Sekadar diketahui, Razan al-Najjar tewas ditembak saat bentrokan dengan para demonstran dekat perbatasan jalur Gaza.
Diberitakan kantor berita Palestine al-Yawn Razan Asharaf al-Najjar saat itu sedang menangani poara demonstran yang terluka di timur Khan Yunis, 25 km selatan Kota Gaza.
Dia berada di kerumunan demonstran dan sedang membalut luka seorang pria yang terluka akibat tabung gas air mata.
Kala itulah peluru dari militer Israel merobohkan perempuan berusia 21 tahun itu.
Melansir Intisari dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkapkan fakta baru mengenai kematian putrinya.
"Mereka (pasukan Israel) tahu Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret,"
"Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya itu ulah para penembak jitu Israel," ujar Sabreen.
Terungkap pula bahwa sebelumnya, Najjar mungkin telah membuat geram para pasukan Israel.
Dua minggu sebelum kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga ditembak mati oleh militer Israel.
Kematian Mousa menyisakan duka yang mendalam serta kemarahan dari para sukarelawan medis di jalur Gaza, termasuk Najjar.
Namun Najjar bukan tipe orang yang hanya diam, dia justru melakukan wawancara yang dipublikasikan ke media sosial.
Ini salah satu sikap yang menarik perhatian Israel pada dirinya.
Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi,"
"Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka,"
"Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"