TPA Supit Urang Tebar Bau Tak Sedap ke Kabupaten Malang, DLH Kota Malang Sebut dari Kandang Ayam

TPA Supit Urang Tebar Bau Tak Sedap ke Kabupaten Malang, DLH Kota Malang Sebut dari Kandang Ayam

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Purwanto
TPA Supit Urang, Kota Malang (foto arsip). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kasus dugaan pencemaran limbah TPA Supit Urang, milik Pemkot Malang, yang berada di Kecamatan Sukun, bukannya mereda, namun kian membara.

Itu karena warga sejumlah desa merasa tersingung dengan pernyataan Noer Rahman Wijaya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, yang dianggap mencari kambing hitam.

Pada pernyataannya, Noer Rahman mengatakan, jika bau badek yang dirasakan warga di lima desa, yang ada di dekat TPA Supit Urang itu bukan dari dampak pencemaran limbah sampah, yang tiap hari menampung 500 ton itu.

Namun, bau tak sedap yang dirasakan warga Kabupaten Malang itu berasal dari kandang ayam.

Karuan itu, DLH Kota Malang mendapat reaksi warga, karena dinilai ngawur.

Bahkan, Noer Rahman dianggap bukannya berusaha mencari solusi atas dampak pencemaran limbah yang dirasakan warga setiap hari dan sudah turun temurun itu, melainkan justru memancing emosi warga untuk ramai-ramai kian mempercepat untuk naik truk ke kantornya.

"Itu ngawur. Sudah nggak merealisasikan janji Pak Wali Kota (Wahyu Hidayat), untuk disuruh buatkan sumur artesis buat warga yang sumur tercemar, malah pernyataan dia itu bikin telinga warga tipis," tutur Tekat Pribadi, Kades Jedong, Kamis (23/01/2025), kesal menanggapi pernyataan Noer Rahman, yang dianggap mencari-cari pembenaran itu.

Baca juga: Problematika Dampak TPA Supit Urang Kota Malang Harus Segera Dicari Solusinya

Mestinya, lanjut dia, sekelas pejabat Eselon II, bikin pernyataan itu yang solutif, atau yang menyejukkan hubungan antara Pemkot Malang dengan Pemkab Malang.

Bukan malah membuat suasana yang sudah panas kian makin membara karena pernyataan dia itu.

Yakni, telah menuding jika bau badek seperti blotong, lalu ratusan sumur warga tercemar, belum lagi serbuan lalat yang masuk ke perkampungan tiap pagi seperti itu kok dibilang, dari kandang ayam, itu bikin warga kian emosi.

"Coba kalian semua (para pejabat Pemkot Malang) datang ke desa kami agak lama, biar bisa merasakan tidak nyamannya, tinggal di rumah."

"Bukan lagi bau seperti blotong saat ada angin, namun serbuan lalat, yang ikut menyerbu makanan, itu bikin kami semua bergidik," tegasnya.

Begitu juga Abah Sukir, tokoh masyarakat Desa Pandanlandung, yang bertetangga dengan Desa Jedong, juga mengaku tidak terima dengan pernyataan Noer Rahman, yang dianggap tak layak sekelas pejabat Eselon II.

Itu namanya, dia asbun (asal bunyi) dan nggak pernah turun ke lapangan. Sebab, saat ini, bau badek yang seperti bau peceren itu merambah ke perumahan elit, seperti Bukit Dieng dan perumahan elit lainnya, yang ada di dekatnya.

Para penghuninya, yang para sultan Malang itu, juga mengeluhkan bau yang sama dan serbuan lalat yang serupa.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved