Ibadah Haji 2025 Malang

Sastro Wasiyo Calon Jemaah Haji Tertua dari Kota Malang Berusia 94 Tahun, Dibantu Anak Hingga Cucu

Setiap hari, Sastro telah melatih fisiknya untuk persiapan berangkat ke Tanah Suci. Olahraga kecil, makan sehat, dan banyak belajar tata cara berhaji

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/BENNI INDO
CJH TERTUA KOTA MALANG - Sastro Wasiyo yang berusia 94 tahun (kanan) dan anaknya yang menjadi pendamping, Suparyono yang berusia 54 tahun, Kamis (24/4/2025). Sastro tercatat menjadi calon jemaah haji tertua yang berangkat dari Kota Malang. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sastro Wasiyo yang berusia 94 tahun menjadi calon jemaah haji tertua dari Kota Malang tahun ini.

Sastro Wasiyo yang berusia 94 tahun akan menunaikan ibadah haji 2025 dengan didampingi salah satu anaknya, Suparyono yang berusia 54 tahun.

Ditemui usai menjalani manasik haji, Kamis (24/4/2025), Sastro bercerita tentang dirinya yang akan melaksanakan ibadah haji. 

Berangkat ke Tanah Suci adalah momentum yang ia tunggu-tunggu sejak mendaftar pada 2019 lalu.

Sejatinya, Sastro tinggal di Kabupaten Ngawi. Namun kemudian pindah ke Kota Malang bersama anaknya, Suparyono.

Keduanya kini tinggal di Jalan Gadang 21A, Nomor 17, Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun. 

Tak pernah ia memiliki keyakinan bisa berangkat ke Tanah Suci.

Sebagai petani kecil di Kabupaten Ngawi, impian untuk berangkat haji itu hampir mustahil.

Sehari-hari, Sastro menggarap lahannya. Sementara anaknya ada enam.

"Saya petani, tidak punya apa-apa. Orang desa, anaknya banyak. Ya, saya minta kepada Allah. Sekarang anak-anak sudah besar dan bekerja semuanya. Mereka ada di mana-mana," katanya usai mengikuti manasik haji di ruang konferensi di lantai dua Hotel Same.

Dari anak-anaknya inilah Sastro kemudian mendapatkan jalan untuk berangkat haji.

Anak-anaknya bekerja di beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Mulai dari karyawan di perusahaan milik daerah hingga karyawan di sebuah universitas negeri di Kota Malang.

Beberapa yang lain menjalankan usaha secara mandiri.

"Dibantu anak-anak saya semua. Dulu memang ingin berangkat haji, tapi bagaimana bisa begini seperti sekarang. Saya petani," ungkapnya.

Hingga saat ini, Sastro menjadi calon jamaah tertua.

Di usianya yang sudah senja, ia masih tegap berdiri dan berjalan.

Meski jalannya tak selincah masih muda, dan punggunya sudah agak bungkuk.

Dengan kondisi fisik seperti itu, ia cukup yakin bisa menjalankan ibadah dengan baik.

Perasaan senang tidak bisa ia tutupi ketika mendapatkan panggilan untuk berangkat.

Setiap hari, Sastro telah melatih fisiknya untuk persiapan berangkat ke Tanah Suci. Olahraga kecil, makan yang sehat, dan banyak belajar mengenai tata cara berhaji.

"Saya sangat senang dan gembira akan berangkat haji. Dulu kan orang desa menjadi tani, tidak punya apa-apa. Saya tinggal sendiri di rumah. Lalu sama anak saya diajak ke Kota Malang untuk berangkat haji bersama," katanya.


Anak, Satro, Suparyono mengisahkan, tidak hanya anak-anak Sastro, cucunya juga ikut patungan untuk memberangkatkan sang ayah ke Tanah Suci.

 "Kami bayar urunan, dimasukan ke rekening haji. Ya itu sudah biaya dari anak-anaknya. Ada juga bantuan dari cucu," ujarnya sambil berkaca-kaca.. 

Anak pertama Sastro bekerja di Dinas Kehutanan. Penempatannya di Kabupaten Ponorogo.

Anak keduanya telah pensiun sebagai karyawan di sebuah universitas negeri di Kota Malang.

Ada juga yang bekerja di perusahaan milik daerah di Kabupaten Blora.

Sedangkan Suparyono menjalankan usaha mandii.

"Kami bersyukur, dukungan keluarga sangat kuat. Pelayanannya juga bagus di Kota Malang. Baik dari imigrasi, kementerian agama, semuanya berjalan lancar sampai sekarang," kata Suparyono sambil menahan tangis yang membuat matanya memerah.

Suparyono akan mendampingi ayahnya sampai akhir.

Ia juga mengatakan tidak membawa kursi roda. Suparyono cukup yakin ayahnya bisa berjalan kaki dalam pelaksanaan ibadah haji nanti.

"Walaupun tua, tapi masih kuat jalan kaki. Pelan-pelan saja jalannya. Di sana kan nanti juga pelan-pelan saja jalan kakinya. Orang desa sangat kuat jalan kaki," katanya.

Suparyono sudah tinggal di Kota Malang sejak tahun 2000.

Belakangan ia mengajak serta ayahnya ke Kota Malang untuk berangkat haji.

Di rumah, kampung halamannya di Kabupaten Ngawi sana, Sastro tidak ada yang mendampingi.

Itulah sebabnya ia menjemput ayahnya untuk dibawa ke Kota Malang.

Sebagai seorang anak, hatinya sangat gembira bisa mendampingi sang ayah berangkat haji. Pun upaya yang selama ini dilakukan oleh ia dan saudara-saudaranya yang lain terasa sangat menyenangkan bisa berbakti kepada orangtua di masa tua.

Menjelang keberangkatan, Suparyono terus memastikan agar ayahnya tetap sehat. (Benni Indo)

 

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved