shuijiao (tidur).
Satu gerakan utama dalam tari barongsai yaitu lay see (singa memakan amplop yang berisi uang).
Di atas amplop biasanya diberi sayuran selada air chai chin, bermakna sebagai hadiah untuk sang singa. Para atlet juga dituntut harus kuat kakinya.
Dijelaskan Iant yang telah bermain barongsai sejak 1998, pemain depan barongsai juga harus bisa loncat.
Sedangkan yang belakang harus memiliki ketahanan fisik karena terkadang mengangkat pemain depan.
Sedangkan pemain depan banyak memainkan jurus atau seni dari barongsai itu sendiri.
"Secara fisik yang belakang harus lebih kuat. Kalau yang depan itu seninya. Barongsai ini benda mati, jadi bagaimana caranya untuk menghidupkan ekspresinya. Pemain depan harus memiliki keahlian membuat barongsai gembira, takut, ataupun ragu-ragu. Itu pemain depan yang mengendalikan," katanya.
Para atlet dari Klenteng Eng An Kiong telah lama berlatih. Mereka juga mencatatkan prestasi hingga tingkat nasional.
Enam pasang di antaranya akan dipersiapkan untuk PON yang rencananya akan digelar di Aceh dan Sumut.
Sabtu akhir pekan ini akan menjadi penampilan perdana mereka di hadapan publik. Setelah itu, mereka akan meladeni 28 permintaan pertunjukan dari masyarakat.
Permintaan yang cukup banyak setelah ada kebijakan pencabutan PPKM.
"Setelah PPKM dicabut, permintaa dari masyarakat banyak. Kami sampai kewalahan, selama sebulan ini ada 29 tempat penampilan di Kota Malang. Kalau yang di luar, tenaganya sudah tidak ada. Sempat ada permintaan Jember dan Surabaya," ujarnya.
Permintaan dari Kota Malang banyak berasal dari restoran, hotel, tempat rekreasi, sekolah, bahkan di tempa tinggal pribadi.
Adanya permintaan penampilan oleh masyarakat itu menjadi angin segar bagi para atlet. Mereka sangat antuasias menunggu tibanya hari penampilan.
"Kalau di luar Imlek biasanya ada permintaan saat acara 17 Agustusan. Kami juga pernah ditanggap acara keagamaan seperti Maulud Nabi ke sebuah pondok pesantren di Gondanglegi," ujar Iant.
Ada 25 anggota tim barongsai Klenteng Eng An Kiong. Di klenteng yang terkenal di Kota Malang itu, ada 16 kepala barongsai yang bisa digunakan.
Meskipun fasilitas telah memadai, namun masih ada tantangan yang dihadapi oleh pegiat barongsai, yakni sulitnya regenerasi.
Sejauh pengalaman Iant, dikatakannya tidak mudah mencari bibit baru. Tuntutan ketahanan fisik atlet barongsai tidak banyak dikuasai.
Di sisi lain, minimnya promosi juga disebutnya menjadi kendala tersendiri.
Melalui pertunjukan langsung di hadapan publik, mereka berharap ada yang berminat menjadi atlet barongsai. (Benni Indo)
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.