Strategi Kampus Cari Mahasiswa Baru

Kisah STIBA Malang Berjuang untuk Tetap Eksis, Sudah Rasakan Tak Mendapat Mahasiswa Baru Sama Sekali

Tahun 2023 menjadi puncak keterpurukan. STIBA Malang tak mendapat satu pun mahasiswa baru. 

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/BENNI INDO
STIBA MALANG - Gedung operasional STIBA, Selasa (22/7/2025).STIBA menjadi pionir lembaga pendidikan tinggi bahasa asing di Malang. Namun, masa keemasan itu harus berakhir secara mendadak di awal 2000.  

SURYAMALANG.COM, MALANG -  Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang menjadi salah satu perguruan tinggi swasta yang mengalami jath bangun demi tetap eksis .

Arie Wibowo (45), Ketua Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang, memaparkan, STIBA Malang adalah sebuah institusi pendidikan tinggi yang pernah menjadi rujukan utama pembelajaran bahasa asing di Kota Malang sejak 1971.

"Awalnya namanya ABA Malang, Akademi Bahasa Asing Malang," kenang Arie, Selasa (22/7/2025), memulai kisah panjang perjalanan STIBA.

Pada tahun 1987, lembaga ini resmi menjadi sekolah tinggi dan berkembang pesat hingga akhir dekade 1990-an.

Kala itu, kelas tak pernah berhenti dari pagi hingga malam. Ribuan mahasiswa menjejali ruang-ruang belajar. 

STIBA menjadi pionir lembaga pendidikan tinggi bahasa asing di Malang

Namun, masa keemasan itu harus berakhir secara mendadak di awal 2000.

Sebuah kisruh internal akibat penunjukan pimpinan yang dinilai tidak memenuhi kualifikasi akademik memicu demonstrasi mahasiswa.

Aksi itu berujung pada perusakan fasilitas kampus, dan proses pembelajaran dihentikan. 

“Itu titik balik. Banyak yang menganggap STIBA mati sejak saat itu,” kata Arie lirih.

Situasi semakin terdesak ketika universitas-universitas baru bermunculan dengan jurusan bahasa asing dan fasilitas lebih lengkap.

Kebijakan pemerintah yang memberi keleluasaan bagi perguruan tinggi negeri memperparah kondisi. STIBA pun tergerus.


Menyala Kembali di Atas Abu

Tahun 2023 menjadi puncak keterpurukan. STIBA tak mendapat satu pun mahasiswa baru. 

Setahun kemudian, hanya dua orang yang mendaftar.

Namun, semangat untuk bangkit tak pernah padam. 

STIBA akhirnya diambil alih oleh Yayasan Pendidikan Soepraoen, menggantikan pengelola lama yang berbentuk perkumpulan.

“Ada napas baru. Orang-orangnya baru. Yayasannya juga baru. Kami sedang berproses untuk membangkitkan kembali STIBA,” terang Arie.

Sebagai langkah awal, STIBA menggandeng ITSK Soepraoen, baik untuk operasional, promosi, hingga pendaftaran mahasiswa baru secara daring. Proses yang dulu serba manual kini perlahan terdigitalisasi. 

Namun tantangannya tidak kecil.

Secara operasional, STIBA hanya memiliki empat dosen tetap dan dua dosen luar. 

Mahasiswanya kurang dari 30 orang. Aktivitas perkuliahan dilakukan secara hybrid, menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa.

“Kondisi ini berat, tapi yayasan baru menyatakan siap menanggung dana operasional,” katanya.

Program studi yang tersisa hanya S1 Sastra Inggris, setelah D3 Bahasa Jepang dan D3 Bahasa Inggris ditutup akibat rendahnya minat.

Meski begitu, STIBA tidak pasrah. Mereka tengah merancang penambahan program studi yang lebih “marketable”, seperti jurusan di bidang ekonomi dan bisnis.

 

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved