Berita Blitar Hari Ini
Sabun Rempah dari Blitar Berbahan Daun Serai, Pisang, Pepaya sampai Kopi
SABUN REMPAH-REMPAH - Bahan produksi sabun dari daun kelor, daun bidara dan daun serai, buah-buahan seperti pisang, pepaya, bengkuang dan kopi.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Yuli A
SABUN REMPAH-REMPAH - Bahan produksi sabun dari daun kelor, daun bidara dan daun serai, buah-buahan seperti pisang, pepaya, bengkuang dan kopi untuk membuat sabun alami.
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Sabun rempah produksi Komsatun (46), ibu rumah tangga asal Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, ini mulai digemari masyarakat.
Pesanan sabun rempah-rempah ramah lingkungan milik Komsatun tidak hanya datang dari luar kota saja, tapi juga sampai luar negeri seperti Hongkong dan Singapura.
Ratusan batang sabun rempah terlihat tertata rapi memenuhi rak dan etalase di ruang tamu rumah Komsatun, Kamis (18/1/2024).
Sekilas, batangan sabun rempah dengan bermacam warna itu mirip cake atau kue bolu yang sudah dipotong kecil-kecil.
"Sabun yang disimpan di etalase sudah siap pakai, sedang yang di rak masih proses curing," kata Komsatun, sambil menunjukkan produksi sabun rempah miliknya di rumahnya.
Proses curing atau penguapan sabun merupakan fase waktu tunggu setelah sabun menjadi padat.
Proses curing biasanya membutuhkan waktu dua sampai empat minggu. Proses curing penting untuk menurunkan PH sabun dan melembutkan tekstur.
"Proses produksi sabunnya cepat, paling butuh waktu 30 menit. Tapi, proses curing-nya yang lama, butuh waktu dua minggu sampai sebulan. Makanya, tiap hari, saya produksi sabun untuk stok," ujar ibu tiga anak itu.
Komsatun terlihat mempraktikan cara memproduksi sabun rempah di ruang tamu rumahnya.
Selain jadi tempat display, ruang tamu rumah Komsatun yang tidak begitu luas itu juga menjadi tempat produksi sabun rempah.
Kali ini, Komsatun memproduksi sabun bengkuang beras.
Ia menyiapkan sejumlah bahan mulai bengkuang, tepung beras, minyak kelapa muda, soda api, classic enzym atau cairan hasil fermentasi buah-buahan untuk memproduksi sabun.
Sejumlah bahan itu kemudian diaduk menggunakan mesin mixer hingga lembut. Setelah adonan bercampur, Komsatun menuangkannya ke cetakan.
Di atas adonan yang sudah dituang ke cetakan ditaburi topping bengkuang yang sudah diiris kecil-kecil.
"Setelah itu dibiarkan sampai padat. Proses pemadatan butuh waktu tiga sampai lima jam. Kalau sudah padat baru dipotong kecil-kecil untuk proses curing," katanya.
Komsatun mengatakan sebenarnya sabun produksinya bisa disebut sabun alami. Karena bahan yang digunakan untuk memproduksi sabun berasal dari alam.
Ia menggunakan rempah-rempah seperti kencur, jahe, temulawak, laos, kunyit dan madu untuk bahan sabun alami.
Ia juga menggunakan bahan produksi sabun dari daun kelor, daun bidara dan daun serai.
Tak hanya itu, ia juga menggunakan bahan buah-buahan seperti pisang, pepaya, bengkuang dan kopi untuk membuat sabun alami.
"Warna dan aroma sabun juga alami dari bahan-bahan itu. Untuk aroma, kadang saya juga menambahkan bunga kenanga dalam bahan pembuatan sabun," ujarnya.
Komsatun mulai memproduksi sabun rempah sejak enam bulan lalu. Awalnya, ia memproduksi sabun rempah untuk dipakai sendiri.
Sedang ide membuat sabun rempah muncul dari keprihatinan Komsatun terhadap kondisi pencemaran lingkungan dari bahan kimia yang semakin parah belakangan ini.
Sebagai pegiat alam, Komsatun merasa tidak punya kontribusi untuk ikut mencegah maupun mengurangi pencemaran lingkungan dari bahan kimia.
Dari situ, Komsatun memiliki ide membuat sabun alami yang ramah lingkungan untuk dipakai sendiri.
Ia belajar memproduksi sabun rempah dari temannya yang juga santri di Pondok Modern Sumber Daya At Taqwa (Pomosda) di Kabupaten Nganjuk.
"Kalau pakai sabun alami ini limbahnya aman untuk lingkungan. Kalau mengalir ke tanah, limbah sabun alami malah bisa menjadi pupuk. Di kulit juga aman karena bahannya alami," katanya.
Ternyata, sabun rempah produksi Komsatun juga mendapat respons baik dari teman-temannya.
Beberapa teman Komsatun memesan sabun rempah produksinya.
Sejak itu, di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, Komsatun memproduksi lebih banyak sabun rempah untuk dipasarkan.
Sekarang, dalam sebulan, Komsatun bisa menjual sebanyak 100 biji sampai 150 biji sabun rempah.
Komsatun menjual sabun rempah dengan harga Rp 15.000 per biji untuk semua varian.
"Awalnya, pemasaran hanya dari teman ke teman. Lalu berkembang dan pernah ada pesanan dari luar kota seperti Makassar, Nusa Tenggara Timur (NTT), Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta bahkan sampai Hongkong dan Singapura," katanya.
"Sekarang saya juga sedang proses mengurus izin ke BPOM. Kalau izin NIB (nomor induk berusaha) sudah keluar," lanjutnya.
Jelang Nataru, Petugas Gabungan Cek Bus dan Tes Urine Awak Bus di Terminal Kesamben Blitar |
![]() |
---|
Nyalakan Kompor untuk Produksi Tahu, Dapur Rumah Warga di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar Terbakar |
![]() |
---|
Bea Cukai Blitar Musnahkan Ratusan Ribu Rokok Ilegal dan Ratusan Liter Minuman Keras Ilegal |
![]() |
---|
Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Jalan Kenari Blitar, Korban Tewas Diseruduk Mobil Suzuki Swift |
![]() |
---|
Capaian Pendapatan Retribusi Pasar Disperindag Kabupaten Blitar Masih Rendah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.