Berita Malang Hari Ini

Dosen Universitas Brawijaya Sebut Arah Pengembangan Wisata Halal Kota Malang Tidak Jelas

Dosen Universitas Brawijaya, Faidlal Rahman menyebut Arah pengembangan konsep wisata halal di Kota Malang tidak jelas

Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
dok.Pribadi/Faidlal Rahman.
Pemerhati Pariwisata dari Universitas Brawijaya, Faidlal Rahman. 

SURYAMALANG.COM | MALANG – Arah pengembangan konsep wisata halal di Kota Malang tidak jelas. Pasalnya, penjabaran konsep pariwisata halal yang tertuang di dalam RPJMD tidak didukung dengan roadmap yang jelas dan regulasi yang tepat.

Kritik tersebut disampaikan pemerhati pariwisata dari Universitas Brawijaya, Faidlal Rahman.

Dosen Manajemen Perhotelan, Fakultas Vokasi tersebut berpendapat, dampak luas terhadap kebijakan yang tidak jelas itu membuat sumber daya manusia yang ada tidak memahami secara utuh konsep dan tujuan wisata halal.

Bahkan, ASN yang membidangi pariwisata juga disebut tidak memahami secara utuh apa yang dimaksud wisata halal tersebut.

“Pemkot Malang telah mencanangkan pengembangan wisata halal di RPJMD, namun hingga saat ini belum jelas roadmap dan regulasinya. Termasuk ASN yang membidangi pariwisata belum dapat memahami secara utuh apa yang dimaksud wisata halal itu,” ujarnya, Sabtu (18/2/2023).

Belum adanya roadmap serta indikator pencapaian yang jelas membuat stakeholder pariwisata terkesan bingung menerjemahkan konsep wisata halal.

Menurut Founder dan CEO Pusat Pariwisata Nusantara itu, makna dan komponen wisata halal tidak terbatas pada rumah makan dan penginapan semata. Banyak hal yang menyertainya.

“Belum tersusunnya roadmap dan indikator yang jelas akan menjadi Boomerang bagi Pemkot Malang,” terangnya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Malang, Baihaqi menyatakan, sejauh ini dampak dari konsep wisata halal memang belum terlihat nyata. Pasalnya, masih banyak pihak yang belum bisa melengkapi komponen pendukung wisata halal.

Sejak digulirkan pada 2019 lalu, konsep wisata halal belum terlihat nyata. Belum banyak resto atau hotel yang telah memiliki sertifikat halal. Padahal, sertifikat halal itu penting dimiliki untuk mendukung konsep wisata halal.

"Sejauh ini, saya tidak ingat jumlahnya, dari sekian yang kami lakukan, hanya kurang lebih lima atau berapa yang lolos. Pasalnya, banyak sekali sarana dan prasarana yang harus dikeluarkan kalau mau mendapatkan sertifikat itu. Mulai dari alat, tempat yang benar-benar harus dipisahkan. Ini kan juga perlu biaya juga. Tapi memang itu terus dilakukan sosialisasi karena di sisi lain, masyarakat membutuhkan informasi mana sih tempat yang halal," ujar Baihaqi.

Ia menyebut bahwasannya konsep wisata halal memberikan pilihan kepada masyarakat Indonesia yang heterogen. Bagi wisatawan yang ingin mendapatkan fasilitas halal, maka ia bisa langsung mengetahui informasinya ketika berada di Kota Malang.

"Untuk wisata halal dan produk halal adalah sebuah pilihan. Ya kami sadari bahwa masyarakat Indonesia heterogen, agamanya banyak. Itu kan berdasarkan keyakinan mereka, dipersilahkan. Yang penting negara ini hadir untuk memberikan pilihan. Kalau sudah nanti seperti itu, tergantung masyarakat karena itu urusan pribadi masing-masing," ujarnya.

Ketua PHRI Kota Malang, Agoes Basoeki menyatakan bahwa konsep wisata halal memiliki tujuan yang baik. Menurutnya, konsep halal tidak selalu diidentikan dengan agama. Konsep halal justru bisa diterapkan untuk semua agama karena konsepnya mengedepankan nilai-nilai etis.

Ia menyatakan dukungannya terhadap konsep tersebut. Di sisi lain, ia juga berharap agar Pemkot Malang bisa memberikan bantuan kepada para pelaku usaha agar mendapatkan pembiayaan gratis mengurus sertifikat. Sejauh ini, banyak yang belum bersertifikat halal karena kendala biaya dan administrasi.

Sumber: Surya Malang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved