Korban Pemusnahan Bom di Garut

Gaji 9 warga Sipil Jadi Korban Tewas Ledakan Amunisi di Garut, Buruh Dibayar Rp 150 Ribu per Hari

Terungkap alasan kenapa ada 9 warga sipil yang menjadi kroban ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut. Buruh dibayar Rp 150 ribu per hari.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Istimewa/sidqi al ghifari/tribun jabar
PILU KORBAN TEWAS- Foto diduga sumur (KANAN) tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Kantong jenazah berisi korban ledakan bom yang dimusnahkan di Desa Sagara (KIRI) Senin (12/5/2025) pagi. 

SURYAMALANG.COM - Terungkap alasan kenapa ada 9 warga sipil yang menjadi kroban ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut pada, Senin (12/5/2024) lalu, 

Ternyata para warga sipil ini adalah buruh yang dibayar sebesar Rp 150 per hari. 

Hal itu terungkap dalam wawancara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dengan seorang warga.

Dedi berbincang dengan Agus Setiawan, saudara dari salah satu korban ledakan saat mengunjungi rumah duka di Kampung Cimerak, Desa Sagara.

"Kami jadi buruh pak, buruh buka selongsong, per hari dibayar Rp 150 ribu," ujar Agus kepada Dedi Mulyadi mengutip Tribun Jabar.

Menurut dia, alam proses pemusnahan amunisi itu warga biasanya bekerja sampai belasan hari, tergantung dari datangnya barang yang akan dimusnahkan.

Agus menjelaskan bahwa selain dari upah tersebut, dirinya juga biasa menjual rongsokan dari sisa-sisa pemusnahan amunisi.

"Kadang Rp 50 ribu kadang Rp 100 ribu, ada iya (pengepulnya)," ucap Agus.

 BESI BEKAS - Rongsokan besi selongsong amunisi yang dikumpulkan buruh di sebuah gudang tak jauh dari lokasi peledakan amunisi di Jalan Raya Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto diambil Selasa (13/5/2025) siang.  
 
 BESI BEKAS - Rongsokan besi selongsong amunisi yang dikumpulkan buruh di sebuah gudang tak jauh dari lokasi peledakan amunisi di Jalan Raya Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto diambil Selasa (13/5/2025) siang.     ()

Baca juga: FOTO Jokowi Salim ke Kasmudjo, Saat Kunjungi Rumah Dosen Pembimbing Akademik Saat Kuliah di UGM

Sesepuh atau orang yang dipercaya bahkan dibayar sampai Rp 200 ribu per hari.

Dedi Mulyadi menyebut dirinya akan menanggung biaya hidup anak-anak dari korban dari mulai pendidikannya bahkan hingga kuliah.

"Untuk anak-anaknya yang belum menikah, itu menjadi tanggung jawab gubernur. Mereka pendidikannya, kehidupan sehari-harinya, biar nanti kami yang mengambil alih tanggung jawab itu," ujar Dedi kepada awak media.

Dedi bilang, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menyalurkan santunan sebesar Rp 50 juta kepada setiap keluarga korban. 

Dana tersebut diperuntukkan bagi biaya pemulasaraan jenazah.

"Itulah bentuk bantuan yang kami sediakan. Nilainya Rp 50 juta per orang. Bagi yang masih sekolah, bantuan bisa berlanjut hingga jenjang kuliah," ujarnya.

Pendampingan psikologis

Keluarga korban musibah ledakan amunisi atau bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin kemarin (12/5/2025) akan diberi perhatian pemerintah daerah.

Bentuk perhatian itu mulai dari pendampingan psikologis hingga santunan hingga biaya sekolah untuk anak yang ditinggalkan.

Pendampingan psikologis dilakukan agar para keluarga yang ditinggalkan dapat kembali bangkit setelah peristiwa nahas ini.

Sebab, ada sebagian keluarga yang histeris karena nyaris menjadi korban ledakan amunisi itu.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, mengatakan telah menyiapkan sebanyak sembilan orang yang diterjunkan untuk mendampingi keluarga korban.

Mereka akan mendampingi keluarga korban dalam proses trauma healing.

"Kita terjunkan sembilan orang, kita akan dampingi untuk proses trauma healing," ujar Yayan baru-baru ini, dilansir Tribun Jabar.

Ada dua korban selamat dalam peristiwa ini.

Salah satu korban selamat, Ilmansyah(26), mengaku menyaksikan serpihan bagian tubuh para korban yang terkena ledakan.

Sampai saat ini, ia mengaku masih mengalami trauma atas kejadian tragis itu.

Sebab, kakaknya sendiri, Yusrizal (48), ikut menjadi korban ledakan amunisi.

"Saya takut sekali, ada serpihan-serpihan kulit (berserakan). Saya histeris."

"Trauma iya, masih syok kalo liat orang (saya merasa) sedih," kata Ilman setelah kejadian itu.

Diketahui, Ilman dan Yusrizal sama-sama menjadi pekerja dalam proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa di desanya.

Sebelum terjadi ledakan, Ilman ditugaskan kakaknya untuk mengambil air laut guna mengisi tandon persediaan air.

"Waktu kejadian saya disuruh ambil air ke laut, kakak saya masih terlihat waktu itu, tapi tiba-tiba ada ledakan. Saya berteriak A Iyus di mana, A Iyus di mana," ujar Ilman menjelaskan kepada awak media.

Saat mendekati titik lokasi, dirinya tak kuasa menahan kesedihan.

Ia histeris melihat orang-orang yang bertugas melakukan pemusnahan bom kadaluarsa berjatuhan.

"Saya lihat ke arah pesisir ada tubuh korban, saya jalan aja terus jalan seperti melayang," ungkapnya.

Ia kemudian mencari teman-temannya.

Namun, hasilnya tetap nihil, semua orang di lokasi bahkan kakaknya sendiri sudah tidak ada.

Ilman pun menjauh dari lokasi kejadian dan meminta pertolongan warga.

Ia tak menyangka tugas yang diberikan sang kakak kepada dirinya telah menjauhkannya dari maut.

Santunan Rp50 Juta dan Biaya Sekolah

Selain mendapatkan pendampingan psikologi, para keluarga korban juga mendapatkan santunan dengan nilai Rp 50 juta tiap keluarga.

Anak korban ledakan amunisi yang masih sekolah juga akan mendapatkan bantuan sekolah gratis.

Kabar itu disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menemui keluarga korban ledakan amunisi di Garut pada Selasa (13/5/2025).

"Untuk keluarga korbannya ya tadi ada rasa empati dari Pemprov Jabar untuk disampaikan kepada keluarganya untuk biaya pemulasaraan jenazah dan untuk kegiatan-kegiatan ritual yang biasa dilakukan dalam sebuah keluarga ketika ada yang meninggal dunia nilainya per orang Rp 50 juta, sekolahnya kan sudah tanggung jawab saya, biaya pendidikannya sampai kuliah."

"Yang meninggal itu meninggalkan anak, meninggalkan istri. Sehingga yang pertama untuk anak-anaknya yang belum menikah itu menjadi tanggung jawab gubernur mereka pendidikannya, kehidupan kesehariannya," jelas Dedi Mulyadi.

Dalam momen itu, Dedi Mulyadi tak lupa menyampaikan rasa bela sungkawa kepada keluarga korban yang meninggal dunia akibat ledakan itu.

Diketahui, ledakan di Garut mengakibatkan 13 orang tewas, terdiri dari sembilan warga sipil dan empat anggota TNI AD.

Dudung Abdurachman Sebut Ledakan di Garut yang Tewaskan 13 Orang Bukan dari Amunisi, Tapi Detonator

Penasihat Khusus Presiden Urusan Pertahanan Nasional Jenderal (Purn) TNI Dudung Abdurachman menceritakan kronologi amunisi kedaluwarsa (expired) meledak di Garut, Jawa Barat, yang menewaskan 13 orang.

Dudung mengatakan, pemusnahan di lubang 1 dan lubang 2 sebenarnya sudah berhasil.

Namun, lubang 3, yang berisi detonator, belum diledakkan.

"Jadi detonator dimasukkan ke dalam drum, ada 2 drum, kemudian lubang itu sudah digali. Rencananya itu tadinya biasanya akan gunakan air laut.

Karena itu prosesnya biasanya lebih cepat. Namun tiba-tiba pada saat dimasukkan ke dalam lubang terjadi ledakan. Jadi ledakan itu bukan dari amunisi, justru dari detonator," ujar Dudung dalam live Kompas TV, Selasa (13/5/2025).

Dudung mendapatkan informasi dari rekan rekan anak buahnya, Kolonel Cpl Antonius, yang menjadi korban tewas dalam tragedi itu. 

Dudung menyebut informasi yang ia dapat itu sudah diklarifikasi ke Dandim Garut.

 "Itu yang saya tahu. Dan informasi ini saya klarifikasi juga dengan dandim, setempat Dandim Garut, rupanya memang demikian terjadi adanya," imbuh Dudung.

Maka dari itu, Dudung tidak tahu mengapa lubang berisi detonator itu bisa tiba-tiba meledak.

Dudung menyebut tim investigasi sedang turun ke lapangan untuk mencari tahu penyebab pasti ledakannya.

"Nah, ini tanpa alat pemicu, saya tidak tahu persis apakah faktor panas, dan sebagainya. Tapi kok bisa meledak di drum itu. Ini saya dengar tim investigasi sudah turun di lapangan, kepastiannya nanti kita dengar saja," imbuh Dudung.

Dudung juga telah melayat ke rumah duka anak buahnya itu. 

"Kebetulan semalam saya melayat ke rumah duka. Karena memang korban Kolonel Cpl Antonius itu mantan anak buah saya pada saat saya Dandim Mabes TNI, beliau sebagai Dansat Harpal. Ya kami cukup dekat dan 3 minggu lalu kami ketemu ngobrol-ngobrol," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyebut warga yang menjadi korban ledakan amunisi expired di Garut, Jawa Barat sedang ingin mengumpulkan bekas granat hingga mortir.

Namun, ternyata, ada bom yang belum meledak. Walhasil, ketika masyarakat sudah mendekat, mereka terkena ledakan susulan tersebut.

Kristomei menekankan kegiatan masyarakat tersebut memang biasa mereka lakukan setiap ada kegiatan pemusnahan amunisi expired.

"Memang biasanya apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk ambil sisa-sisa ledakan tadi, apakah serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, kemudian tembaga, atau besi, yang memang bekas dari granat, mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil logam tersebut," ujar Kristomei dalam live Kompas TV, Senin (12/5/2025).

"Nanti kita dalami lagi kenapa itu bisa terjadi. Sehingga mungkin ada ledakan kedua atau detonator yang belum meledak sebelumnya, sehingga ketika masyarakat mendekat ke sana terjadi ledakan susulan," sambungnya.

Diketahui, insiden terjadi saat prosedur pemusnahan amunisi dilakukan pada Senin (12/5/2025) di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut.

Pemusnahan dilakukan oleh personel TNI dari Pusat Peralatan Angkatan Darat (Puspalad), dengan metode peledakan di tiga titik lubang yang telah disiapkan oleh tim dari Puspalad.

Peledakan pertama dan kedua berlangsung sesuai rencana tanpa kendala.

Namun, saat tim mulai mempersiapkan proses pemusnahan di lubang ketiga, secara tiba-tiba terjadi ledakan hebat yang tidak terduga.

Ledakan ini terjadi saat beberapa personel TNI masih berada di lokasi, dan pada saat yang sama sejumlah warga sipil diduga tengah berada di sekitar area kejadian.

Akibat ledakan mendadak ini, sebanyak 13 orang meninggal dunia, terdiri dari 4 anggota TNI yang sedang bertugas dan 9 warga sipil yang berada di sekitar lokasi.

 

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved