Siapa Pembuang Limbah Medis di TPA Supiturang? MCC Pertanyakan Hasil Pengusutan Polresta Malang Kota

Proses pengusutan atas temuan limbah B3 itu yang sudah dua bulan dilakukan Polresta Malang Kota belum ada kabar terbarunya

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
FOTO DOKUMENTASI - DLH Kabupaten Malang saat sidak ke TPA, dengan mengajak anggota dewan Kabupaten Malang 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Polresta Malang Kota didesak untuk bisa segera mengumumkan hasil penyelidikan, terkait pembuang limbah medis di TPA Supiturang.

Desakan itu tak lepas dari proses pengusutan atas temuan limbah B3 itu yang sudah dua bulan dilakukan Polresta Malang Kota.

Bahkan, informasinya sudah banyak yang diperiksa, mulai pihak rumah sakit, dan DLH Kota Malang.

Tapi hingga Minggu (25/5/2025) ini, belum ada kabarterbarunya terkait hasil penyelidikan.

Selain itu, kasus pencemaran limbah medis di TPA Supiturang sepertinya juga tak cukup diselesaikan dengan diberi kopensasi buat warga tiga desa di Kecamatan Wagir, yang terdampak itu. 

Meski, pemberian kopensasi itu juga tak bisa disepelekan, namun pengusutan kasus dugaan pembuangan limbah medis, juga tak bisa dinomerduakan.

"Kopensasi ke warga itu, harus direalisasikan. Namun, jangan lupa, pengusutan kasus itu juga harus dituntaskan. Makanya, itu kami mempertanyakan sejauh mana hasil pengusutan itu. Sebab, jangan sampai yang dijadikan kambing hitam dari temuan limbah medis di TPA itu, sopir truk yang mengangkut sampah," ungkap M Safril atau Caping, aktivis MCC (Malang Coruption Center), Minggu (25/5/2025).

Caping mengaku punya data, jika temuan limbah berbahaya (B3) itu sepertinya bukan kebetulan. 

Sebab, jikata ada peran pejabat yang punya wewenang atas TPA itu, seharusnya sampah limbah medis atau juga tinja tak bisa masuk meski terangkut truk sampah. 

"Makanya, seperti saran pakar kriminolog (Dr Prija Jatmiko, dosen hukum Unibraw Malang), penyidik harus menemukan meeting of mind atau kesepakatan bersama (dugaan suapnya). Sebab, itu bisa dijadikan pintu masuk buat mengungkap kasus utamanya (pencemarannya)," ungkap Caping.

Sementara, Ahmad Kusairi, koordinator LSM Pro Desa, minta agar Noer Rahman, Kadis DLH Kota Malang berkomitmen terkait janjinya yang akan membuatkan sumur artesis buat warga yang sumurnya tercemar itu.

 Jangan sampai ia akan ingkar lagi, seperti dua tahun lalu, yang disuruh M Wahyu Hidayat, saat masih jadi Pj Walikota Malang, untuk buatkan sumur.

Namun sampai kini, jangankan sumurnya, titik lokasinya saja belum ditentukan.

"Kalau sampai wanprestasi lagi, ya warga tinggal buat perhitungan saja. Tapi, ada anggota Komisi C kok, yang sudah berkomitmen sama Pak Wawali (Ali Muthohirin). Mereka akan menganggarkan di PAK buat bikin sumur itu," ungkap Kusairi.

Mestinya, lanjut Kusairi, sikap Walikota Wahyu dan Rahman itu lebih tanggap atas penyelesaian pencemaran limbah itu. Bukan, terkesan membiarkan seperti ini sehingga kian jadi polemik.

Akhirnya, penyelesaiannya tak tuntas, sedang kasus pencemaran limbahnya kian parah.

Sebab, saat musim penghujan seperti saat ini, bau badek dari TPA itu, kian merajalela dan makin dikeluhkan warga. 

Sebab, bukan cuma warga tiga desa, yakni Desa Jedong, Pandanlandung, Dalisodo, yang merasakan bau badek mirip blotong itu.

Namun warga perumahan elit, Istana Dieng, juga harus pakai masker jika habis hujan di siang hari, dan lsngsung panas. 

"Kami khawatir, jika yang protes itu para penghuni rumah yang harganya Rp 25 miliar sampai Rp 42 miliar itu. Sebab, meski suaranya nyaring atau tak seperti orang emosi, namun bisa bikin penghuni Pemkot Malang horek bak terasa seperti tertimpa meteor," ungkapnya.

Lain lagi, dengan Ahmad Zulfikar, Kadis DLH Kabupaten Malang.

Di depan anggota dewan Kabupaten Malang dan Kota Malang, serta Rahman, saat sidak ke TPA, Rabu (21/5/2025) lalu, ia siap akan menyumbang mobil ambulan satu unit, motor tiga roda tiga unit (Viar atau Tossa), buat warga yang terdampak pencemaran limbah.

Itu artinya, DLH Kota Malang, selain buatkan sumur artesis juga memberikan dua unit mobil ambulan, biar terbagi merata buat tiga desa yang terdampak itu.

"Iya, kami siap kok," tutur Afi, panggilan Ahmad Zulfikar.(fiq)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved