Kisah Perjuangan SDN Jatimulyo 4 Kota Malang Bangkit: Dari Tak Ada Murid, Kini Sambut Harapan Baru

Pada tahun ajaran baru kali ini, SDN Jatimulyo 4 sudah menerima enam siswa baru. Tahun lalu, hanya menerima satu murid. 

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/BENNI INDO
TERIMA SISWA BARU - Dua orang pelajar berjalan menuju ruang kelas di SDN Jatimulyo 4, Selasa (17/6/2025). Tahun lalu, sekolah ini tidak menerima murid baru karena kurangnya pendaftar. Namun saat ini, sekolah menerima enam murid baru setelah melakukan terobosan inovasi promosi di tengah masyarakat.  

SURYAMALANG.COM, MALANG – Suatu pagi di SDN Jatimulyo 4, suasana sekolah sunyi. Keramaian yang biasa terjadi di dalam ruang kelas berpindah ke balai kelurahan yang gedungnya berada tepat di seberang sekolah, Selasa (17/6/2025). Tawa anak-anak kecil terdengar meriah di dalam ruangan yang dihias indah. Itu adalah sedikit gambaran kemeriahan perpisahan 13 siswa kelas 6 SDN Jatimulyo 4.

Tahun lalu, SDN Jatimulyo 4 hanya menerima satu murid. 

Satu-satunya murid itu pun pada akhirnya dipindah ke SDN Jatimulyo 1. Namun pada tahun ajaran baru kali ini, SDN Jatimulyo 4 menerima enam siswa baru. 

Bagi Diah Wresti Wulansari (54), guru senior yang telah tujuh tahun mengabdi di sana, ini bukan sekadar momen biasa.

Ini adalah bukti bahwa perjuangan belum sia-sia.

Tahun ajaran 2025/2026 menjadi titik balik.

Setelah tahun sebelumnya sekolah ini tak memiliki murid baru, kini enam siswa telah mendaftar.

Dua di antaranya bahkan berasal dari luar Kota Malang dan tengah mengurus proses kepindahan.

“Memang masih enam yang terdaftar, tapi ini kemajuan besar bagi kami. Tahun lalu hanya satu anak yang masuk. Tapi karena tak ada teman, akhirnya kami titipkan ke SDN Jatimulyo 1,” kenangnya, Selasa (17/6/2025).

SDN Jatimulyo 4 sempat berada di ambang senyap.

Tidak mudah bersaing dengan sekolah-sekolah lain di kawasan Jatimulyo yang padat institusi pendidikan.

Apalagi, lingkungan sekitar sekolah lebih didominasi area kost dan hunian sementara—bukan komunitas rumah tangga yang menetap dan menyekolahkan anaknya di sekitar.

Namun semangat tak pernah padam. Bersama para guru lain, para guru menggencarkan branding dari "pintu ke pintu”.

Mereka menyusun strategi grassroots: mendatangi pertemuan PKK, berkoordinasi dengan RT dan RW, bahkan hadir dalam kegiatan masyarakat seperti perayaan "1.000 Ketupat".

“Kami semua turun. Kami tahu kapan dan di mana ibu-ibu PKK berkumpul. Kami ikut hadir, kami sampaikan keunggulan sekolah ini. Pak Lurah juga sangat mendukung,” terang Diah.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved