Berita Malang Hari Ini

PKKMB Universitas Brawijaya Hari Ketiga, Maba Dikenalkan EM, DPM dan Pusat Layanan Disabilitas

Mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) Malang angkatan 2023 menjalani Pengenakan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) hari ketiga tingkat

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yuli A
sylvianita widyawati
Mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2023 menjalani Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) hari ketiga tingkat universitas, Rabu (16/8/2023). Selanjutnya, mereka akan mengikuti kegiatan serupa di tingkat fakultas pada 18-20 Agustus 2023. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) Malang angkatan 2023 menjalani Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) hari ketiga tingkat universitas, Rabu (16/8/2023). Selanjutnya, mereka akan mengikuti kegiatan serupa di tingkat fakultas pada 18-20 Agustus 2023. 


Pada hari ketiga, ada sejumlah narasumber internal ditampilkan agar maba lebih mengenal apa yang ada di UB. Misalkan mengenalkan Eksekutif Mahasiswa (EM) dengan menghadirkan Presiden EM Rafly Rayhan Al Khajri. Mahasiswa Fakultas Hukum itu membawa para menterinya untuk dikenalkan pada maba. Termasuk Kementrian Advokasi Mahasiswa. Jika ada keluhan tentang UKT, sarana prasarana dan lainnya. 


EM berbasis presidensial. Karena itu ada Presiden EM UB. EM adalah salah satu lembaga kedaulatan mahasiswa. Ada juga lainnya yang bisa mengembangkan potensi mahasiswa. "EM juga punya lima unit usaha untuk mencari uang sendiri sehingga mahasiswa bisa mengembangkan diri sebagai wirausaha," kata Rafly. Ia mengatakan maba boleh bergabung di EM. Pihaknya membuka staf magang dengan masa pendaftaran pada 17-28 Agustus 2023.

 

Di acara itu Rafly berpesan pada maba bahwa sukses itu sebuah proses. "Jangan sia-siakan kesempatan, ambil dan jangam menyesal di kemudian hari. Jadilah salah satu Brawijaya terbaik," pesannya. Maba juga dikenalkan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dari dapil-dapil di fakultas yang ada di UB. Sedang dari Pusat Layanan Disabilitas (PLD) UB menampilkan Lutfi Amiruddin, Divisi Eksternal. 


"Ada sebanyak 17 maba disabilitas yang kuliah di UB. Sebanyak 47,1 persen tuli, daksa 41,2 persen dan mental 11,8 persen," jelas Lutfi pada suryamalang.com usai kegiatan di gedung Samanta Krida. Dengan memberikan pengenalan tentang PLD dan ada mahasiswa disabilitas di UB, diharapkan mereka perlu paham dulu bahwa mereka harus berdampingan dengan teman-teman disabilitas


"Jadi akan terbiasa bahwa kehidupan mereka beragam. Bahwa UB terus mendorong fasilitas yang inklusif yang bisa diakses semua orang. Kami menyediakan juru bahasa isyarat bagi yang tuli, membangun guiding block di kampus," kata dosen Sosiologi ini. Dikatakan, jumlah maba disabilitas tahun ini memang turun. Tapi ternyata penurunan itu berkorelasi dengan kampus lain yang sudah mulai membuka.


"Kami setiap tahun itu menerima kunjungan ke UB untuk percontohan kampus lain yang membuka layanan yang sama. "Meski jumlah turun, tapi akses belajar lain dibuka. Jadi kami tidak kerja sendirian," jawabnya. Mahasiswa disabilitas akan didampingj relawan dari mahasiswa UB. Minat mahasiswa jadi relawan juga naik karena bisa dikonversi misalkan mata kuliah magang. Pemberian layanan pada disabilitas karena amanat UUD 1945 dan UU no 18/2016 tentang penyandang disabilitas


"Yang perlu diingat adalah kita punya potensi disabilitas. Ada yang disebut disabilitas mualaf. Misalkan di tengah perkuliahan mengalami kecelakaan dan akhirnya disabilitas," sebutnya. Untuk mengakses layanan di PLD bisa lewat web. Ia juga berpesan pada maba agar saat mengerjakan tugas juga melibatkan teman disabilitas


Catatan penting yang perlu diketahui adalah memakai kata disabilitas, bukan cacat. "Juga jangan pakai tuna rungu, pakai tuli," sebutnya. Ia juga menyarankan maba ikut sebagai relawan disabilitas karena bisa juga disetarakan untuk kegiatan pengabdian.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved