Berita Malang Hari Ini

54 Persen Mahasiswa Berperilaku Tidak Jujur Saat Pembelajaran Online Selama Pandemi

Ence Surahman MPd PhD tertarik meneliti perilaku tidak jujur mahasiswa saat pembelajaran online pada 2019-2023.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
sylvianita widyawati
Ence Surahman. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Dosen Teknologi Pendidikan (TEP) Universitas Negeri Malang (UM), Ence Surahman MPd PhD tertarik meneliti perilaku tidak jujur mahasiswa saat pembelajaran online pada 2019-2023.

Hasilnya, banyak mahasiswa yang tidak jujur dalam menuntaskan kewajiban akademik.

Lulusan National Tsing Hua University (NTHU) Taiwan ini mengakui pembelajaran online memudahkan karena mahasiswa maupun dosen tidak harus ke kampus. Tapi saat assesment, ada masalah di kejujuran akademik, misalnya menyontek online.

"Memang ada yang menyontek saat pembelajaran offline. Tapi saat pembelajaran online, jumlahnya lebih banyak karena tidak ada yang mengawasi," kata Ence kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (29/11).

Sebenarnya ada software yang bisa mengawasi mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademis. Tapi, tidak semua tempat atau negara mumpuni melakukan set up software tersebut.

Menurutnya, kecurangan paling banyak dilakukan mahasiswa saat pembelajaran online adalah menyontek, plagiasi, dan kolusi. Kolusi itu misalnya saling tukar jawaban dalam tugas kelompok. Jadi, semua anggota kelompok mendapat jawaban yang sama tanpa perlu pemikiran bersama.

Bahkan ada juga mahasiswa yang menyontek atau mencari jawaban dari internet. Ada pula mahasiswa yang menggunakan jasa joki untuk mengerjakan tugas. "Bahkan ada yang akun yang menawarkan jasa joki di X dan Instagram (IG)," imbuhnya.

Menurutnya, mahasiswa sudah tahu ada jasa joki yang bisa mengerjakan tugas akademik. Tidak semua mahasiswa menggunakan jasa joki dalam mengerjakan tugas akademik.

"Mungkin hanya sebagian kecil saja yang menggunakan jasa itu," terangnya.

Ence mengambil data penelitian dari 26 universitas di Indonesia. Hasilnya, 54 persen mahasiswa pernah terlibat dalam proses perilaku tidak jujur antara satu sampai tiga kali selama pembelajaran online.

"Ada yang sampai 10 kali, tapi hanya di bawah 30 persen," urainya.

Ence menyebutkan mahasiswa berpeluang berbuat curang bila dosennya memberi soal dalam pilihan ganda. Jika dosen memberi soal esai, maka berpotensi menimbulkan plagiasi.

"Ada juga yang memanfaatkan tools, termasuk lewat AI," katanya.

Adanya kecurangan itu karena tidak ada proctoring atau sistem pengawasan online yang memadai.

"Tapi itu bisa disiasati dengan mengubah bentuk penilaiannya. Dosen harus cermat saat memberi penilaian," tambahnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved