Nasional

Ular Piton Sepanjang 8 Meter yang Warga Temukan di Perairan Bernasib Tragis

Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Piton raksasa yang ditaksir delapan meter ditangkap warga Kelurahan Puuwanggudu, Kecamatan Asera, Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra)

SURYAMALANG.com - Jagad dunia maya beberapa waktu lalu kembali dihebohkan dengan kehadiran ular piton sepanjang 7 meter di Kelurahan Puuwanggudu, Kecamatan Asera, Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Ular piton panjang itu ditemukan warga pada Selasa, 18 Juli 2018. Ular ini ditemukan saat mereka ke sungai Wawanggo guna menangkap ikan.

Dilansir SURYA Malang dari artikel Tribun Bangka berjudul "Piton Raksasa Berukuran 8 Meter Kejutkan Pemancing, Begini Nasib Sang Ular" disampaikan kalau ular ini ditemukan di perairan sungai Wawanggo.

Kala itu mereka fokus mencari ikan. Dua warga yang akrab disapa Into dan Ajis lantas melihat sosok ular besar naik di permukaan air.

Baca: Terjebak Macet, Ketuban Baby Margaretha Pecah di Lobi Rumah Sakit, Sang Bayi Lahir Normal

Baca: Terekam CCTV, Pria Afrika Perkosa Pelajar Indonesia di Rotterdam, Belanda

Mereka kaget. Dan dengan secepat kilat, mereka lalu melumpuhkan ular dengan parang. Bangkai ular lalu dievakuasi.

"Ular itu ditemukan sudah mau malam."

"Saat dibawa naik di darat sudah mati mi,” ujar Mita kepada Tribun Bangka (Surya Malang Grup).

Mita mengungkapkan, peristiwa tersebut baru pertama kali terjadi di wilayah itu.

Penangkapan ular ini juga disiarkan langsung akun Facebook bernama Asdiana As.

Baca: Cerita Humas Politeknik Negeri Surabaya Perihal Mahasiswi jadi Korban Jambret

Ular yang terlihat sudah mati itu ditarik ke daratan oleh sejumlah warga menggunakan tali yang menjerat bagian kepalanya.

Sementara itu, pengguna akun Facebook Widia Agil Labuku juga mengunggah sejumlah foto penangkapan ular ini.

Foto diunggah pada hari yang sama dengan video yang diunggah sebelumnya.

Baca: Presiden Soeharto Hobi Makan Blondo di Gubuk, Faktanya Dibongkar Mbak Tutut

Terlihat dalam foto, beberapa warga berpose bersama ular yang sudah tak bernyawa yang kemudian dililitkan pada sebatang kayu.

Pakar herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengatakan, ular sanca batik memiliki nama latin Phyton reticulatus.

Menurut Amir, masyarakat di Indonesia dan Malaysia sering menggunakan kata sanca untuk menyebut ular jenis piton tersebut.

"Ular yang memangsa seorang perempuan di Sulawesi beberapa waktu lalu merupakan jenis sanca batik," kata Amir saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/6).

Baca: Panjang Sebentar, Yuni Shara Pilih Model Rambut Pendek Lagi, Cantiknya Kebangetan

Baca: Inilah Cewek yang Iqbaal Ramadhan Cium Saat Hadiri Acara We The Fest 2018

Amir menjelaskan, panjang ular sanca batik dapat mencapai 10 meter dan menjadi yang terpanjang di dunia.

Ukuran ini melebihi panjang ular Anaconda dari sungai Amazon.

“Ular piton di daerah Sulawesi memang bisa sangat besar dan panjang karena menjadi predator tertinggi di dalam rantai makanan."

"Mangsanya juga mamalia besar seperti babi hutan."

"Hal ini membuat ukuran piton di Sulawesi berbeda dengan piton di Sumatera, karena masih ada predator lainnya seperti harimau,” jelas Amir.

"Apabila di penangkaran panjang ular piton bisa mencapai 10 meter, kalau di alam liar panjangnya mencapai 7 meter," tambah Kepala Laboratorium Herpetologi Puslit Biologi LIPI tersebut.

Konflik piton dan manusia

Konflik piton dan manusia sudah sering terjadi di Sulewasi. Untuk mengantisipasi peristiwa tersebut terulang, Amir menghimbau masyarakat untuk mengajak anjing saat pergi ke kebun.

“Lokasi kebun milik perempuan tersebut dekat dengan hutan dan saat itu sudah malam sehingga korban tidak mengetahui keberadaan ular. Anjing akan membantu apabila ada ancaman dari hewan liar di sekitar manusia,” kata Amir.

Selain itu, masyarakat juga harus memahami bahwa piton di wilayah Sulawesi merupakan predator tertinggi dalam rantai makanan.

Sangat penting bagi masyarakat untuk turut menjaga kelestarian alam hutan agar ular tidak mencari mangsa lainnya.

"Ular piton berukuran besar biasanya memangsa babi hutan dan mamalia-mamalia besar lainnya. Piton juga mengendalikan populasi babi hutan agar tidak meresahkan masyarakat. Untuk itu, perburuan liar babi hutan akan menganggu rantai makanan dan memaksa ular mencari mangsa yang lain," terangnya.

Menurut Amir, piton merupakan jenis ular yang memiliki kemampuan adaptasi mumpuni.

"Selain berukuran panjang dan besar, kemampuan adaptasi ular ini sangat baik. Ular ini bisa bertahan hidup di tengah perkotaan dan memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus atau ayam," katanya.

"Biasanya ular hanya bisa diam untuk mencerna makananya dan butuh waktu sekitar 1 sampai 2 minggu, tergantung besar kecil mangsanya. Asam lambung di perut ular, kadar asamnya sangat kuat untuk mengurai makanan," katanya.

Sementara itu, jumlah populasi ular sanca batik di Indonesia masih terjaga, namun ada tiga jenis lainnya yang terancam punah.

“Ada tiga jenis piton yang statusnya hewan dilindungi, yaitu Python morulus atau Sanca Bodo yang ada di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Condropyhton viridis atau sanca Hijau yang ada di Papua dan Pyhton timorensis atau Sanca Timur yang ada di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor,” paparnya. (Iwan Satriawan)

Berita Terkini