Berita Viral
Kisah Kurir COD Didenda Rp 500 Ribu Cuma Karena Tak Punya Kembalian Rp 700 Perak, Pekerjaan Terancam
Kisah pilu seorang kurir didenda Rp 500 ribu cuma karena tak punya kembalian uang Rp 700 perak saat antar paket COD menjadi viral di media sosial.
Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
SURYAMALANG.COM - Kisah pilu seorang kurir didenda Rp 500 ribu cuma karena tak punya kembalian uang Rp 700 perak saat antar paket COD menjadi viral di media sosial.
Selain mendapatkan denda, pekerjaan kurir tersebut juga menjadi taruhan karena terancam dipecat.
Kini kurir tersebut hanya bisa lemas.
Ia dilaporkan oleh pembeli karena tak memiliki kembalian Rp 700 perak.
Gegara hal tersebut si kurir terancam tak lagi bisa melanjutkan pekerjaannya.
Akibatnya jika ingin kembali bekerja, kurir COD tersebut harus membayar denda Rp 500 Ribu.
Peristiwa ini terjadi ketika kurir COD mengantarkan paket senilai Rp21.300 ke rumah pelanggan.
Suami dari pembeli membayar dengan uang Rp50.000, dan karena tidak memiliki pecahan kecil, kurir hanya mengembalikan Rp28.000.

Baca juga: Mengenal Haji Endang Pemilik Jembatan Perahu Viral di Karawang, 15 Tahun Beroperasi Bisa Beli Pajero
Suami pembeli menerima pengembalian tersebut tanpa protes.
Namun, beberapa saat kemudian, istri pembeli menghubungi kurir melalui pesan WhatsApp dan mempersoalkan kekurangan uang kembalian sebesar Rp700.
Chat WhatsApp antara pembeli dan kurir:
> lain kali yg bnr mas nyebut nominalnya, bkn masalah rugi uang sgitu, cuma seenggaknya jjr ya mas, gpp saya ikhlas jan di ulang
18.22
Balasan kurir:
> Saya bilang 22 ka
18.22
Emang saya bilangnya brp ke si masnya?
18.22
Saya kembalin jd 28 tadi
18.22
Uangnya td 50 kan,m
18.22
?
(Panggilan suara)
Tidak dijawab
18.23
Uangnya 50 kan td ka?
18.23
Saya ga ada ka kembalian 700 perak nya, yaudah ka sbntr saya cari 700 perak nya lagi, saya anter ya
18.24
ga perlu makasi
18.24
cuma ngingetin aja ko
18.25
tenang aja
18.25
Kurir kemudian kembali ke rumah pelanggan untuk mengembalikan sisa uang tersebut.
Sayangnya, sebelum kurir menyelesaikan masalah tersebut, pembeli telah lebih dulu melaporkan kejadian itu kepada pihak ekspedisi.
Laporan tersebut berujung pada pemberian sanksi kepada kurir berupa denda sebesar Rp500.000.
Kurir juga mendapat ancaman tidak diperbolehkan bekerja kembali jika tidak segera membayar denda tersebut.
Nasib kurir COD tersebut pun viral setelah diposting akun X Twitter @hey_ovha, seperti dipantau via TribunJateng.com, Jumat (2/1/2025).
"Kurir kena punishment sebesar 500.000 jika kurir tidak membayar tidak boleh beraktivitas lagi .. Kurir menghampiri suaminya yg ke 2 kali setelah mengembalikan kembalian 700 perak meminta suami buyer untuk memberitahu istrinya untuk mencabut laporan agar kurir bisa bekerja kembali namun suaminya hanya bilang
“istri saya susah mas kalau soal uang jd saya tidak tau dan istrinya tidak keluar rmh”
Dan akhirnya kurir pulang dan membayar 500.000 untuk bs bkeja kembali untuk menafkahi keluarganya,"
KIsah Lain
Kurir lainnya punya keterampilan menakjubkan yang membuatnya bisa mendapatkan hadiah.
Di balik toko-toko online yang berlomba mengirim pesanan yang akan digunakan pembeli untuk Lebaran, ada perjuangan kurir pick up barang.
Sosok yang seakan tak terlihat di balik kesuksesan belanja daring tersebut patut diapresiasi di tengah kesibukan jelang Lebaran.
Apalagi menjelang Lebaran, banyak pesanan yang membutuhkan jasa seorang kurir.
Kurir tersebut salah satunya adalah Ian Supriana.
Ia sudah empat tahun bertahan dalam kerasnya dunia logistik, menjalani profesi sebagai petugas pick up barang SPX Express.
Menurutnya, hari-hari terakhir jelang Lebaran ini cenderung lebih tenang.
Ia telah melewati momen puncak pekerjaannya sejak awal Ramadhan yang membuat ritme kerjanya berubah drastis.
"Biasanya dalam sehari saya menangani 400-500 paket. Tapi tahun ini 800 sampai 1.000 paket," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (28/3/2025) pagi.
"Apalagi pesanan paling banyak itu bahan kue, baju koko, dan gamis," lanjut pria yang biasa disapa Ian ini.
Ledakan pesanan ini tidak datang tiba-tiba, namun yang sesungguhnya datang saat momen promo besar.
"Orang-orang sekarang sudah lebih pintar memanajemen waktu," tutur Ian.
"Mereka enggak mau belanja di H-5 sebelum Lebaran karena tahu barangnya enggak bakal sampai tepat waktu. Jadi puncaknya itu di awal Ramadhan," kata dia.
"Tanggal kembar 3.3 yang bertepatan hari Senin dan Pay Day tanggal 25 itu parah," cerita Ian.
"Paket membeludak, pernah saya baru bisa pulang jam 12 malam karena enggak selesai-selesai," terangnya.
Meskipun Ramadhan tahun ini tidak seperti sebelumnya, karena daya beli masyarakat yang menurun.
"Banyak seller yang 'sambat' (mengeluh). Daya beli turun, sementara harga barang juga enggak bisa dinaikkan sembarangan. Kalau terlalu mahal, siapa yang mau beli?" jelasnya.
Menjalani profesi ini di saat berpuasa tentu bukan perkara mudah, terutama di tengah cuaca yang tak menentu.
Ia bekerja mulai siang hingga malam, dan tantangan terbesarnya bukan hanya fisik, tetapi juga waktu tunggu yang tak terduga.
"Bagian beratnya ada di sore hingga tengah malam. Begitu pulang, saya langsung istirahat total biar stamina tetap terjaga."
"Puasa saya enggak terganggu karena enggak banyak kena panas," beber Ian Supriana.
Biasanya, setiap seller hanya memiliki 10-50 barang, tetapi menjelang Lebaran, jumlahnya bisa melonjak hingga 200 per seller.
Hal ini membuat waktu pick up molor jauh dari biasanya.
"Biasanya selesai jam 7 malam, tapi karena packing belum selesai, bisa sampai tengah malam. Tapi ya, namanya layanan, mau enggak mau harus ditunggu," tutur dia.
Selain kelelahan fisik, menghadapi seller yang rewel adalah tantangan tersendiri.
"Kadang mereka minta diambil malam, saya datang sesuai jadwal, tapi barangnya belum siap. Udah saya kasih waktu lebih, tetap aja harus nunggu."
"Kadang jumlahnya juga enggak sesuai, harusnya ambil tujuh paket, eh yang siap baru tiga. Alasannya macam-macam," tuturnya.
Menjalani pekerjaan yang penuh tantangan ini, Ian Supriana tetap menemukan sisi positifnya.
Kebebasan mengatur waktu dan interaksi dengan banyak orang, menjadi hal yang sehari-hari dinikmatinya.
"Beda sama kerja kantoran yang harus duduk diam 8-10 jam," ujar pria yang berdomisili di Pakis, Kabupaten Malang, tersebut.
"Di jalanan saya bisa ketemu banyak orang, dengar cerita mereka, itu yang bikin kerja di jalan lebih berwarna," imbuhnya.
Namun, selama menjalani profesinya, ada satu musuh besar yang selalu mengintai, yakni cuaca, terutama saat musim hujan.
"Kalau panas, masih bisa diterjang. Tapi kalau hujan, ini yang bahaya. Paket bisa rusak."
"Makanya kalau hujan ya harus berhenti di mana saja, yang penting barang tetap aman," kata dia.
Baginya, setiap Ramadhan adalah ujian ketahanan.
Karena pekerjaannya bukan sekadar mengantarkan paket saja, tetapi juga tanggung jawab, kesabaran, dan bagaimana tetap profesional dalam segala situasi.
"Yang penting amanah. Paket sampai tujuan dengan selamat, hati pun ikut tenang," pungkas Ian.
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp
kurir didenda Rp 500 ribu
kurir didenda karena tak punya kembalian
kurir paket
kurir
paket COD
COD
paket
suryamalang
FAKTA-FAKTA Ajaran Sesat Ummi Cinta Bekasi: Janjikan Masuk Surga Jika Bayar Rp 1 Juta, Kajian 7 Jam |
![]() |
---|
KISAH Mahasiswi UGM Kena Denda Rp 5 Juta Gegara Pinjam Buku di Perpustakaan, Akhirnya Bayar Segini |
![]() |
---|
Tuntutan Warga Pati Tak Lagi Soal Kenaikan Pajak PBB 250 Persen, Minta Bupati Sudewo Lengser |
![]() |
---|
VIRAL Rekening Ustaz Dasad Latif untuk Bangun Masjid Ikut Kena Blokir PPAT, Gak Bisa Bayar Semen |
![]() |
---|
DAFTAR Kebijakan Kontroversial Sudewo Bupati Pati Padahal Baru 5 Bulan Menjabat, PBB Naik 250 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.