Ribuan Balita Stunting di Kabupaten Malang, Perlu Korlaborasi Elemen Masyarakat untuk Menurunkannya

9 Ribu Balita Stunting di Kabupaten Malang, Perlu Korlaborasi Elemen Masyarakat untuk Menurunkannya

Penulis: Luluul Isnainiyah | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Luluul Isnainiyah
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Ivan Drie. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Prevalensi stunting di Kabupaten Malang berdasarkan bulan timbang Februari 2025 sebanyak 6,26 persen atau 9.829 dari 156.948 balita yang diukur.

Angka tersebut meningkat jika dibandingkan angka prevalensi stunting pada 2024 lalu sebesar 6,15 persen atau 9.515 dari total balita 156.791 yang diukur.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Ivan Drie menyampaikan, angka stunting bisa naik karena ada kenaikan dari jumlah balita yang diukur. Oleh karena itu, Dinkes berupaya menurun angka stunting.

"Pak Bupati memiliki misi pada 2026 bisa zero persen stunting. Target ini merupakan tantangan yang sangat berat karena banyak hal-hal yang perlu kita perbaiki," ujar Ivan kepada SURYAMALANG.COM.

Dirinya menjelaskan, stunting bukanlah permasalahan keehatan saja. Melainkan bagaimana kondisi sanitasi dan lingkungan sekitar perlu diperhatikan pula.

Maka dari itu perlu ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menekan angka stunting hingga prevalensinya bisa menurun. Untuk bisa menurunkannya, dinkes tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan suport dari seluruh elemen masyrakat untuk terlibat dalam upaya ini.

"Seluruh elemen masyarakat termasuk camat dan kades harus terlibat karena mereka ini leading sektornya. Ini harus dikolaborasikan agar stunting turun drastis," jelasnya.

Selain itu Ivan menyebutkan beberapa desa yang pernah ia kunjungi memiliki potensi yang luar biasa. Seperti budidaya ikan lele dan nila. Kedua ikan ini memiliki protein tinggi yang bisa dikonsumsi sebagai makanan pencegah stunting.

Kemudian, upaya pencegahan stunting bisa dilakukan mulai dari calon pengantin (Catin). Di tahap ini, dinkes bisa mengintervensi dengan upaya skrining triple eliminasi. Yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV), Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak.

"Artinya untuk pendampingan terkait dengan khususnya hal asupan gizi, misal si ibu sedang sakit infeksi kronis ini harus diselesaikan supaya tidak berpengaruh ke asupan gizinya," terangnya.

Akan tetapi jika anak yang terlahir sudah stunting, maka upaya yang dilakukan difokuskan pada sisi tumbuh kembang anak. Yang utama yaitu menyelamatkan perkembangkan otaknya.

"Upayanya harus dengan dokter spesialis anak, jadi dengan menggenjot asupan gizi anak entah itu dengan formula khusus atau upaya yang lain," tegasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved