Gempar Anak Soekarno di Manado yang Sengaja Disembunyikan 40 Tahun, Ini 10 Fakta yang Terungkap

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gempar Anak Soekarno di Manado yang Disembunyikan 40 Tahun, Ini 10 Fakta yang Terungkap

Perkawinan itu sempat dipestakan juga di Jakarta, namun Jetje yang dipanggil "Ice" oleh Soekarno, kemudian kembali lagi ke Manado.

5. Satu Kali Dipeluk Soekarno

Baru setelah menjelang kelahiran Gempar, Jetje berniat menyusul suaminya, tapi batal karena ada pemberontakan Permesta.

Soekarno baru dapat menggendong anaknya untuk pertama (dan terakhir kali) tahun 1960.

Menurut Gempar, ada beberapa pejabat dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini.

Seperti Mayor Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur Jakarta), Ibnu Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), atau Ali Sadikin.

Dalam ingatannya, ia pernah beberapa kali menemani ibunya menemui bebe-rapa pejabat itu di Jakarta.

Belakangan setelah jati dirinya dibuka, Gempar juga sempat bertemu Ali Sadikin. "Pak Ali masih ingat dan menanyakan kabar ibu saya," katanya.

6. Mengaku Mirip Secara Fisik dengan Soekarno

Gempar Soekarno dan Ir. Soekarno (Kolase Tribun Manado/ibas/biografiku.com)

Saat ini Gempar bersyukur terhadap satu warisan yakni kemiripan fisik, terutama wajah.

Apalagi kalau ia memakai peci, yang kini jadi seragam wajibnya saat hadir di acara-acara resmi.

Dalam acara kampanye menjelang Pemilu, ia malah sengaja memakai baju mirip baju kebesaran Soekarno, komplet dengan kacamata hitam model jadul.

Wajah mirip, ditambah publikasi media, menjadikan Gempar seperti selebritas. Efek positifnya, banyak orang merasa segan.

Misalnya ketika Gempar berhubungan dengan birokrasi, orang akan menolak pemberian amplop sekadar sebagai tanda terima kasih.

"Katanya mereka merasa tidak enak menerima uang dari anak Proklamator," tutur Gempar menirukan orang-orang itu.

7. Minta Tes DNA

Ramainya publikasi media rupanya mengusik keluarga besar Soekarno. Berdasarkan cerita Gempar, tahun 2003, ia dihubungi pengacara dari Guruh Soekarno Putra untuk menjajaki kemungkinan tes DNA.

Ia tidak menolak, tapi mengajukan syarat: tes bukan atas permintaan dirinya, dilakukan secara terbuka, dan sampel darah yang diambil harus dikawal oleh tim kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Permintaan itu tidak ada kabarnya sampai sekarang.

Gempar menduga, lantaran dalam uji DNA, tim dokter harus mengambil sampel darah pembanding. Artinya sampel darah anak-anak Soekarno lain harus juga ikut diambil.

Tentu bisa dibayangkan sulitnya mengumpulkan orang-orang yang sebagian besar merupakan tokoh-tokoh politik nasional.

Namun kalau pun itu suatu kali harus terjadi, Gempar akan bersikukuh dengan syarat yang diajukannya.

"Biar jelas kalau bukan saya yang mencari popularitas. Kalau pun hasilnya benar, ya alhamdulillah. Kalau tidak, berarti ibu saya pembohong," tuturnya tanpa merasa sedikit pun memiliki beban.

8.Diwarisi Tongkat Komando

Dalam koper besi yang disimpan Jetje, sebenarnya Soekarno juga mewarisi Gempar tongkat komando dan dua bilah keris.

Namun atas saran seorang kiai, sebilah keris dibuangnya ke sungai. Sebuah tindakan yang ternyata kini disesalinya, karena menurutnya menyimpan keris bukan berarti menyembahnya.

Sedangkan tongkat komando sudah diberikan kepada kelompok spiritual.

"Saya jadi proaktif, suaranya juga jadi keras, kalau memegang tongkat itu," katanya terus terang.

Amanat sang ayahlah yang akhirnya membuat Gempar kemudian turut aktif berpolitik.

Semua diawalinya dari langkah kecil hingga akhirnya menjabat Wakil Ketua Umum Partai Barisan Nasional (Barnas). Dalam Pemilu 2009 lalu, Barnas hanya menempati urutan 16 besar.

Gempar yang calon legislator di urutan 1 daerah pemilihan Jawa Timur VIII juga gagal jadi anggota DPR.

Meski banyak orang menyebutnya sebagai satrio piningit, suatu mitos calon pemimpin masa depan dalam ramalan Jayabaya, tapi Gempar mengaku setidaknya saat ini belum berambisi menjadi presiden.

Ketika Pemilu 2004, sikapnya sempat disalahartikan para wartawan, hingga ditulis di media siap menjadi calon presiden.

Fotonya juga dijejerkar dengan anak-anak Soekarno lain yang mencalonkan diri.

"Waktu itu saya ditanya wartawan, saya jawab, 'Insya Allah'," katanya menjelaskan peristiwa yang sempat membuat dirinya merasa tidak enak itu.

Padahal berniat saja belum. Syukurlah hubungannya dengan kakak-kakaknya tidak terganggu. Setiap lebaran, ia sempatkan bersilaturahmi ke rumah mereka.

Tentang mitos satrio piningit, Gempar mencoba menyikapinya secara lebih bijaksana.

Satrio piningit menurutnya adalah bentuk kepemimpinan yang mampu mendatangkan pembaruan dan kemakmuran kepada rakyat. Bisa saja mulai dari Hayam Wuruk, Amangkurat I, Soekarno, termasuk Soeharto.

"Kalau saya disebut begitu, 'amin' sajalah. 'Kan tidak rugi disebut satrio piningit." Gempar menjawab santai.

9.Rumah di Tikala

Ketika Soekarno masih berkuasa, Jetje sempat menikmati kehidupan yang layak dengan diberi rumah di Jln. Tikala, sebuah kawasan elite khusus pejabat di Manado.

Gempar di usia balita juga mendapat kiriman mainan yang bagus dan mahal dari Jakarta.

"Waktu sekolah saya juga sering dibilang teman, 'Siap, Bung Karno', karena katanya mirip Bung Karno kalau memakai peci," kata Gempar yang awalnya menganggap itu sebagai sekadar olok-olok, tapi belakangan diterimanya sebagai semacam petunjuk bahwa dirinya anak Soekarno.

10. Jebak Sang Ibu

Beberapa waktu lalu Tribun Manado sempat menghubungi Gempar.

Melalui ponsel wartawan Tribun Manado mencoba berbincang dengan sosok yang mengaku anak Bung Karno ini.

Saat dihubungi, suara besar dan gertak terdengar.

"Malam, dengan siapa ini," ujarnya saat mengangkat panggilan dari Tribun Manado usai nada sambung Mars TNI terdengar.

Setelah memperkenalkan diri, Gempar akhirnya menerima dan siap menceritakan kisahnya kembali yang sempat heboh.

Dia mengaku awal terungkapnya ia sebagai anak Bung Karno berawal saat dia menjebak ibunya.

"Waktu itu saya Kuliah di UI, ibu saya telfon ajak pulang," akunya.

Menurutnya saat sampai di rumah di Kota Manado, ia mengaku melihat beberapa foto yang terlihat sangat mirip Bung Karno. "Saya lihat itu foto ibu saya masih muda dan sosok pria yang sangat mirip Bung Karno," akunya.

Saat itu ia mengaku sangat curiga dan merasa ada yang tak beres.

Ia lantas terfikir untuk 'menjebak' ibunya. 

"Waktu itu saya langsung ke Pasar 45, di sana saya beli peci warna hitam. Kepala saya besar dan peci itu kecil, terpaksa saya gunting pinggirannya agar pas," jelasnya.

Rupanya saat itu ia mencobah menirukan gaya Bung Karno.

Ia lantas memberi kejutan kepada ibunya yang saat itu berada di dapur. 

"Saat ibu saya di dapur, dengan gaya mirip Bung karno serta suara keras dan lantang saya memanggil nama ibu saya, Jejte Jejte (nama ibunya). Lantas ibu saya kaget dan bilang saya sangat mirip dengan ayah saya, saat itu saya sudah yakin ibu saya keceplosan," akunya.

Dia lantas memaksa menanyakan yang sebenarnya sampai akhirnya ibunya mengaku bahwa benar dia anak Soekarno. 

"Ibu katanya sengaja simpan rahasia ini karena takut kita keluarga terjadi apa-apa," jelasnya.

Sampai saat itu ia akhirnya tahu bahwa ayah yang selama ini ia akui ternyata ayah tirinya, sedangkan ayah kandungnya adalah Bung Karno.

Tingkatkan Nafsu Layani Tamu, Seorang PSK Tretes Pasuruan Konsumsi Sabu-sabu

Sikap Pacar Vanessa Angel Setelah Tahu Kekasihnya Jadi Tersangka, Ungkap Pemohonan Pada Ayah Vanessa

Foto Telur Misterius di Instagram Pecahkan Rekor Dunia dengan Like Terbanyak, Ini Kisah di Baliknya

Reaksi Nagita Slavina saat Raffi Ahmad Diprediksi akan Punya Banyak Wanita, Cuma Satu Gerakan

Berita Terkini