Pilkada Kota Malang

Kisah di Balik Partai Pendukung Pasangan Wahyu-Ali di Pilwali Kota Malang, PKS dan Golkar Harus Rela

PKS dan Golkar yang memiliki kursi lebih banyak di DPRD Kota Malang harus rela tak bisa menyertakan kadernya dan memilih mendukung kader partai lain

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Pasangan bakal calon wali kota Wahyu Hidayat dan bakal calon wakil wali kota, Ali Muthohirin. Paslon ini berkompetisi di Pilkada 2024 Kota Malang. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang harus rela tidak memunculkan nama kadernya dalam Pilkada 2024 Kota Malang dan akhirnya mendukung pasangan Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin .

Sebenarnya bukan hanya PKS, pemilik kursi besar di parlemen Kota Malang yang harus menghadapi dinamika di internal partai, kala tak memiliki kader di Pilwali Kota Malang, Golkar juga bernasib sama, 

PKS dan Golkar yang memiliki kursi lebih banyak di DPRD Kota Malang harus merelakan tak bisa menyertakan kadernya dan bahkan lebih memilih mendukung kader partai yang jumlah kursi parlemennya lebih kecil.

 DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Malang memaparkan kondisi yang mereka hadapi.

Ketua DPD PKS Kota Malang, Ernanto Djoko Purnomo mengatakan bahwa keputusan mendukung pasangan Wahyu-Ali merupakan keputusan DPP PKS.

Organisasi di tingkat daerah mengikuti instruksi yang telah ditetapkan oleh pusat.

Diceritakan Djoko, sampai hari terakhir menjelang pendaftaran, PKS Kota Malang sebenarnya telah menampung nama Ahmad Fuad sebagai kader yang diusung. 

Fuad menjadi satu-satunya nama yang dikantongi. Namun melihat realitas yang ada, akhirnya nama Fuad tidak disodorkan.

"Kami ingin memaksimalkan Pilkada ini dengan mengajukan kader sendiri. Sampai hari terakhir kami berusaha mengusung kader sendiri, mulai penjaringan, penyaringan, sampai tersisa Fuad. Kami berupaya menjadikan Mas Fuad sebagai kepala daerah. Kami melihat realita di lapangan, maka kami gabung dengan Wahyu-Ali," ujar Djoko, Jumat (30/8/2024).

Djoko menegaskan pihaknya mengikuti keputusan pengurus pusat.

Untuk diketahui, pada Pileg 2024 yang lalu, PKS berhasil menaikan perolehan kursi di legislatif dari enam menjadi tujuh.

Dengan modal itu, sejatinya PKS bisa mengusung sendiri bakal calon yang ia pilih setelah ada putusan terbaru Mahkamah Konstitusi.

Namun kini tidak ada kader PKS yang berkontestasi di Pilkada 2024.

Meski menang jumlah kursi, nyatanya posisi bakal calon wakil wali kota ditempati oleh Ali Muthohirin yang berasal dari PSI.

PSI Kota Malang memperoleh dua kursi di Pileg 2024.

Wahyu Hidayat sendiri telah menjadi kader Gerindra dan memiliki kartu tanda anggota.

"Kami ada tahapan pemegang kebijakan, yang kami pakai keputusan DPP bahwa kami mendukung Wahyu-Ali," kata Djoko. 

Djoko tidak membuka alasan pengurus pusat menaruh dukungan kepada pasangan Wahyu-Ali.

Ia juga menepis anggapan bahwa PKS tidak percaya diri dengan mengusung kader internal.

Menurutnya, semua partai memang ingin menang dalam kontestasi, namun ada sistem yang harus dijalankan dalam berorganisasi.

"Ya setiap partai ingin menang. Ini kalimat saya, kalau kami mengajukan harus menang. Bukan ketidakyakinan, dari perhitungan dan kondisi lapangan kayaknya tahun ini mengusung kader lain," kata Djoko.


Sebelumnya, DPD Golkar juga tidak mengusung nama Sofyan Edi Jarwoko.

Nama Edi cukup dikenal publik Kota Malang. Ia juga mantan wakil wali kota.

Meskipun namanya populer dan jumlah perolehan suara lebih banyak dari PSI, tidak ada kader Golkar yang berkompetisi.

Sejumlah kader Golkar sempat protes terpilihnya Ali Muthohirin yang mendampingi Wahyu.

Mereka merasa posisi itu lebih pantas ditempati Edi.

Belakangan Edi mengatakan bahwa dinamika yang terjadi itu suatu hal yang wajar.

Saat dikonfirmasi, Edi mengatakan bahwa ketegangan itu telah berakhir.

"Kalau di internal, orang mendapatkan berita baru yang kadang-kadang mengejutkan ya biasa jadi kaget, tetapi itu bagian dari pada spirit dan semangat yang ada di internal kami. Saya kira itu tidak ada masalah," kata Edi.


Edi mengaku legowo bahwa partai yang ia pimpin di Kota Malang harus mendukung Ali Muthohirin.

Ia menjalankan tugas sesuai instruksi pimpinan pusat.

"Pasti legowo, peran tugas itu sesuai apa yang kami terima. Amanah itu kami jalankan, sehingga secara institusional bergerak. Bukan secara perorangan," katanya. 

Meski kalah jumlah kursi, nyatanya PSI bisa mendorong Ali berada di posisi bakal calon wakil wali kota mendampingi Wahyu.

Ali mengatakan dirinya memiliki konektivitas ke pemerintah pusat, termasuk komunikasi politik karena partainya dipimpin oleh Kaesang Pangarep yang merupakan anak Presiden Joko Widodo.

"Semuanya kan punya kesempatan yang sama, apakah ukurannya kursi atau yang lain, tapi kan kami melakukan komunikasi politik dan silaturahmi politik. Pada akhirnya kami menemukan persamaan, pada akhirnya partai politiklah yang menemukan," kata Ali.

"Modal kami ya dua kursi, tapi ada modal politik yang lain, sinergitas. Kami punya garis milenial yang banyak, kami berada di jalur pusat dan Jakarta untuk kolaborasi. Pak Wahyu birokrasi tulen, ahli tata kota.  Sekaligus kami terinspirasi pasangan Prabowo-Gibran. Cerita suksesnya ingin kami tiru di Kota Malang," katanya. (Benni Indo)

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved