Berita Malang Hari Ini

UB Ingin 700 Paten yang Dimiliki Dosen-Mahasiswa Bisa Dihilirisasikan Agar Bermanfaat

Universitas Brawijaya (UB) sudah memiliki 700 paten yang dimiliki dosen dan mahasiswa.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
dok.ist
Universitas Brawijaya (UB) sudah memiliki 700 paten yang dimiliki dosen dan mahasiswa. Namun banyak inovasi yang belum dipatenkan misalkan dari kegiatan Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) dan kegiatan lainnya yang diyakini sangat banyak. Namun paten yang dihasilkan itu, belum memberi kemanfaatan pada masyarakat. Dari ki-ka, M Iqbal SSos MIB DBA (Direktur DIIB UB), Prof Dr Unti Ludigdo SE MSi Ak, WR 5 UB dan Dr R Hendrian MSc (Plt Deputi Pemanfaatn Riset dan Inovasi, BRIN), Kamis (25/5/2023) di Hotel Atria Malang. 

SURYAMALANG.COM|MALANG-Universitas Brawijaya (UB) sudah memiliki 700 paten yang dimiliki dosen dan mahasiswa. Namun banyak inovasi yang belum dipatenkan misalkan dari kegiatan Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) dan kegiatan lainnya yang diyakini sangat banyak. Namun paten yang dihasilkan itu, belum memberi kemanfaatan pada masyarakat karena belum bisa diproduksi. 

"Artinya, paten yang prosesnya melalui satu riset dan tidak berbiaya rendah itu belum memberi kebermanfaatan. Misalkan untuk makanan belum bisa dikonsumsi. Kalau pakaian belum bisa dipakai. Kalau teknologi belum termanfaatkan karena belum terhilirisasi karena belum terkoneksi dengan industri," jelas Prof Dr Unti Ludigdo SE MSi Ak, Wakil Rektor V UB pada wartawan, Kamis (25/5/2023).

Hal ini karena keterbatasan koneksi perguruan tinggi dengan industri. "UB juga belum punya mode industri atau pabrik. Kalaupun ada, cakupannya kecil sehingga belum dapat memproduksi inovasi dalam skala yg besar," katanya. Maka ia berharap lewat kegiatan yang digelar di Hotel Atria, dimana dilakukan pertemuan bersama para inventor dan stakeholder, bisa mendapatkan jalan menghilirisasi inovasi.

Serta bagaimana membangun kemitraan, bagaimana membuat area industri dan lainnya. "Apalagi UB kan sudah jadi PTNBH, dimana tidak boleh berasumsi dana pengembangan pendidikan bersumber dari UKT saja. Tapi harus ada sumber mandiri yang bisa dikreasikan," papar mantan Dekan Vokasi UB ini. Diharapkan dana riset yang sudah digelontorkan ratusan miliar untuk mendorong inovasi, hasilnya bisa termanfaatkan.

Sedang Dr R Hendrian MSc, Plt Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN menambahkan jika pihaknya menyambut baik agenda menemukan investor untuk hilirisasi inovasi. "Tugas saya untuk menghilirisasi paten yang dikeluarkan oleh periset supaya tidak berhenti setelah mendapatkan paten," kata Hendrian. Jika tidak dilakukan, maka dunia riset ini tidak akan berdampak siginfikan untuk membangun perekonomian berbasis scientific.

Memang jalan kesana tidak mudah. Sebab ridak semua produk otomatis bisa masuk pasar. Adapun faktor penyebab mengapa hilirisasi tidak mudah adalah untuk bisamasuk pasar ada serangkaian regulasi yang harus dipenuhi. "Kedua, dunia riset riset dan dunia pasar sesuatu yang berbeda. Kareja itu kita sangat perlu melakukan linking dengan industri. Bukan hanya paper, tapi bisa dirasakan masyarakat luas," katanya.

Sedang M Iqbal SSos MIB DBA, Direktur Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DIIB) UB menambahkan dalam pertemuan itu mengundang dua industri yaitu industri hibutan dan otomotif. Selanjutnya akan ada pertemuan rutin dengan industri lainnya agar inovasi dari UB bisa terkoneksi dengan industri. "Supaya potensi terbaik kami terkoneksi dan memiliki nilai ekonomi dan kemanfaatan sosial yang besar pada masyarakat," pungkasnya. Sylvianita Widyawati

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved