Berita Malang Hari Ini
Kisah Keterpurukan Sopir Angkot di Kota Malang, Sehari Tidak Lebih dari 10 Penumpang
Saking sulitnya kondisi kesejahteraan sopirangkot, Mujib mengatakan tidak bisa menjelaskan kondisi keterpurukan melalui kata-kata.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
Namun sejauh ini kondisinya tidak banyak berubah. Justru semakin sulit bagi sopir angkutan kota mendapatkan penumpang.
"Kami ingin sebaik-baiknya. Apapun yang direncanakan Pemkot Malang kami tanggapi dengan baik. Kondisi di lapangan sudah sangat prihatih," kata Mujib yang terlihat putus asa.
Mujib juga mendukung kalau unit angkutan kota diperbaiki.
Menurutnya itu bisa menjadi solusi agar penumpang mau naik angkutan kota.
Meski begitu, ia meminta agar tidak ada setoran yang terlalu tinggi sehingga bisa membebani sopir.
"Syukur kalau pemerintah ikut membantu," katanya.
Saeful, seorang pemilik kendaraan merespon rencana gajian yang dilontarkan Pemkot Malang.
Selama ini, ada kondisi yang memisahkan antara pemilik kendaraan dan sopir.
Terkadang, ada sopir yang tidak memiliki kendaraan. Para sopir ini memberikan setoran ke pemilik kendaraan.
Jika nanti ada sistem gajian untuk para sopir, Saeful khawatir pemilik kendaraan tidak dapat setoran.
Pun Saeful, sejak dua tahun ini dia menjadi sopir. Dulu, sebagai pemilik kendaraan, ia mendapat setoran dari sopir.
Kini, kondisi seperti itu tidak bisa dia dapatkan lagi. Terlebih ketika pandemi melanda.
"Sejak pandemi itu, saya sopir sendiri kendaraan saya. Mau dijual pun sudah murah. Dulu beli Rp 90 juta, sekarang harganya Rp 10 juta," katanya.
Ia meminta pemerintah bisa memperhatikan hal tersebut jika ada skema gajian.
Sejauh ini, belum ada penjelasan detail mengenai skema gajian yang akan diterima sopir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.