Berita Surabaya Hari Ini

Sikap Muhammadiyah Jatim Atas Komentar Brutal Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sukadiono, meminta warga Muhammadiyah tidak anarkhis merespons ujaran kebencian Andi Pangerang.

Editor: Yuli A
Yusron Naufal Putra
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sukadiono 

Reporter: Yusron Naufal Putra

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sukadiono, meminta warga Muhammadiyah tidak anarkhis merespons ujaran kebencian Peneliti Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin.

Sukadiono meminta agar seluruh proses diserahkan kepada pihak yang berwajib. 

Andi tengah ramai diperbincangkan setelah komentarnya di media sosial bernada mengancam warga Muhammadiyah.

Komentar Andi Pangerang Hasanuddin heboh lantaran menulis demikian:

"Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," tulis Andi dengan nama akun Facebook AP Hasanuddin yang dikutip pada Selasa, 25 April 2023."

Komentar Andi ini terkait perbedaan penentuan Hari Raya Idul fitri 1444 H di unggahan Facebook milik peneliti BRIN, Thomas Djamaluddin.

Merespons hal ini, Sukadiono menyebut pihaknya tetap menjunjung adab. 

"Tindakan melaporkan ujaran kebencian dan ancaman oleh oknum BRIN ke kepolisian atau proses hukum merupakan tindakan beradab," kata Sukadiono dalam keterangannya, Selasa (25/4/2023). 

Dia mengimbau warga Muhammadiyah menghindari tindakan persekusi atau upaya anarkis yang menyasar terduga pelaku maupun keluarganya. Termasuk agar tidak menyerang peneliti BRIN lainnya yang tidak terlibat.

"Tidak main hakim sendiri adalah watak Muhammadiyah. Biarkan proses hukum berjalan dan harus terus dikawal," ujarnya. 


Sukadiono menyebut hikmah dari kegaduhan ini adalah pentingnya merefleksi diri. Itu ditegaskan penting agar berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu atau bertindak. Apalagi, di era teknologi informasi yang sangat pesat. 


"Semua orang melalui sosial media akan mudah sekali mengekspresikan apa yang dirasakan. Kasus oknum BRIN ini menegaskan bahwa kecepatan yang menjadi ruh era teknologi hari ini bisa menciptakan kekacauan dan kerusakan harmoni dalam masyarakat," pungkasnya. 


Lebih jauh, Sukadiono mengatakan sikap yang tepat sudah ditunjukan oleh negara melalui Menteri Agama agar pemerintah daerah memfasilitasi penyelenggaraan sholat id warga Muhammadiyah. Sedianya hal tersebut menjadi pertimbangan oleh para oknum di BRIN untuk berusaha toleran dan menerima perbedaan secara bijak. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved