LIPSUS Anak di Malang Raya Tak Sekolah
Putus Kemiskinan dengan Pendidikan ala Ketua RW di Mojolangu Kota Malang, Sekolahkan Anak Tak Mampu
Langkah konkret pertamanya, mengirim anak dari keluarga yang orangtuanya alami gangguan jiwa ke sebuah pondok pesantren di Sumberpucung Malang.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Seorang Ketua Rukun Warga di Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang membuat program pendampingan kepada keluarga miskin agar anggota keluarganya bisa menuntaskan pendidikan.
Ia adalah Mulyani, Ketua RW 7 di Kelurahan Mojolangu.
Program pendampingan ini bertujuan memutus nasib kemiskinan masyarakat.
Mulyani meyakini, cara ampuh memutus kemiskinan adalah menuntaskan pendidikan.
Menurutnya, pendidikan yang tuntas adalah pendidikan hingga perguruan tinggi, kecuali lulusan kejuruan yang memang ditempat keahlian khusus.
Cerita bermula dari aktivitas warga mengadakan kajian di sebuah masjid hampir satu dekade lalu.
Kajian itu adalah kegiatan rutin warga. Hingga pada suatu saat, para jamaah yang biasa mengikuti pengajian bertanya-tanya, hal apa yang bisa diberikan oleh masjid kepada masyarakat sekitarnya.
Mereka lantas mencari cara menggerakkan program sosial untuk kemaslahatan masyarakat sekitar. Jawabannya upaya mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan.
"Kami terpicu untuk berbuat kepada masyarakat sekitar karena selama ini kami rutin kajian di masjid. Harus ada yang dilakukan di luar masjid," katanya, Minggu (13/10/2024).
Maka, dilakukanlah pendataan kepada warga yang membutuhkan bantuan itu.
Mulyani dan warga lainnya menemukan sebuah keluarga yang membutuhkan bantuan tersebut.
Diceritakan Mulyani, keluarga itu terdiri atas dua orang anak dan sepasang suami istri.
Sepasang suami istri itu mengalami gangguan jiwa.
Anak pertamanya, tidak menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar.
Mulyani dan warga mencoba membantu anak kedua agar tidak senasib seperti kakaknya.
Caranya, mengirim anak kedua itu ke sebuah pondok pesantren di Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Sebelum bisa dikirim, Mulyani melakukan pendekatan kepada keluarga agar mereka bisa membubuhkan tandatangan persetujuan.
Bukan hal yang mudah meyakinkan keluarga agar anak kedua mereka berpisah demi masa depan yang lebih baik.
Namun pada akhirnya pihak keluarga menyerahkan anak kedua untuk dipondokan.
"Di pondokan itu, dia melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama. Ia juga melanjutkan pendidikan ke tingkat atas kejuruan," terang Mulyani yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lowokwaru.
Selama berada di pondok, si anak mendapat bantuan pendanaan dari warga.
Caranya, warga mencari donatur melalui masjid.
Para donatur memberikan dukungan pendanaan sehingga si anak bisa tuntas sekolah di tingkat kejuruan.
"Setelah lulus, anaknya pernah kerja dengan saya di usaha jasa boga, kemudian memilih pekerjaan selanjutnya di bengkel yang memang keahliannya di sana," ujarnya.
Setelah lulus dari SMK dan mendapatkan pekerjaan, pendampingan masih tetap dilakukan. Kali ini kepada seorang anak kecil yang merupakan cucu dari sepasang suami istri tadi.
"Kami lakukan hal yang sama kepada cucunya itu, atau ponakan si anak yang kami dampingi sampai SMK itu. Kami tempatkan juga di pondok agar mendapatkan pendidikan yang layak. Kali ini pondoknya di Gondanglegi," kata Mulyani.
Berkat kerja para jamaah masjid di lingkungan RW, para donatur masih memberikan dukungan dana untuk pendidikannya.
Kasus lain terjadi di sebuah keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai juru parkir dan istri buruh sebuah pabrik.
Seorang anak pertamanya pernah mencoba melakukan bunuh diri karena sempat frustasi tidak lolos ke sejumlah perguruan tinggi.
Pihak RW pun memberikan pendampingan mental kepada si anak yang mencoba bunuh diri itu.
Si anak diyakinkan bahwa masih ada banyak peluang bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Yang dilakukan Mulyani bersama warga di luar dugaan. Mereka melakukan lobi-lobi ke sebuah perguruan tinggi swasta sehingga si anak bisa diterima dengan beasiswa.
Kata Mulyani, pendampingan yang dilakukan tidak sekadar untuk pendanaan saja namun juga pendampingan mental, termasuk mengupayakan lobi-lobi ke lembaga terkait.
"Akhirnya bisa kuliah di kampus swasta dengan beasiswa. Kami lakukan negosiasi dengan kampus itu karena juga ada sejumlah karyawannya merupakan warga kami," terang Mulyani.
Menurut Mulyani, kemiskinan harus diberantas. Definisi kemiskinan baginya bukan sekadar kemiskinan harta benda, yang paling menakutkan adalah kemiskinan harapan.
Orang-orang yang miskin materi sangat sering sekali memiliki kemiskinan harapan juga.
Mereka terkadang tidak berharap besar menyekolahkan anak-anaknya sampai tuntas. Sekadar lulus saja sudah cukup.
Namun tidak bagi Mulyani. Anak-anak di kampungnya harus sekolah sampai tinggi.
Saat ini, ada belasan anak yang didampingi, baik untuk dukungan materi atau mental.
Mulyani ingin memberikan harapan yang besar kepada anak-anak di kampungnya, terutama kepada keluarga yang beranggapan tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya.
Harapan menuntaskan pendidikan harus terus didengungkan agar angka putus sekolah selesai.
Menurut Mulyani, Pemerintah Kota Malang bisa berkolaborasi dengan para Ketu RW untuk memotret kebutuhan pendidikan di wilayahnya.
Masing-masing ketua RW memiliki data akurat yang diambil dari warganya sendiri melalui RT.
Data itulah yang bisa dijadikan referensi untuk menuntaskan angka putus sekolah.
Kini, banyak yang berharap agar angka kemiskinan bisa tuntas, pun angka putus sekolah.
Mulyani berkomitmen, program RW itu terus ia gerakan sampai terwujudkan kesejahteraan masyarakat di lingkungan sekitarnya. (Benni Indo)
Tidak Boleh Ada Anak yang Tidak Sekolah di Kota Malang, Dinas Pendidikan Harus Tuntaskan Tahun Ini |
![]() |
---|
Banyak Anak Tidak Sekolah di Malang Raya, Siswa Perlu Belajar Keterampilan |
![]() |
---|
Kabupaten Malang Target Zero Anak Tidak Sekolah Depan 2025 |
![]() |
---|
Banyak Anak Tidak Sekolah di Kota Malang, Ada yang Pilih Jadi Jukir |
![]() |
---|
Realita Anak Putus Sekolah di Kota Malang, Rela Jadi Juru Parkir Setelah Tamat SD |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.