“Apalagi dia dipukuli dari segala arah. Saya sempat menghalangi juga mereka yang memukuli.”
“Saat saya sedang hentikan mereka yang memukuli, ada lagi yang memukuli dari arah lain.”
“Saya juga kena dorong-dorong mereka,” ujar Adang.
Karena kuatnya dorongan mereka, tubuh renta Adang Ali pun tumbang.
Adang Ali pun tersungkur di aspal beton di dekat pintu Gerbang Biru Stadion GBLA.
Dia mengaku tidak tega melihat Haringga dikeroyok oleh puluhan orang.
“Saya kecapean. Tubuh saya didorong-dorong sehingga saya tidak sadarkan diri dan pingsan,” ujar Adang.
Saat sadar, Adang sudah tidak melihat korban. Adang hanya melihat darah di samping roda baksonya.
“Katanya, korban meninggal dan dibawa ambulans. Mangkuk bakso saya juga habis semua.”
“Saat itu saya sedih sekali. Saya menyesal karena tidak bisa melerai,” ujar Adang.
Sementara itu, rekonstruksi ini menghadirkan delapan tersangka dan dua saksi mata, yakni Adang Ali dan Dede Supriadi.
Berita ini sudah dimuat di Bolasport.com dengan judul Terungkap Fakta Pengeroyokan Haringga, Saksi Mata Berniat Melerai tapi Jatuh Pingsan karena Didorong