Mutilasi Jasad Dalam Koper Ngawi

SOSOK Uswatun Khasanah Korban Mutilasi Ngawi Tumpuan Keluarga, Jarang Mengeluh Cerita Senangnya Saja

Sosok Uswatun Khasanah korban mutilasi Ngawi tumpuan keluarga, jarang mengeluh bantu adik dan royal ke orang tua, cerita senangnya saja.

|
Suryamalang.com/Samsul Hadi/ist
Suasana rumah duka di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar (kiri) - Uswatun Khasanah (kanan) korban mutilasi Ngawi tumpuan keluarga, jarang mengeluh bantu adik dan royal ke orang tua, cerita senangnya saja. 

SURYAMALANG.COM, - Sosok Uswatun Khasanah korban mutilasi Ngawi ternyata tumpuan atau tulang punggung keluarga.

Selain menghidupi kedua anaknya yang masih kecil, Uswatun Khasanah (29) juga royal kepada orang tua serta peduli dan sering membantu adiknya.

Anak pertama dari dua bersaudara itu juga tidak pernah mengeluh dan hanya cerita hal-hal yang menyenangkan saja kepada keluarga. 

Alhasil, keluarga tidak pernah tahu kesulitan hingga masalah yang dihadapi oleh korban.

Tiba-tiba saja pada Kamis (23/1/2025), jasad Uswatun Khasanah dalam kondisi tidak utuh ditemukan di dalam koper merah kawasan Desa Dadapan, Kendal, Ngawi.

Uswatun Khasanah tinggal bersama neneknya di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Selain tinggal bersama nenek dari pihak ayahnya, kedua anak korban masih berusia 10 tahun (dengan suami pertama) dan satu lagi usia 7 tahun (dengan suami kedua). 

Masih di kawasan yang sama, rumah ibu kandung korban ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Uswatun Khasanah pun terakhir kali bekerja di Tulungagung dan menghuni sebuah kamar kos di kawasan Jalan Panglima Sudirman.

Menceritakan sosok Uswatun Khasanah, adiknya bernama Intan mengaku sangat syok dan terpukul.

"Kakak saya ini orangnya baik. Dulu, waktu saya masih kecil, belum menikah yang merawat juga kakak saya," kata Intan dengan mata yang masih terlihat sembap ditemui di rumah ibunya Desa Sidodadi, Blitar, Minggu (26/1/2025).

Bahkan, setelah Intan menikah dan akhirnya bercerai, yang membantu keuangan Intan juga kakaknya.

Intan terakhir komunikasi melalui telepoin dengan kakaknya pada awal Januari 2025.

Waktu itu, kakaknya menanyakan kabar kepada Intan.

"Kebetulan saya kan sedang cari kerja. Saya dipecat dari tempat kerja lama di Jakarta. Lalu saya cari kerja di Solo, tidak cocok terus pindah ke Madiun," jelasnya.

Setelah itu, Intan belum pernah berkomunikasi lagi dengan kakaknya dan sekarang justru mendapat kabar kakaknya terkena musibah.

Diketahui kedua orang tua Intan dan Uswatun Khasanah sudah bercerai.

Lalu ibu kandung mereka menikah lagi dan tinggal di Desa Sidodadi, Blitar sedang ayahnya tinggal di Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

"Waktu itu saya masih belum percaya dengan kabar soal kakak saya. Saya merasa seperti hoaks, kayak ngeprank," kata Intan.

Akhirnya, Intan percaya kakaknya benar-benar sudah meninggal seperti kabar yang diterimanya.

Tulang Punggung Keluarga

Ayah tiri korban, Hendi Suprapto mengatakan korban adalah tulang punggung keluarga dan sosok yang baik serta perhatian.

"Korban memang tulang punggung keluarga. Dia menghidupi dua anak dan neneknya," jelas Hendi Suprapto.

Menurut Hendi, setiap pulang ke Blitar korban sering mampir ke rumah ibunya dan selalu menyempatkan untuk bertemu.

"Kadang dua kali sebulan ke sini. Tiap pulang ke Blitar, setelah ngurus anak dan keluarga di Slorok, dia menyempatkan ketemu ibunya," jelas Hendi.

Korban juga bersikap baik dengan Hendi, meskipun Hendi ayah tiri.

Sebelum meninggal, Uswatun Khasanah sempat bicara kepada Hendi ingin membangun rumah sendiri.

Kebetulan, Hendi yang diminta tolong untuk membangun rumah tersebut. 

Rencananya mulai bulan depan, korban akan membangun rumah di Desa Slorok.

Hendi mengaku, Uswatun Khasanah jarang mengeluh dan hanya cerita hal-hal yang senang kepada keluarga. 

"Korban ini tidak pernah cerita masalahnya ke keluarga. Yang diceritakan ke keluarga hanya yang senang-senang saja. Mungkin korban tidak ingin ibunya khawatir," terang Hendi.

Cerita Ayah Kandung

Sama seperti cerita Hendi, ayah kandung korban, Nur Khalim juga mengatakan putrinya merupakan anak baik yang perhatian dengan keluarga.

Meski tidak tinggal serumah, korban sering menjenguk Nur Khalim untuk memberi uang makan.

"Setahu saya, anak saya tidak punya musuh. Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya. Dia tinggal bersama neneknya, ibu saya," jelas Khalim.

Nur Khalim jelas merasa sedih dan kehilangan dengan musibah yang menimpa anaknya tapi pria itu terlihat berusaha tegar.

Sejak sore, Nur Khalim menunggu jenazah anaknya datang di rumah ibu kandung korban yang juga mantan istrinya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Nur Khalim terlihat mengazani jenazah anaknya saat hendak diberangkatkan dari rumah duka ke tempat pemakaman.

Khalim menuturkan, anaknya itu sempat tiga kali menikah dengan pria asal Blitar (menikah resmi), pria Lumajang (siri) dan pria Tulungagung (siri).

Pernikahan ketiga korban dengan pria Tulungagung belum lama terjalin baru sekitar tiga tahun.

Awal menikah, korban dan suami ketiga hidup rukun di Blitar tapi setahun terakhir Nur Khalim tidak pernah ketemu dengan suami anaknya. 

"Setahunan ini, saya tidak pernah ketemu suami anak saya. Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah," kata Nur Khalim.

Nur Khalim juga tidak pernah bertanya kepada korban soal suaminya.

Korban sendiri juga tidak pernah cerita kepada Khalim.

Khalim mengira suami korban kerja di luar kota dan jarang pulang.

"Anak saya tidak pernah cerita soal suaminya. Selama ini anak saya juga terlihat baik-baik saja," terang Khalim.

Sampai sekarang, Nur Khalim juga tidak tahu apakah korban dan suami dari pernikahan ketiga ini masih bersama atau sudah pisah.

"Ini tadi, suaminya juga tidak terlihat datang ke Blitar," kata Khalim.

(Reporter/Samsul Hadi)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved